04. DSD : PROKEM

3.6K 565 479
                                    

Allo, ada yg masih bangun?

Vote dulu lebih bagus.

Vote dulu lebih bagus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TANDAIN TYPO!


04. DSD : PROKEM

Sorak-sorak ramai kini memenuhi lapangan indoor Magnesium High School, yang mana merupakan hari olahraga kelas Sains 1 yang isinya merupakan siswa-siswi calon atlet. Katanya.

Itu adalah kelas Wawan dan para spesiesnya, teman Riya sejak 5 tahun berada di sekolahan ini. Fyi, MHS atau Magnesium High School itu baru-baru tahun ini diganti namanya. Sebenarnya, gedung sekolah ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda dengan nama Hoogere Burgerschool atau HBS yang merupakan Sekolah Menengah Umum yang didirikan oleh Belanda tahun 1863. Sekolah HBS ini dibentuk untuk orang Belanda, Eropa, Tionghoa, dan elite pribumi dengan menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.

Tidak semua orang bisa dengan mudah masuk sekolah ini. Bahkan, kasta dan keturunan mereka pun sangat diseleksi ketat disini. Namun, dari tahun ke tahun. Melihat kondisi masyarakat Indonesia yang rendah pendidikan, akhirnya sekolah ini dibuka untuk semua kalangan masyarakat tanpa ada perbedaan apa pun. Kantor kementrian bersama Master Toba yang merupakan Direktur Utama sekolah ini pun mendapat surat titah dari Presiden Republik Indonesia agar menjadikan sekolah ini milik negara setelah mengadakan konferensi panjang dengan para petinggi pendiri HBS.

Tepat, tanggal 18 Januari 1998. Hoogere Burgerschool resmi diganti menjadi Magnesium High School. Sebagian dana sekolah ini merupakan pemberian pemerintah Indonesia dan bukan milik Yayasan.

Sedangkan, HBS sendiri merupakan pendidikan yang wajib sekolah 5 tahun. Setara dengan SMP sampai SMA. Wawan dan Riya terdaftar sebagai murid tahun 1994 di umurnya yang ke 13 tahun. Dan kini di tahun 1998, mereka berada di usia remaja 17 tahun.

MHS kala itu masih menggunakan sistem 3 kelas. Sains, Social, Bahasa. Wawan dan Riya serta merupakan warga asli dari kelas Sains 1. Keduanya seringkali mengikuti banyak kompetisi mewakili sekolah sejak pertama kali menjadi murid di sini. Akhirnya, Direktur Toba pun membuat program Stupid Club untuk kedua anak ini mengembangkan kemampuannya.

Program Stupid Club, dibuat dengan tujuan menggembleng mereka para siswa genius agar tidak selalu merasa puas atas apa yang diraihnya. Singkatnya seperti ini, "Kalo kamu dapet juara 1 olimpiade sains dan semacamnya. Kamu nggak boleh bangga diri dan sombong. Sehingga dengan kamu masuk Stupid Club, kamu akan merasa kurang, kurang dan kurang. Kamu akan beranggapan kalau kamu itu bodoh dan harus kembali belajar, belajar dan belajar. Setelahnya, kecerdasanmu akan meningkat begitu pesat."

(Sebelum virus mix 88 menyerang. Ini masih manual pake otak sendiri pinternya hehe).

"Kalo gue liat si tengik Wawan itu, bawaannya pengin gue karungin. Kadang ngeselin, tapi kadang juga gemesin," ucap Puspa, teman sekelas Riya.

Dai's Short Dream [TELAH TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang