Pergi!

462 57 25
                                    

Happy reading guys 🖤🖤

Dengan kondisi baju yang masih basah, Zoya memasuki kamarnya. Raganya begitu lelah. Menatap sekeliling kamarnya yang terasa hampa, ia langsung masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Beberapa menit akhirnya Zoya keluar dari kamar mandi, namun yang ia lihat kini Arya tengah duduk dipinggir tempat tidur, tengah menatapnya dengan tatapan sendu.

Zoya tidak berekspresi apapun, air matanya mengering, mungkin terbawa hujan, ia sudah menumpahkannya sejak tadi hingga dadanya sesak.

Arya berdiri menghampiri Zoya, ia mencoba meraih tangan Zoya, tapi Zoya langsung menghindar.

"Zoy, saya masih bingung dengan perasaan saya. Tolong tunggu sebentar, saya hanya ingin menemani saat-saat terakhir Nayla, saya mohon tunggu dan coba mengerti sebentar."mohon Arya dengan sungguh-sungguh.

"Menunggu apa?"

"Memastikan perasaan saya, Zoya."katanya dengan yakin.

"Lalu, setelah memastikannya. Bagaimana jika kamu tidak benar-benar memiliki rasa kepadaku, apa kamu akan mengakhiri ini, benar bukan?"ucap Zoya dengan nada meremehkannya.

"Maksudmu?" Arya masih mencoba mencerna ucapan Zoya.

"Jangan bingung mas, aku tahu hatimu hanya milik Nayla, bukan untuk ku. Aku yakin setelah Nayla sembuh, kamu akan kembali bersamanya tanpa memikirkan ku."tegas Zoya.

"Kenapa kamu berpikir seperti itu, saya hanya minta kamu untuk bersabar, perlu kamu ingat jika Nayla adalah ibu kandung Rumi."jelas Arya, rasanya sulit sekali mejelaskan ini kepada Zoya.

Bukan sulit, tapi Zoya sudah terlanjur terluka....

"Nayla sakit saja kamu tidak bisa lepas darinya, apalagi dia sembuh, mungkin untuk sekedar mengingat ku saja rasanya mustahil."sarkas Zoya.

"Zoya...."Arya menghela nafasnya berat, mengusap wajahnya kasar.

"Maaf mas, seharusnya aku tetap ingat dengan perjanjian awal kita."ucap Zoya, ia mulai melangkahkan kakinya keluar kamar.

Namun sebelum benar-benar keluar ia berkata kepada Arya.

"Pernikahan ini konyol, aku salah memilih kembali, seharusnya aku lebih sabar, dan tidak terburu-buru, jika boleh diulang, aku tidak mau mengenalmu mas."ucap Zoya dengan akhir kalimat yang gemetar di bibirnya.

Hati Arya mencelos dengan apa yang diucapkan Zoya.

Ia menjatuhkan dirinya, menarik rambutnya frustasi. Situasi ini sulit, ia dilema dengan pilihannya, disatu sisi ia ingin bersama Nayla disisa hidupnya, dan disisi lain ia ingin memulai semuanya bersama Zoya. Katakanlah dia manusia yang paling egois yang pernah ada.

Zoya memasuki kamar Rumi, kembali dadanya merasa sesak, melihat damai tidur sang putra kecil.

Rumi adalah korban keegoisan orang dewasa, bagaimana jika Zoya meninggalkan Rumi, apakah dia akan membencinya.

Ia bahkan belum menghabiskan banyak waktu bersama putranya, tapi....

Sungguh Zoya ingin pergi dari sini, luka lama miliknya belum benar-benar sembuh, tapi jika dia terus disini, maka luka itu semakin bertambah dan perlahan-lahan akan menghancurkannya.

Tapi bagaimana dengan Rumi, ia menyayangi putra kecilnya ini.....

Ia tidak memiliki hak untuk membawanya pergi.

"Buna menangis?"suara kecil itu membuyarkan lamunannya.

Dengan cepat Zoya menghapus air matanya, lalu mendekatkan tubuhnya kepada Rumi.

Mazoya AnantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang