6/6

509 76 28
                                    


6. 30 AM

Jeffrey baru saja membuka mata. Dia bingung karena Joanna tidak datang. Padahal biasanya, dia akan datang sebelum alarmnya menyala. Guna menyiapkan pakaian kerja dan membangunkan juga.

Jeffrey langsung bangkit dari ranjang dan menyiapkan pakaian. Lalu mandi kilat. Baru setelahnya turun dan sarapan. Seraya mencari keberadaan Joanna yang pagi ini tidak datang seperti biasa.

"Asistenku di mana, Ma?"

Tanya Jeffrey setelah tiba di meja makan. Dia langsung bertanya demikian karena memang tidak menemukan Joanna di sana. Padahal biasanya, dia ada di sana jika tidak sempat membangunkan dirinya.

"Pergi."

Jeffrey yang ingin minum mulai menukikkan alis. Lalu menatap tajam ibunya sendiri. Sebab ucapannya jelas tidak mungkin terjadi. Karena Joanna mengaku cinta mati pada pria ini dan telah berjanji tidak akan pergi apapun yang terjadi.

Bahkan jika kemungkinan buruk terjadi. Jika Sirene berakhir dinikahi Jeffrey. Wanita itu mengaku akan terus ada di samping Jeffrey. Apapun yang terjadi. Tidak heran jika Jeffrey tidak mempercayai ucapan ibunya sendiri.

"Mama bercanda! Di mana dia?"

"Cari saja!"

Jeffrey langsung bangkit dari kursi. Menuju kamar Joanna yang kini sudah dimasuki beberapa pekerja lain. Karena beberapa barang Joanna memang ditinggal di sini. Sehingga banyak orang yang mengambil. Sebab Joanna juga sudah mengizinkan sebelum pergi.

"Sedang apa kalian!?"

Tanya Jeffrey panik. Dia menatap tajam orang-orang yang sudah memegang beberapa barang Joanna yang ada di kamar ini. Dari baju, tas, sepatu hingga alat make up yang jarang sekali dipakai wanita ini. Karena Jeffrey yang membeli, bukan keinginan Joanna sendiri.

"Maaf, Tuan. Joanna sudah mengizinkan kami mengambil barang-barangnya sebelum pergi. Kami tidak mencuri."

Ucap salah satu pekerja. Membuat Jeffrey mulai berkacak pinggang. Sedikit marah dan kesal karena masih tidak percaya.

"Pergi?"

"Iya, Tuan. Dia tiba-tiba resign. Buru-buru sekali. Bahkan meninggalkan semua ini."

Jeffrey semakin menukikkan alis. Berniat pergi dan memeriksa CCTV. Karena dia jelas masih belum mempercayai. Apalagi wanita itu tidak pamit.

"Jangan sentuh barang-barangnya! Dia akan kembali dalam kurun waktu dekat!"

Seru Jeffrey sebelum pergi menuju ruang CCTV. Kemudian memeriksa rekaman dengan teliti. Hingga dia tahu jika ibunya sempat berbicara dengan Joanna sebelum wanita itu pergi.

Setelah melihat apa yang terjadi, Jeffrey langsung menuju meja makan guna mengkonfrontasi ibunya sendiri. Dia bertanya apa yang dikatakan ibunya pada Joanna tadi. Hingga bisa pergi setelah perbincangan tadi.

"Apa yang Mama lakukan!? Mama yang membuat Joanna pergi, kan? Mama juga menamparnya! Memangnya apa salahnya!?"

Jeffrey menatap tajam ibunya. Matanya juga sudah berkaca-kaca. Karena dia jelas tidak terima jika Joanna diperlakukan demikian. Meski kemarin sempat dibentak saat bertanya. Karena Jeffrey benar-benar tidak sadar dan hanya kesal saja. Tidak bermaksud marah pada Joanna atas insiden sebelumnya.

"Kemarin Mama mendatangi Hanan, dia mengatakan apa yang terjadi sebenarnya. Tentang hubungan kalian. Bahkan dia memiliki rekaman saat kalian bercinta di kamar. Kamu tidak ada otak, hah!? Kamu mau menghancurkan masa depan? Kalau saja Mama tidak datang, bisa bocor video itu di media! Mau ditaruh mana wajah Mama!? Hanya karena anak jalang kamu sampai merusak reputasi perusahaan! "

Jeffrey menatap ibunya tidak percaya. Sebab dia memang tidak tahu soal rekaman bercinta. Karena Joanna juga tidak menyebutkan. Mungkin karena dia tidak menganggap serius ucapan Hanan sebelumnya.

"Dia meminta uang 10 miliar dari Mama. Selama ini dia hanya butuh uangmu saja! Jadi berhenti mencarinya! Uang sebanyak itu tidak datang secara cuma-cuma! Anggap saja Mama sedang bakar uang untuk buang sial! Mulai sekarang, fokus dengan hidupmu saja! Toh, kamu sudah ada Sirene tang jauh lebih baik, kan?"

Jeffrey langsung pergi begitu saja. Mengutak-atik ponselnya dan berusaha menghubungi Joanna. Sebab dia jelas tidak terima jika tiba-tiba ditinggalkan.

Di tempat lain, Joanna sedang duduk tenang di dalam pesawat. Dia sedang meminum jus mangga yang baru saja diberikan oleh pramugari di sana. Lalu menatap jendela yang menampilkan kumpulan awan. Sangat indah dan membuatnya merasa tenang.

Ya. Joanna memang tidak pernah menganggap serius hubungannya dengan Jeffrey. Karena dia sudah tahu akhirnya akan seperti ini.

Jika ditanya apakah dia menyukai Jeffrey? Tentu saja jawabannya iya. Karena pria itu tidak hanya tampan. Namun pekerja keras dan baik juga. Baginya. Meski agak dingin pada orang-orang sekitar. Sehingga kerap dikatai sombong oleh mereka.

Lalu kenapa Joanna bisa dengan mudah pergi setalah mendapat uang? Jika cinta, seharusnya dia bertahan, kan? Bukan justru sebaliknya.

Tentu saja karena perasaan Joanna tidak terlalu dalam. Apalagi dia sudah menyiapkan diri untuk kemungkinan yang terburuknya. Seperti sekarang. Ketahuan Jessica dan diberi uang sebagai kompensasi agar meninggalkan anaknya.

Joanna memang menyukai Jeffrey. Namun tidak sedalam yang kalian pikir. Tidak juga ingin memiliki. Karena dia sadar diri dan tidak ingin berperang juga dengan Sirene apalagi ibu Jeffrey.

Karena baginya, hidup tenang adalah harga mati. Dia tidak mau hidup seperti ibunya yang harus kerja bertahun-tahun dengan ibu dari mantan pacarnya sendiri. Ibu yang pernah melarang anaknya untuk menikahi dirinya sendiri. Karena perbedaan kelas sosial jelas sangat berpengaruh besar bagi keluarga ini.

20+ comments for next chapter!!!

Tbc...

SO AM I [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang