PART 5 : NOMOR ASING

111 19 0
                                    

"Kak, kok lo sekarang cakep banget, sih."

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

5. NOMOR ASING

   Galen Ashraf Austin namanya, lelaki tampan dengan segala pesonannya, yang mampu meluluhkan hati perempuan dalam sekejap. Galen sangat pintar, makanya sewaktu SMP, ketika dia les berbahasa Indonesia cukup cepat, Galen bisa mempelajari bahasa dalam waktu sekejap walau memang masih ada minusnya. Galen pindah ke Indonesia ketika umurnya 13 tahun. Saat itu dia belum bisa berbahasa Indonesia, tetapi dia cukup mengerti cara menyapa, ucapan selamat dan nama makanan itu karena Amara mengajarinya. Galen juga mudah mengerti bahasa yang digunakan anak zaman sekarang.

   Ibunya Amara masih terbilang cukup muda, mungkin jika dirinya mau hamil lagi dia masih bisa. Hanya saja, dia teringat ketika dirinya hamil lalu Galen menjadi sedikit menjauh, tak suka. Galen memang tipe-tipe lelaki yang tidak suka di ganggu. Saat itu, Galen pernah ke rumah temannya untuk menyelesaikan tugasnya, tetapi terganggu karena adik temannya itu berisik, kadang menyobek kertas dan hal yang Galen tidak suka lainnya. Makanya, Galen sangat tidak suka jika mempunyai adik. Selain menganggu, punya adik juga bisa membagi kasih sayang orang tua Galen bukan? Ah, tidak. Galen kecil tidak mau saat itu.

   Terlihat Luna sedang melamun di ruang keluarga. Televisi memang menyala, tetapi sedang iklan. Luna memakan camilan yang tadi dia beli bersama Galen. Ah, ingin sekali dia memainkan ponselnya namun batrainya belum terisi sempurna. Tiba-tiba, Amara duduk di sampingnya membuat Luna agak kaget, Luna tersenyum seraya melihat Amara. "Eh, tante." Luna membenarkan posisi duduknya, kakinya dia turunkan yang semula di sofa menjadi di lantai. Tidak enak memang jika duduk seperti itu, duduk ya ... mengangkat kaki di sofa

   "Loh, Galennya mana? Pergi lagi dia?"

   "Iya, Tante. Tadi bilang ke Luna, katanya mau pergi ke rumah kak Aksa," jawab Luna. Ia mengambil remot televisi lalu mengganti channel.

   Amara memegang tangan Luna. "Luna, kalo bisa kamu deketin Galen, jangan cuman anggap Galen sebagai kakak angkat kamu. Tante seneng loh, kalo misalnya kalian berdua deket." Tiba-tiba Amara berkata demikian, membuat Luna melihat kaget kearahnya. "Soalnya tante liat-liat Galen belum kecantol sama perempuan, kamu mungkin bisa ambil hatinya Galen."

   Luna tersenyum tak enak. "Gimana, ya. Perasaan itu nggak bisa di paksain, tante. Kak Galen aja keliatannya nggak tertarik sama Luna. Ya ... Gimana bisa Luna ambil hati dia?"

   "Bisa, Luna. Tante aja sama papahnya Galen awalnya nggak saling suka. Kita terpaksa aja waktu itu nikah." Amara menarik napasnya panjang, mengingat dia dan suaminya pada saat itu di jodohkan, seingat Amara itu adalah hari yang paling dia benci. "Kita di jodohin, tapi lambat laun kita mulai merasakan rasa cinta." Amara berdehem. "Ya, tante nggak bakal jodohin kalian berdua, kok. Tapi kalo kamu mau sama Galen, tente restuin." Amara menepuk punggung Luna, lalu dia beranjak pergi dari sana.

GALUNA [ON GOING, SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang