Takdir menyedihkan (END)

165 21 3
                                    

Hari-hari nya kini kian membaik, jauh dalam lubuk hatinya ia merasakan kebahagian itu kembali. Zoya dapat melihat bagaimana usaha Arya untuk kembali mendapatkan kepercayaan nya dan juga orang tuanya.

Beberapa kali mama Anne mertuanya mengunjungi Zoya untuk melihat keadaannya dan juga kandungannya. Mama Anne juga selalu membujuknya untuk kembali pulang.

Dirasa hatinya semakin membaik, Zoya putuskan lusa nanti ia akan pulang dimana tempat suaminya tinggal dan disana pula mereka akan tinggal bersama kembali.

Kemarin Rumi baru saja pulang menginap dari rumah Zoya, anak itu banyak bercerita, ia mendapatkan teman baru, mereka sering bermain, temannya ini ternyata tetangga yang baru saja pindah sekitar satu bulan yang lalu.

Zoya mendengarkan cerita Rumi dengan antusias, senang rasanya menjadi tempat bercerita bagi anaknya. Kelak ia mengharapkan kehidupan yang jauh lebih bahagia dari ini, ia ingin ketika anaknya lahir nanti, bisa menjadi teman sekaligus adik yang baik bagi kakaknya nanti, dan Rumi sebagai kakak, bisa mengarahkan adiknya nanti.

Sekarang Zoya dan Arya baru saja selesai memeriksakan kandungan Zoya. Dokter kata perkiraan anaknya lahir dua bulan, tepatnya diakhir bulan nanti, semoga saat ini Arya masih selalu bersamanya, dan Zoya juga anaknya sehat setelah persalinan nanti.

Keduanya kini tengah menikmati semangkuk es krim dengan mereka yang duduk diatas ayunan kayu yang menggantung di dahan pohon yang kokoh, entah dimana Arya membawa Zoya saat ini, tapi Zoya merasa tenang dan juga merasa senang.

Hamparan Padang rumput dan juga danau yang terlihat menenangkan hatinya.

"Kenapa mas tidak mau tahu jenis kelamin anak kita?"tanya Zoya setelah memasukan satu sendok eskrim kedalam mulutnya.

Arya terdiam seolah memikirkan sesuatu, lalu menatap Zoya dengan senyum mengembangnya.

"Aku tidak masalah dengan jenis kelamin anak kita, biarlah menjadi kejutan saat anak kita lahir, yang terpenting kondisi anak dan ibunya sehat."tuturnya membuat Zoya tersenyum mendengarnya.

"Tenang saja mas sudah memikirkan nama untuk anak kita nanti."sambung Arya.

"Benarkah?"Arya mengangguk mantap.

Diam-diam dia sudah menyiapkan nama untuk calon anaknya, dua nama ia persiapkan karena belum tahu jenis kelamin anaknya.

"Apa? Beritahu aku sekarang."tanya Zoya dengan antusias.

"Jika anak kita laki-laki namanya Arsaka Nara Alfahri, jika anak kita perempuan aku ingin memberinya nama Jenara Mecca Alfahri. Bagaimana, apa kamu punya nama sendiri?"

"Tidak ada mas. Aku suka dengan namanya, kita pakai nama dari mu saja."ucap Zoya memperlihatkan senyumannya.

Mereka kembali terdiam, menikmati semangkuk eskrim dengan angin yang beberapa kali menerpanya. Rasa ini semakin tenang, membuat mereka semakin dekat.

"Zoya...."

"Hm?"Zoya kembali menatap Arya.

Arya tersenyum kearahnya, lalu menggenggam tangannya penuh sayang.

"Aku hanya ingin melihat kamu selalu bahagia, tanpa ada lagi rasa kesedihan, akan selalu mas usahakan untuk bisa membuat kamu bahagia."ucap Arya dengan tulus.

Zoya meraih eskrim ditangan satunya Arya. Ia meletakkannya dibawah bersama eskrim miliknya. Zoya menggenggam kedua tangan Arya bergantian.

"Aku sudah merasa cukup bahagia, dengan kita kembali memulai semuanya dari awal, dengan kamu yang selalu bersamaku, aku sudah merasa bahagia mas. Hanya satu, tolong jangan tinggalkan aku mas, terus bersamaku hanya itu yang aku inginkan."balas Zoya.

Mazoya AnantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang