5. 40 AMBesoknya, Jeffrey bangun pagi seperti biasa. Meski hari ini dia libur kerja. Karena ingin olahraga.
"Anak-anak kesayangan Papa. Bangun, yuk! Olahraga, lalu sarapan bubur ayam di abang-abang depan."
Kedua anak Jeffrey langsung bangun saat mendengar ucapan ayahnya. Meski si bungsu belum sepenuhnya mengerti akan ucapan si ayah. Karena dia hanya paham bagian bubur ayam saja. Makanan kesukaannya bersama si kakak.
"Cuci muka, gosok gigi, setelah itu ganti baju! Papa siapkan bajunya."
Dua anak Jeffrey mengangguk cepat. Mereka langsung turun dari ranjang. Lalu sama-sama memasuki kamar mandi yang ada di dalam kamar. Sedangkan Jeffrey sibuk memilih pakaian untuk mereka.
Jeffrey benar-benar menjadi sosok ayah sempurna bagi anak-anaknya. Karena dia tidak pernah menolak saat Sirene meminta tolong dirinya mengurus mereka. Ya, meski terkadang hasilnya tidak memuaskan. Karena belum terbiasa.
Seperti sekarang, Jeffrey tidak sengaja membuat tumpukan pakaian anak-anak rubuh karena dia terlalu kencang menarik celana. Alhasil dia tertawa dan merutuki kebodohan. Lalu bergegas memasukkan pakaian ke dalam lemari dengan asal. Setalah dia menemukan baju pilihan.
Setelah membantu anak-anak berganti pakaian, Jeffrey memakaikan sunblock untuk mereka. Dari wajah, telinga, leher hingga tangan. Karena mereka memakai baju lengan pendek dan celana panjang. Tidak lupa juga menyemprotkan parfum aroma markisa sebelum anak-anak keluar kamar.
"Wangi sekali. Mau ke mana pagi-pagi?"
Tanya Sirene yang baru saja keluar kamar. Dia menatap Jeffrey dan anak-anak yang akan menuruni tangga. Sebab mau olahraga.
"Olahraga!!!"
"Makan bubur ayam!"
Seru June dan Julian. Membuat Jeffrey terkekeh pelan. Berbeda dengan Sirene yang tampak kecewa jelas saja. Karena tidak diikutsertakan.
"Kok Mama tidak diajak?"
"Mau jam enam. Keburu panas. Lain kali saja kamu ikut, ya?"
Ucap Jeffrey setelah melirik jam tangan. Lalu membawa anak-anak keluar rumah. Meninggalkan Sirene yang sudah berkaca-kaca.
7. 50 AM
Joanna baru saja membuka mata. Sebab sengaja mematikan alarm saat Jendra tidak tidur di rumah. Karena dia tidak perlu menyiapkan keperluan si anak. Sehingga dia bisa lebih santai dan bangun siang.
"Jordan?"
Panggil Joanna setelah mengerjapkan mata. Sebab dia menatap siluet Jordan yang sedang duduk di sofa yang ada di pojok ruangan. Sembari menatapnya tajam. Dengan kedua tangan yang sudah terlipat di depan dada.
"Sudah siang ternyata. Kamu sudah sarapan? Mbak Sumi semalam pulang, kan?"
Tanya Joanna setelah meraih ponselnya. Melihat jam yang menunjukkan hampir jam delapan. Sehingga dia khawatir si suami kelaparan. Sebab dia memang morning person seperti dirinya dan harus makan berat untuk sarapan.
Jordan tidak menjawab. Membuat Joanna lekas bangkit dari ranjang. Mendekati si suami yang sepertinya masih marah atas insiden semalam.
"Sayang, aku minta maa———"
Belum selesai Joanna berbicara, tiba-tiba saja Jordan melempar map coklat di depan wajah istrinya. Hingga hasil tes DNA yang dua jam lalu baru diterima jatuh di bawah sana. Membuat Joanna terkejut dan marah. Namun berubah takut saat melihat stempel yang ada di luar map coklat.
"I———ini apa?"
Tanya Joanna dengan tangan gemetar. Dia mulai memungut map coklat yang baru saja menimpa wajah dan kakinya. Membuat Jordan bangkit dari sofa saat itu juga.
"Jendra anak laki-laki itu, kan!? Bajingan! Kita bercerai! Aku akan mengurus harta gono-gini setelah ini!"
Jordan mendorong tubuh Joanna dengan bahunya. Dia pergi dari sana. Sembari membawa koper hitam yang sejak tadi disiapkan. Karena dia memang sudah mantap ingin bercerai dengan Joanna. Sebab merasa jika apa yang sudah wanita itu lakukan sangat keterlaluan dan tidak bisa dimaafkan.
Joanna mulai meluruhkan air mata. Map coklat yang berisi hasil tes DNA hanya bisa wanita itu remas kuat-kuat. Guna menyalurkan kesedihan. Sebab ketakutan terbesarnya telah menjadi nyata. Ditinggalkan Jordan dan membuat Jendra kehilangan sosok ayah.
Kalian pasti kesel sama Joanna, kan? Ayo hujat dia 😂
Tbc...