17. DSD : TEMBOK PERPUSTAKAAN

2.3K 443 17
                                    

Allo ...

Vote dulu!


TANDAIN TYPO!



17. DSD : TEMBOK PERPUSTAKAAN

Riya melirik Wawan yang sejak tadi diam saja fokus membaca buku di meja perpustakaan. Sejak tadi pagi, cowok jangkung itu terlihat dingin dan tak banyak bicara. Sama seperti saat mereka eksperimen beberapa minggu lalu. Riya juga bingung dengan sikap Wawan yang tiba-tiba. Setelah ia amati, ternyata setiap berganti bulan, cowok itu akan berganti sipat juga. Masa iya rutinan? Tidak mungkin. Pasti Wawan kecewa dengan ucapan Mama dan Papa Riya kemarin sore.

"Kenapa lo pakenya pensil? Nggak bawa pulpen?" tanya Riya membuka percakapan.

"Pulpennya hilang," jawab Wawan dingin. Tanpa mau mengalihkan fokusnya dari buku. Tahukah Riya kalau Wawan sedang berdusta? Bulpoinnya telah cowok itu berikan kepada Ratna—sang adik perempuannya.

"Gue bawa banyak, mau pinjam?"

"Nggak."

Riya tersenyum masam mendengarnya. Ia jadi canggung mau membahas topik apa jika Wawan sudah cuek seperti ini. Biasanya, Wawan lah yang paling hiperaktif dan pecicilan dengan segala topik random yang mampu membuat Riya lelah menghadapinya. Namun, kini rasanya sangat bosan. Riya berharap guru pembimbing mereka untuk melakukan eksperimen kapsul Pegagan volume 2 ini segera datang. Agar ia tak terjebak suasana canggung bersama Wawan terlalu lama. Apalagi mengingat nanti sore ada latihan Paskibra untuk Upacara Kemerdekaan. Membuat Riya harus bisa membagi waktu agar tak terulur-ulur kegiatannya.

"Jangan-jangan guru pembimbingnya nggak datang lagi, udah setengah jam kita diem disini, Wan," kata Riya menengok jam dinding di atas ventilasi pintu masuk perpustakaan.

"Atau mungkin dia udah nunggu di laboratorium?" tanya Riya menebak.

"Dia minta kita buat pahami materinya, bukan langsung eksperimen," jawab Wawan tanpa ekspresi.

"Wawan. Gue tau lo sakit hati sama omongan orang tua gue kemarin. Gue udah minta maaf sama lo. Terserah mau dimaafin apa enggak, tapi jangan diemin gue ya," pinta Riya dengan tatapan ragu.

"Bukannya lo suka, gue diemin?"

"Nggak!" Riya segera menutup mulutnya sendiri yang tiba-tiba memekik keras.

"Katanya risih."

"Kan, udah bilang waktu itu di danau. Gue bercandaan ngomong begitu."

"Maunya gimana?" tanya Wawan walau tatapannya masih menatap buku yang terus ia bolak-balikkan halamannya.

"Lo punya IQ tinggi. Kecil kemungkinan kalo lo nggak paham sama maksud kalimat yang gue bilang ke Mama sama Papa."

Seketika itu Wawan menutup langsung bukunya. Pandangan yang tadinya menunduk pada buku, kini beralih menatap wajah cantik Riya yang terpampang jelas di hadapannya. "Jadi, lo emang suka sama gue?"

Dai's Short Dream [TELAH TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang