5/5

497 71 24
                                    

Dua jam kemudian.

Jeffrey baru saja selesai rapat. Dia tampak marah dan berniat menuju parkiran. Melewati Joanna yang sudah berdiri di depan ruang rapat. Karena sudah ada Dayana yang menemani di dalam.

"Mau ke mana? Jangan konfrontasi sekarang!"

Tegur Joanna pada Jeffrey yang sudah berjalan cepat memasuki lift. Membuat beberapa orang melihati. Bingung dengan Jeffrey yang tampak marah dan buru-buru sekali. Padahal dia baru saja bercanda dengan para klien sebelum pamit.

Jeffrey diam saja dan mulai menekan tombol lift berkali-kali. Agar bergegas membawanya turun saat ini. Tentu saja setelah Joanna ikut memasuki lift.

"Jeffrey..."

Joanna menarik ujung jas Jeffrey. Sebab meski hanya berdua saat ini, mereka masih dipantau CCTV. Sehingga harus tetap membatasi interaksi.

"Jadi kamu mau aku membiarkan hal ini terjadi? Pura-pura tidak tahu jika kamu hampir dilecehkan oleh laki-laki tua ini!?"

"Bukan begitu, sabar dulu. Ini masih di kantor. Apa kata orang kalau tahu masalah ini? Kamu tahu sendiri ada banyak orang media di sekitar gedung ini. Aku tidak mau masalah ini berdampak buruk pada reputasimu nanti."

"Persetan reputasi! Akan aku beri pelajaran laki-laki tua tidak tahu diri ini!"

Lift terbuka. Jeffrey langsung berlari menuju parkiran. Mencari keberadaan Hanan yang biasanya duduk di pos keamanan bersama beberapa supir petinggi perusahaan.

"Tuan mau ke mana?"

Tanya Hanan yang langsung bangun dari duduknya. Lalu merogoh kunci mobil dari saku celana. Sebab mengira jika Jeffrey ingin diantar ke suatu tempat.

Tanpa banyak bicara, Jeffrey langsung memukuli Hanan saat itu juga. Membuat Joanna dan beberapa orang yang ada di sana berusaha melerai mereka. Bahkan, beberapa wartawan yang ada di sana juga tidak mau kehilangan kesempatan untuk mengabadikan. Sebab hal ini jelas akan menjadi berita bagus bagi masyarakat.

Karena Jeffrey yang berparas tampan pernah membintangi satu iklan saat artis yang dikontrak berhalangan datang. Padahal set dan segala keperluan sudah disiapkan. Sehingga tidak heran jika pria ini mendadak terkenal dan menjadi sorotan.

5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

5. 30 PM

Joanna sedang menyetir sekarang. Mengantar Jeffrey pulang. Dengan Jeffrey yang kini duduk di sampingnya. Sembari memegangi kepala. Setelah melihat belasan portal berita yang sudah membahas dirinya. Atas sikap anarkisnya terhadap Hanan yang kini mungkin masih dirawat karena patah tulang.

"Apa yang akan kamu lakukan nanti? Mamamu pasti akan bertanya nanti."

"Bisa diam? Aku pusing sekarang!"

Joanna hanya bisa menarik nafas panjang. Karena ini bukan kali pertama dirinya melihat Jeffrey marah. Apalagi sampai membentak.

Ya. Meski Joanna agak kecewa sekarang. Karena menjadi objek bentakan. Sebab selama ini, dia hanya melihat Jeffrey berlaku demikian pada orang-orang sekitar. Bukan dirinya.

Tidak lama kemudian mereka tiba di rumah. Jeffrey terlebih dahulu memasuki rumah. Lalu dihadang Jessica yang sudah menunggunya.

"Apa yang kamu lakukan? Apa salah Hanan sampai kau pukuli hingga patah tulang!? Lihat perbuatanmu sekarang! Sekarang apa yang akan kamu lakukan? Saham perusahaan turun gara-gara kelakuanmu yang seperti preman!"

"Aku akan menikahi Sirene. Itu yang Mama mau, kan?"

Setelah berkata seperti itu, Jeffrey langsung pergi. Menuju kamar dan enggan menunggu jawaban ibunya lagi. Sebab dia benar-benar pusing dan ingin bergegas mandi. Enggan berdebat hingga berkata seperti tadi.

Joanna yang baru memasuki rumah tampak sedih. Karena dia jelas mendengar apa yang tadi dikatakan Jeffrey. Meski dia tahu jika hal ini tidak mungkin terjadi. Karena Jeffrey pernah berjanji jika dia tidak akan menikahi wanita lain.

Ya. Meski bisa diingkari. Mungkin.

"Halo? Bungkam Hanan dan semua media! Jangan biarkan berita ini kembali muncul dan menurunkan saham!"

Joanna bergegas menuju kamar. Melewati Jessica yang kini tengah memunggungi dirinya. Karena masih sibuk menelepon orang.

5. 30 AM

Alarm ponsel Joanna baru saja berbunyi. Pertanda dia harus bangun saat ini. Lalu bersiap kerja seperti apa yang dilakukan setiap hari.

Namun saat keluar kamar, dia melihat beberapa pekerja yang menatapnya sinis. Tidak seperti biasa yang akan menyapa dan tersenyum meksipun tipis. Membuat Joanna mulai bertanya-tanya akan apa salahnya saat ini.

Aku salah apa, ya?

Batin Joanna sembari berjalan menuju kamar Jeffrey. Sebab dia yang akan membangunkan dan menyiapkan baju ganti. Karena Jeffrey kerap begadang dan sering tidak bisa bangun pagi.

"Bisa bicara sebentar?"

Joanna yang akan menaiki tangga langsung berhenti di tempat. Menolehkan kepala dan menatap Jessica yang kini sudah berdiri di belakangnya. Sembari melipat tangan di depan dada.

"Bisa, Nyonya."

Joanna mengekori Jessica yang mulai berjalan ke taman belakang. Karena di sana sepi sekarang. Sebab para pekerja memang sedang sarapan.

Plak...

Joanna mendapat tamparan di pipi kanan. Membuat tubuhnya hampir tumbang kalau saja dia tidak berpegangan pada kursi yang ada di dekatnya. Karena tamparan yang didapat cukup kencang.

"Jadi kamu memiliki hubungan dengan Jeffrey? Tidak tahu diri!"

Joanna mulai menelan ludah. Dia hanya mengangguk singkat dengan mata berkaca-kaca. Sebab dia sudah mengira jika Jessica tidak akan merestui mereka. Mengingat selama ini, wanita itu selalu bersikap sinis padanya. Karena sejak dulu memang tidak menyukai ibu Joanna yang pernah berpacaran dengan mendiang suaminya.

"Darah jalang memang mengalir di nadimu! Aku tahu kamu hanya butuh uangku! Jadi, ayo selesaikan dengan cara itu! Akhiri hubungan kalian dan sebagai gantinya, akan kuberikan berapapun uang yang kau inginkan!"

Joanna yang memang sudah lama mempersiapkan diri mulai mengangguk singkat. Lalu tersenyum tipis pada Jessica. Kemudian menyebut nominal uang yang diinginkan.

Jessica langsung menelepon orang kepercayaannya saat itu juga. Meminta agar segera mengirim uang sebesar yang Joanna minta. Sekarang juga.

"Iya. Kirim buktinya juga! Sekarang!"

Joanna hanya menatap Jessica yang kini masih sibuk berbicara dengan orang kepercayaannya. Hingga tiba-tiba saja ponselnya bergetar pelan. Pertanda ada notifikasi datang.

"Sudah masuk, kan? Tepati ucapanmu! Jauhi anakku dan jangan pernah menginjakkan kaki di rumahku!"

Joanna tidak mengatakan apa-apa dan langsung membalikkan badan. Sembari menatap saldo rekening yang bertambah berkali-kali lipat dari sebelumnya. Membuat senyumnya mulai mengembang. Karena rencananya sukses besar.

Tbc...

SO AM I [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang