Happy reading guys 🖤🖤
Terlalu dini untuk menafsirkan sebuah rasa diantara mereka. Terlalu cepat mengharapkan yang tidak pasti, menganggap bahwa saling menerima satu sama lain, nyatanya hanya sepihak.
Jauh dari kata saling memiliki, ketika satu ingin memiliki, namun yang lainnya tak bisa melepas sepenuhnya masa lalu yang masih membelenggu. Salah, dirinya salah telah mempercayai bahkan memberikan sepenuh hatinya, jika akhirnya harus merasakan yang sama.
Harus sampai kapan Zoya seperti ini, seperti mengulang kembali dimana ia kembali terpuruk karena alasan yang sama, pasangan yg memilih wanita lain.
Pikirannya terlalu berisik, bertanya apa kekurangan dirinya, sehingga tidak ada yang benar-benar tulus dengannya, apakah dia terlalu memaksakan diri?
Jujur rasanya lebih sakit dari sebelumnya.
"Salah jika mencintai suami sendiri?"pertanyaan yg terus berulang dari bibirnya.
Dua jam ia hanya termangu duduk diatas kasurnya, dengan air mata yang terus mengalir hingga matanya merasa lelah.
Zoya mengusap kasar sisa air matanya, tidak bisa dijelaskan keadaannya, sekarang ia benar-benar merasakan patah hati yang begitu sakit.
"Kata mu, malam itu kamu tidak benar-benar serius?"sesak rasanya mengingat ucapan Arya yang satu ini.
Ia sangat bersungguh-sungguh dengan perasaanya, tapi kenapa Arya mempermainkannya. Sakit, sangat sakit!!!
Ia memejamkan matanya, menghalau air mata yang kian berlomba-lomba keluar, apa ia berlebihan menangisi ini semua, harus seperti apa ia bersikap?
Sejak awal pernikahan ini hanyalah sebuah perjanjian yang saling menguntungkan, lalu kenapa ia harus menangisinya.
Brengsekkkk!!! Ia ingin mengumpat rasanya, menyalurkan rasa marah nya, cemburu? Ia sangat cemburu.
Ia ingin membuang perasaanya, tapi perasaannya sudah terlalu dalam, Zoya sudah jatuh pada malam itu, bahkan ia menyerahkan hal yang paling berharga baginya.
Zoya menghempaskan tubuhnya diatas kasur, matanya mulai letih, perlahan memejam, ia berdoa saat bangun nanti, ia harap keadaan hatinya membaik, walau mungkin itu mustahil!
****
Baru saja akan menjemput mimpi, namun ia mengingat sesuatu, dan langsung terbangun dari tidurnya.
Rumi!! Ah dia melupakan bocah itu, pasti dia menunggunya.
"Lebih baik, aku menjemput Rumi pulang."ucapnya, kemudian merapikan dirinya yg terlihat berantakan.
Di saat seperti ini, Zoya masih sempat-sempatnya memikirkan bocah laki-laki itu. Seharusnya Zoya tidak peduli, dia bukan anaknya. Bahkan ayahnya sendiri tidak menanyakan keadaan bocah itu. Tapi, Zoya merasa bahwa ia adalah ibu bagi Rumi.
Beda hal nya ditempat lain, tepatnya kini Arya tengah menemani Nayla, ia senantiasa dengan sabar mengupas buah apel untuk ibu dari anaknya itu.
"Arya seharusnya kamu tidak disini."ucap Nayla, namun tak ada respon sedikitpun dari Arya, ucapan sebelumnya pun terus dia abaikan, sejak kepergian Zoya tadi.
"Aku tidak ingin Zoya berprasangka buruk terhadap kita."ucapnya lagi.
'walaupun aku juga membutuhkanmu, maaf Zoya."batin Nayla yang tidak bisa ia ungkapkan.
Nayla tidak menutup kemungkinan bahwa dia begitu munafik, tapi semuanya memang bermula karenanya, seharusnya ia tidak boleh seperti ini, ia yang sudah memutuskannya, lalu kenapa ia merasa seperti ini sekarang. Nayla tak ingin membuat Zoya terluka, ia sebenarnya merasa buruk kepada Zoya, tapiii....
KAMU SEDANG MEMBACA
Mazoya Ananta
Storie d'amoreZoya merasa hancur, hatinya begitu sakit, saat tahu calon suaminya mengkhianati dirinya. Zoya pikir Reza adalah laki-laki yang setia, nyatanya ia bermain hati dengan wanita lain yang notabenenya adalah teman Zoya sendiri. Itu sangat melukai hatinya...