***
3. MENGGANGU
"Kak Galen!" panggil Luna, gadis itu menggoyangkan tubuh Galen yang sedang duduk sembari memejamkan matanya, sementara ia sedang mendengarkan lagu di earphone miliknya. Galen sangat terusik, dirinya paling jengkel jika di ganggu. Galen berdehem saja, sedangkan gadis di sampingnya tetap menggoyangkan tubuhnya, membuat dirinya geram.
"Apa, sih? Lo ganggu banget," jawab Galen. Lelaki itu tak membentak, tetapi jelas sekali bahwa ia sedang marah karena waktu santainya terganggu oleh Luna. Galen melepas kedua earphone yang terpasang di lubang telinganya. "Lo tau, kan, gua nggak suka di ganggu?" Kali ini nada serta wajahnya sangat datar.
Luna tersenyum sembari
memperlihatkan giginya. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu. Ia lupa akan mengatakan apa kepada Galen. Sementara lelaki itu tengah menatapnya, membuat Luna sedikit salah tingkah. "Em ... Gua lupa mau ngomong apa, hehe." Galen berdecak kesal mendengarnya. Sementara Luna terlihat sedang berfikir. "Oh iya, tadi gua mau nanya password wifi, apa password-nya?""Password? Cium dulu," jawab lelaki itu singkat, Galen merebahkan tubuhnya di sofa, ia memasangkan earphone ke telinganya lagi. Sementara Luna terlihat sangat bimbang? Cium dulu? Ah, pipi Luna bersemu merah sekarang. Luna mendekati wajah lelaki itu, sangat tampan. Kemudian dia mencium pipi sebelah kiri Galen singkat, membuat lelaki itu membuka matanya dan langsung mengusap wajahnya.
"Lo apa-apaan, sih?! Udah gua kasih password wifi, kan? Yaudah sana, nggak usah ganggu gue!" Galen terlihat mengusap-usap wajahnya kasar. "Cium dulu, huruf kecil semua pake spasi." Setelah itu, Luna mengangguk malu. Dirinya lalu pergi meninggalkan Galen. "Sialan. Angkasa, kan yang ganti password jadi itu?"
Beberapa menit kemudian, terdengar ponsel Galen yang berbunyi. Galen berdecak kesal, kemudian dia melihat siapa yang menghubunginya. Ternyata itu adalah Radhit, teman satu sekolahnya yang juga satu ekstrakurikuler dengannya. "Halo, kenapa, Dit?"
"Kok lo belum dateng, sih? Ini jadwal latihan, anjing!"
Sontak Galen mencopot earphone yang terpasang di telinganya.
"Ya nggak usah kenceng-kenceng lah bilangnya. Iya-iya, gua lupa."
"Cepet ke sini, kita nungguin lo."
Radhit menutup panggilan itu sepihak.
Galen mendengus kesal. Ia beranjak bangun dari sofa, lalu sedikit merapikan kaus hitamnya. "It's Sunday, right? Dad should have come home, though," gumamnya pelan, kemudian dia melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Ia menghentikan langkahnya ketika mendengar Luna sedang mengobrol dengan seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALUNA [ON GOING, SLOW UPDATE]
Teen FictionEntah hal sial apa yang menimpa dirinya. Galen Ashraf Austin lelaki yang mempunyai darah Jerman, dia sangat benci ketika ada orang mengganggunya. Sekarang malah dia satu atap bersama dengan sang pengganggu. Dirinya yang tidak ingin mempunyai adik, m...