8/8

437 68 33
                                    

Satu minggu kemudian.

Jeffrey dan Sirene sedang merayakan anniversary di hotel mewah yang ada di Jakarta. Karena mereka tidak hanya mengundang keluarga terdekat saja. Namun kolega juga. Tidak heran jika Sirene begitu all out dalam menyiapkan segalanya.

"Terima kasih karena telah datang di acara ini. Kehadiran kalian sangat berarti."

Ucap Jeffrey guna mengakhiri sesi penutupan acara ini. Sebab Sirene sudah mengatakan terima kasih pada awal acara tadi.

Setelah para tamu undangan pulang, Jeffrey membawa anak-anak pulang juga. Meninggalkan Sirene yang ada perlu dengan teman-temannya di ruang meeting hotel tempat berpesta. Karena Sirene memang memiliki bisnis jual beli berlian yang cukup menjanjikan hasilnya.

Jeffrey juga tidak masalah. Toh, istrinya hanya akan menyetor modal saja. Dia tidak terjun secara langsung dalam kegiatan jual beli berlian. Sehingga dia tidak menelantarkan June dan Julian.

"Mantan asisten suamimu. Dia orang itu. Dia akan mengancam bisnis yang sudah kita rintis bertahun-tahun."

"Darimana dia dapat uang sebanyak itu? The hope diamond harganya 350 juta USD atau sekitar 5 triliun rupiah. Tidak mungkin dia memiliki uang sebanyak itu, kan? Kecuali hutang bank, atau memiliki suami kaya?"

"Kalau hutang bank, aku rasa tidak bisa jika dia tidak memiliki jaminan yang nilainya lebih besar. Aku curiga, dia ini kaki tangan pejabat. Ya, semacam money laundry dalam skala besar. Dia tidak lagi menggunakan kamuflase bisnis skincare seperti pendahulunya. Aku yakin, backingannya pasti bukan orang sembarangan."

"Benar juga, itu yang paling masuk akal. Lagi pula, dengan wajah dan tubuh seperti itu, apa ada sultan yang mau menikahinya? Kalau dijadikan simpanan mungkin iya. Tapi kalau menikah? You know lah, dia saja tidak bisa disejajarkan dengan kita. Kebanting lah!"

"Benar. Kalau begitu aku akan menyewa detektif swasta. Akan aku minta dia menyelidiki Joanna. Setelah itu kita ungkap kebusukannya. Kalau bisa, kawal sampai masuk penjara!"

Sirene hanya tersenyum saat mendengar ucapan teman-temannya. Dia mengangguk singkat. Pertanda setuju dengan apa yang baru saja didengar. Dengan senyum tipis yang tersungging di wajah. Sebab dia jelas masih menaruh dendam karena pernah dibuat cemburu pada beberapa tahun silam.

Ya. Sirene sudah tahu jika Jeffrey dan Joanna pernah ada hubungan. Jessica yang memberi tahu dirinya. Sebelum menikah. Sehingga dia terus waspada dan berusaha menjauhkan Jeffrey dari segala hal yang berhubungan dengan Joanna. Agar pria itu tidak kembali mengingat si mantan pacar.

Beberapa hari kemudian.

Joanna sedang jalan-jalan di mall bersama suami dan anaknya. Karena Jendra mendadak ingin makan ramen semalam. Sehingga siangnya, Joanna membawa si anak ke sana. Bersama suaminya juga.

"Setelah ini mau ke mana? Tidak mungkin langsung pulang, kan?"

Tanya Jordan pada istri dan anaknya. Karena mereka memang langsung makan setalah tiba di mall. Sebab Jendra sudah mengaku lapar dari rumah. Padahal, sarapan tadi dia makan nasi goreng cukup banyak.

"Mau ke time zone! Boleh, kan?"

Joanna mengangguk singkat. Sebab Jendra baru saja mengedipkan mata sembari menatap dirinya. Seolah sedang merayu dirinya. Membuat Jordan yang gemas langsung mengusap rambutnya.

"Anak Papa kenapa lucu sekali, sih!?"

"Iya, dong! Jendra gitu loh!"

Joanna terkekeh pelan. Dia juga mulai merapikan rambut Jendra yang baru saja dirusak si ayah. Sebab rambutnya sudah panjang dan seharusnya dipotong segera.

SO AM I [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang