PART 10 : DETIK-DETIK PEPERANGAN

78 5 0
                                    

  

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

10. DETIK-DETIK PEPERANGAN

   "Apa? Maksud lo apa deketin pacar gue, hah? Lo itu masih murid baru, nggak usah sok-sokan, deh." Seorang perempuan dengan beberapa temannya tiba-tiba memojokkan Luna ke dinding toilet perempuan, lalu perempuan yang tadi bersuara itu menjambak rambut Luna. Sekilas, gadis itu melihat name tag di dadanya, Chelsea—nama depan gadis itu.

   Luna memegang lengan Chelsea yang kini tangannya memegangi rambut Luna. "Gue sama sekali nggak bermaksud buat deketin kak Radhit, kak Radhit yang nawarin gue buat bareng sama di—" Belum selesai dia berbicara, satu tamparan di berikan untuknya, tamparannya begitu keras hingga wajah Luna miring ke samping, Luna memegangi wajahnya yang mulai memerah.

   "Murid baru kok kelakuannya gini, sih. Huh, dasar perebut pacar orang. Ly, lo jaga pacar lo, ya. Jangan sampe di rebut sama dia." Teman Chelsea berbicara kepada Lyly, yang sedari tadi diam sembari melihat pertengkaran mereka berdua. Kemudian, Lyly tersenyum kepadanya.

   Chelsea berdecak kesal lalu menatap kedua temannya. "Diem kalian."

   "Puas lo nampar gue?" Luna mendekati Chelsea. "Lo tanya aja sama pacar lo itu. Denger lo, ya, gue sama sekali nggak suka sama kak Radhit."

   Tangan Chelsea mendorong bahu Luna. Dirinya hendak meraih rambut Luna lagi, tetapi seseorang bertubuh tinggi memegang tangan Chelsea. "Kamu ngapain, sih? Nggak usah kaya anak kecil, aku udah bilang sama kamu kalo aku cuman kasihan sama Luna aja, dia itu adiknya Galen." Ya, dia adalah Radhit. Beberapa perempuan yang ada di toilet tadi melaporkannya pada Radhit yang pada akhirnya dia ke sini.

   Chelsea menunduk. "Ngapain coba kasihan sama perebut cowok orang."

   "Chels, dia itu nggak salah. Aku yang salah, jangan berani-beraninya kamu salahin dia lagi," kata Radhit, rahangnya mengetat. Kemudian, mata lelaki itu melihat ke arah Luna yang masih meringis kesakitan. "Luna, lo diapain sama dia? Di tampar?" Luna menganggukan kepalanya. "Kamu kenapa, sih? Kamu udah gila, ya? Tampar aja aku, jangan Luna. Lagian kenapa kamu sampe kaya gitu? Kalo marah sama aku bilang, jangan lampiasin ke orang lain." Sorot mata lelaki itu terlihat sangat marah, ia memandangi Chelsea yang sama sekali tidak menatap matanya sedikitpun.

   "Maaf," kata Chelsea seraya menatap ke bawah, dia terlalu takut melihat sorot mata pacarnya yang mungkin saat ini terlihat menyeramkan. Sedangkan kedua temannya terlihat sedang mengendap-endap keluar dari sana, tidak ingin terjebak dalam pertengkaran ini.

   "Jangan minta maaf ke aku, minta maaf ke Luna," titahnya. "Minta maaf, sayang." Radhit menghaluskan nada bicaranya.

   "Luna, gue minta maaf, ya. Iya gue tau gue salah, tolong maafin gue, ya." Chelsea menggigit bibirnya, dia menatap mata Luna.

GALUNA [ON GOING, SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang