"batu banget kamu,rin."

973 66 1
                                    


~Happy Reading~



Ketika dimalam hari itu, akhirnya waktu yang ditunggu tunggu oleh sae akhirnya tiba.

Yang ditunggu pun akhirnya turun dari kamar tersebut. Sae tersenyum lebar menatap rin yang sedang berada di tangga menuju lantai bawah.

Rin menyadari bahwa dari tadi sae menatapnya dengan tatapan kebahagiaan.
Di tanjakan terakhir, rin mengatakan

"Lebay, padahal cuman makan malam doang." Rin

"Gapapa, ini artinya usaha kakak ga sia sia." Sae tersenyum sendu.

"Usaha?" Rin menatap wajah sae kebingungan.

"Kamu..ga sadar?" Sae

"Gua tau usaha yang lo maksud. Jadi sebaiknya lo berhenti." Rin

"..."

"...ga,gamau" Sae

"Batu banget lu dibilangin." Rin

Tiba disaat mereka berdua duduk saling berhadapan. Tak ada yang membuka mulut terlebih dahulu,termasuk sae dikarenakan perasaan gugup itu.

Sae sesekali mencuri curi pandang kepada rin, begitu juga dengan rin yang sesekalipun mencuri pandang. Dan tak sengaja mereka berdua saling bertatapan selama beberapa detik.

"Kenapa natap gua terus? Naksir lo?" Rin

"Ga ada yang naksir, aku saudaramu. Lagi pula kamu duluan yang natap" sahut sae.

"Mana ada gua yang natap, geer banget" celetuk rin dengan nada yang menyebalkan.

Tidak ada yang meminta perbincangan ini akan menjadi pertengkaran. Ya, sae harus mengalah demi kebaikan mereka berdua.

"hah...terserah kamu,rin." Sae menghela nafas dengan lesu sembari memandang kearah yang lain.

___

Sae masih heran sekarang, kenapa rin masih belum pergi kekamarnya dan hanya duduk dikursi meja makan?, Sae terus memerhatikan rin, sementara tangannya mencuci piring yang sudah mereka gunakan.

Sae meletakkan semua piring dilemari gantung yang berada diatas wastafel.

Selesai ketika mencuci piring, sae masih saja melihat rin yang tengah duduk dikursi sembari sibuk memainkan ponsel miliknya.

"Rin? Ini sudah larut malam, sana pergi tidur" Sae

"Memangnya kakak sudah selesai?" Rin meletakkan ponselnya dimeja tersebut.

"Belum,masih ada yang harus 'ku kerjakan. Ada yang mau kamu katakan sama kakak?" Sae beranjak mendekati meja.

"Ngga ada, gua nungguin lu." Rin

Sae memberhentikan tangannya yang sedang menata meja makan itu dan kembali menatap rin.

"Buat apa kamu nungguin kakak?" Sae

"Cuman nungguin emang ga boleh?" Ketus rin kepada sae.

"Tapi ini udah larut tengah malam rin.., kamu ga boleh begadang." Sae dengan cukup khawatir dengan rin yang berkata akan menunggunya selesai.

"Berisik! Kalau gua bilang bakal tetep nungguin lu gimana?" Rin

"hah...kamu batu banget dibilangin, yasudah tunggu 20 menit lagi" Sae tak bisa apa apa selain pasrah dengan perkataan adiknya.

~~

20 menit berlalu, rin tertidur pulas dikursi itu sambil melipat kedua tangannya.

Sae menatap rin dalam diam dan menghembuskan nafas kecapean. Ia ingin mengangkat rin menuju kamar, tapi apa daya tubuh rin melebihi besar tubuhnya.

Mau tak mau sae harus membangunkan adiknya dari tidurnya itu. Sae telah siap diomeli oleh rin karena telah membangunkannya dari tidur yang nyenyak.

"Rin, ayo bangun!" Sae menggerakkan tubuh rin.

Matanya perlahan terbuka dan mendapati kakaknya yang berada didekatnya tengah berusaha membangunkannya.

"Ngantuk..." Katanya dengan nada lesu. Rin menutup matanya kembali dan mencoba untuk tertidur lagi.

"Lanjut tidurnya nanti kalau udah dikamar, rin!" Sae

Kakaknya sungguh berisik sehingga rin tak bisa tertidur lagi.

"Ck, iya iya!"

Ia pun bangun dari tidurnya dan mencoba berdiri. Oh! Rin hampir saja terjatuh. Yang benar saja? Orang baru bangun langsung disuruh naik tangga?.

"Pelan pelan makanya! Sini pegangan sama kakak" Sae menggapai pinggang adiknya dan membantunya untuk menuju lantai atas.

"iya.."

Rin menerimanya dan merangkul leher kakaknya.

Diperjalanan, setiap langkah, sae dapat merasakan hembusan nafas rin didekat telinganya, itu membuat telinga sae memerah akibat menahan malu.

Sesampainya dikamar, sae langsung membaring kan tubuh rin dan memberikan ciuman dikening adiknya.

"good night, have a sweet dream my dear little brother.." katanya sembari membelai rambut adiknya.

Sae melepas sang adik dan perlahan menjauhi nya.

Rin meraba sekitarnya, ia melihat kakaknya menjauhinya. Refleknya ia menggapai tangan sae dan menyuruhnya untuk jangan meninggalkannya khusus untuk malam ini.

Sontak netra sae membulat ketika rin menarik tangannya.

"Temenin gua malam ini"

"H-hah?"

Tanpa aba aba, rin langsung menarik sae kekasur. Ia membuat sae tak bisa bergerak karena tangannya yang berada dipinggul sae.

"Rin! Kakak ga bisa gerak!"

"Jangan berisik, gua mau tidur."

"Tunggu!, biarkan aku memperbaiki posisi ku"

"Ga usah."

Ia tak bisa berkata kata, sae bingung melihat kelakuan rin, hah...sungguh dia ingin memarahinya, tetapi sae tak tega, jadi untuk malam ini dia akan menurutinya.

~TBC~

Walau author sakit, tapi tetep maksa buat lanjut demi kalian.

Jadi maaf untuk akhir akhir ini jarang up..

See u.

Please Forgive Me,Rin ||END-Rinsae||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang