PART 2 : MASA LALU

122 31 2
                                    

   Suara petir kembali terdengar, suara petir yang amat Luna benci. Suara petir itu menjadi saksi bisu antara dia dan papanya. Ah, Luna tak ingin menyebut pria bajingan itu papanya, dia hanyalah orang tua yang mempunyai gelar sebagai papanya.

   Sore itu, dia dan Bella—mamanya menangis. Luna memunguti pakaiannya satu per satu, pakaian yang acak-acakan di lantai, pakaian yang seolah di tujukan untuk pengemis, pakaian yang seolah sudah di buang. Padahal awalnya, semua pakaiannya dan pakaian mamanya masih tersimpan rapih di dalam lemari, tapi kini ... lihatlah, sangat acak-acakan.

   Bella melipat semua pakaiannya, tak peduli itu pakaian miliknya atau milik Luna. Yang jelas pandangannya buram karena air mata menutupinya, ia memasukkan pakaian yang sudah terlipat itu ke dalam koper. Iya, Luna dan Bella di usir oleh papanya, semua ia lakukan demi selingkuhannya.

   Setelah selesai membereskan pakaian, dua wanita itu di seret keluar oleh wanita yang memakai banyak perhiasan, bibirnya sangat merah, riasannya cukup menakutkan di mata Luna, hingga gadis itu tak bisa menatap matanya. Luna dan Bella keluar, ia di dorong paksa oleh wanita itu meski dia tahu jika di luar sedang hujan sangat deras.

   Luna meneteskan air matanya, ia melihat ke atas, hujan sangat deras membasahi pakaiannya dan juga pakaian Bella. Bibir Luna bergetar hebat, dirinya menatap rumah itu untuk yang terakhir kali. Sebelum akhirnya Luna dan Bella pergi dari sana. Hatinya sangat sakit, seperti di tusuk-tusuk oleh banyak pisau, ia ingin sekali mencakar-cakar wajah selingkuhan papanya.

   Mereka berjalan, meninggalkan komplek rumah itu. Rumah besar milik keluarga kecil Luna. Tetapi kini hancur, keluarga kecil itu hancur karena wanita sialan yang tak punya malu itu. Tangannya mengepal, ia berjanji akan membalaskan semua dendam mamanya.

   Luna kelaparan, dia kedinginan namun ia tahan. Matanya melihat mobil berwarna merah berhenti tepat di depan ia dan mamanya duduk, kaca mobil itu terbuka. "Amara?" tanya Bella terkejut, wanita itu berdiri lalu berjalan ke arah mobil itu.

   Saat itu, dirinya masuk ke dalam mobil Amara meski baju mereka basah kuyup, Amara tak masalah dengan semua itu. Amara sangat baik, dia mengantarkan mereka ke rumahnya, rumah sederhana yang terletak tak jauh dari tempat tadi. Kata Amara rumah itu mau dia kontrakan.

   Dua hari lamanya Bella dan Luna tinggal di sana, hingga akhirnya Bella memutuskan untuk bekerja di luar negeri, dan Bella menitipkan anaknya ke Amara—teman baiknya, sahabat dekatnya. Luna tentu sangat berterima kasih kepada Amara, Amara sangat begitu baik padanya. Dalam hatinya ia berjanji akan membalas kebaikan yang Amara berikan.

GALUNA [ON GOING, SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang