main hujan.

730 38 4
                                    


~Happy Reading~


Terangsang akibat demam yang meninggi bukannya menurun. Beberapa hari ini demam Sae tiap hari naik turun, itu membuat Rin heran nan takut, tetapi ketika  Rin memilih untuk membawa Sae kedokter, dokter yang memeriksa Sae hanya berkata bahwa

"Tidak perlu khawatir tuan, demam kakak anda dikarenakan cuaca yang tak baik akhir akhir ini. Ini banyak terjadi kepada orang orang diluar sana, jadi harap tenang, mohon jangan panik."  -Dokter itu menenangkan Rin yang terlanjur panik. Siapa yang tak panik jika kondisi kakaknya yang demam naik turun? Lu aja yg g pduli.

Disamping Rin ialah Sae yang akhirnya lega saat mendengar pernyataan itu keluar dari mulut dokter.

"Udah kakak bilangkan? Demam kakak cuman karena cuaca yang ga baik, Rin."

Mendengar itu, Rin sontak mendecak tak percaya "Ck," ia membalikkan wajahnya kearah berlawanan, dengan kalimat
"lu yang buat gua panik" kini wajahnya memerah menahan malu dan akibat kepanikan tadi.

"Kok malah nyalahin kakak? Hah.... Terserah. Ayo pulang, Rin" Pasrah. Sae pasrah karena tak ingin membuat gaduh dengan adiknya ditempat umum. Setelah selesai memeriksa keadaan, Sae beranjak keluar dari Rumah Sakit tersebut bersama dengan Rin.

Tengah saat perjalanan ingin menuju mobil, Rin berhenti dan melepas jaketnya dan menawarkan jaketnya kepada Sae.
Sae yang sadar bahwa Rin tiba tiba berhenti didekatnya pun sontak ikut terhenti.

"Kenapa Rin? Ada yang kelupaan?" Tanya nya sembari berbalik kearah Rin.

"Ngga ada yang kelupaan. Pake nih jaket gua." Dengan tangan yang menawarkan jaket tersebut kepada Sae.

Yang ingin diberikan pun lantas menjawab
"Ngga usah, kakak gapapaa, kamu aja yang
Make jaket" Ia menggeleng.

Karena kesal ketika kakaknya sangat keras kepala, ia tetap memaksa untuk memakaikan ketubuh Sae. "Ga usah batu, kalau dibilang pakai aja ya pakai." Ia menatap Sae malas tetapi termasuk tatapan kesal terhadapnya.

"Tapi Rin... kakak beneran ga butuh.." Bohong jika dia tak butuh, kondisi saat ini Sae demam, dan cuaca malam itu tengah mendung, jadi yang lebih membutuhkan kehangatan yaitu Sae.

Lagi dan lagi Rin mendecak kesal dan tanpa banyak kalimat yang keluar, Rin langsung saja memakaikan ketubuh Sae dan setelah memakaikannya ia menarik tangannya menuju mobil dengan berlari agar mereka sampai duluan ketika hujan mulai turun.

/Emang sejauh apa Rin markir mobilnya? Hah... Karena akhir akhir ini banyak yang jatuh sakit, sehingga banyak juga yang ke Rumah Sakit, dan ketika Rin dan Sae sampai sudah banyak orang yang mengantri, tentu saja banyak mobil yang lebih dahulu datang./

Tetapi dengan tiba tiba hujan turun saat mereka berdua masih jauh dari mobil. Entah pemikiran apa yang terlontar dipikiran Sae hingga genggaman tangan itu ia lepas. "Oi!" Teriak Rin yang memanggil Sae yang perlahan menjauh darinya. Rin mencoba untuk menangkap tangan Sae, namun Sae tak segampang itu untuk dikejar.

"Kak Sae!!" Makin kesal saja. Tangannya sudah cape yang menutup wajahnya agar tak terkena hujan. Hingga pada akhirnya Rin dan Sae bermain kejar kejaran ditengah hujan itu.

"Woi!!" Mau berusaha berapa kali ia menangkap Sae, tetapi hasil tetap sama.

"Ahahaha! Rinn, coba tangkap kakak!" Tertawa gelak dari Sae yang sangat senang bermain hujan. Sudah lama mereka tak bermain bersama.

"Ngga! Sekarang hujan, lu masih demam!"

"Ayolah~ baru kali ini loh kita main. Terakhir kita main sama kan waktu umur 11 an."

"Iyya gua tau! Tapi kondisi lu lagi demam!!"

Sekali lagi. Akhirnya Rin menangkap tangan Sae, Rin menariknya dengan kuat agar ia tak akan lepas lagi. Ia membawanya ketempat berteduh, pikir saat mereka sampai ditempat berteduh, Rin ingin memarahi Sae.

"Kak!" Baru saja Sae mendengar kata 'Kak' dengan nada yang tegas dari Rin, Sae menutup telinganya dengan ekspresi takut.

"Lu batu banget dibi—" Rin menggigit bibir bawahnya. Kalau Rin melihat Sae dengan ekspresi takut begini, dia jadi tak tega.

Yang awalnya Rin ingin memarahi dan membentak Sae, kini hanya bisa diam dan nenghela nafas panjang. Cape. Rin memutar balik tubuhnya dan memijit pelipisnya 'tambah pusing gua' Batinnya.

"Rin......" Sae menatap Rin dengan tatapan bersalah.

"Maafin kakak.... Kakak tau kalau kakak lagi demam.. tapi kakak rindu main bareng kayak dulu........" Sae meminta maaf dengan memegang tangan Rin.

Rin menoleh kearah sumber suara itu, tetapi tatapan emosi masih saja belum berubah. Itu membuat Sae takut dan gugup lagi. "Hah..... Perhatiin kondisi lu lain kali. Soal main bareng bisa kapan kapan kalo lu udah sembuh. Jangan bikin emosi."

Sae mengangguk "Iya Rin, maaf.."

Kali ini gilirannya untuk mengajak pulang.
"Ayo pulang, Rin." Ia kembali memegang tangan adiknya.


~TBC~

Maaf klo jarang up, ulangan mendekat jadi kefokusan author sementara ini teralih dengan mapel. Im so sorry guys.

See u.

Please Forgive Me,Rin ||END-Rinsae||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang