"Apa yang kau harapkan dari manusia? Kebahagiaan? Percayalah, harapanmu hanya akan tidak menyakitkan jikalau engkau berharap kepada Allah Ta'ala."
-Farhan Ilham***
"Bu, es teh nya empat dibungkus ya," ucap seorang pemuda tampan berpeci putih.
"Tunggu sebentar ya, mas." ucap si pedagang,
Setelah menunggu beberapa menit, pesanan pemuda itu akhirnya datang dengan bungkus kresek yang cukup besar, sehingga muat untuk empat es teh pesanannya.
"Berapa, bu?" tanya pemuda itu.
"20 ribu saja, mas." jawab ibu-ibu penjual itu.
"Ini ya, bu. Kembaliannya ambil saja." ucap pemuda berpeci itu dengan ramah sembari memberikan uang berwarna merah.
"Terimakasih banyak ya, mas. Saya terima ya, Alhamdulillah sekali soalnya saya sedang butuh uang untuk pengobatan anak saya." ucap Ibu itu.
"Iya, bu. Kalau begitu saya permisi."
Pemuda berpeci itu pergi meninggalkan warung kecil yang sepi itu. Namun sebelum benar-benar pergi, pemuda itu meletakkan sebuah batu biasa tepat didepan warung tersebut.
Setelah melakukan hal yang dipinta hatinya, pemuda itu melangkah kearah sebuah taman yang tidak jauh dari warung tersebut.
Bugh
"Maaf, mas. Saya ngga sengaja" ucap seorang gadis manis
"Tidak apa. Bisa kita bicara sebentar?" ucap pemuda berpeci itu sambil menunjuk salah satu kursi kosong yang ada di taman tersebut.
"Saya tidak bisa berlama-lama." ucap gadis itu
"Hanya 15 menit!" tegas pemuda berpeci.
Mereka pun berjalan kearah bangku yang ditunjuk oleh si pemuda itu. Gadis itu dibiarksn berjalan lebih dulu dan memilih sisi bangku yang dia inginkan.
Dan jadilah kini, si gadis menempati sisi kiri dan si pemuda berpeci di sisi kanan.***
"Lo mau sebelah mana, Lia?" tanya Naomi saat mereka akan sedang menunggu angkutan kota (angkot)
"Mi, kayanya aku mau jalan kaki aja deh. Aku mau ke taman sebentar."
"Ohh yaudah kalau gitu, gue nebeng sama kak Rama aja deh." kata Naomi mencari-cari keberadaan Rama.
"Nah itu dia! KAK HANS SINI BENTAR!!" teriak Naomi memanggil Rama.
Tanpa menunggu lama, Rama melajukan motor matic nya kearah Naomi dan Rachelia.
"Ada apa, Mi?" tanya Rama saat sudah sampai didepan Rachelia dan Naomi.
"Nebeng dong, Papa ngga bisa jemput katanya," kata Naomi mendekat kearah Rama.
"Terus Lia gimana?" tanya Rama melirik sedikit kearah Rachel.
"Aku jalan kaki aja, kak. Mau ke taman." ujar Rachelia sambil tersenyum.
Tanpa disadar Rama mengangkat kedua sudut bibirnya, membentuk lengkungan yang menciptakan cekungan di pipinya. Meski dokter berkata bahwa cekungan itu adalah sebuah kekurangan, namun siapa yang tidak menjadi lebih terlihat manis saat memiliki cekungan itu? Apalagi orang itu adalah Hans Rama Wijaya. Berparas tampan, berkulit putih bersih, dengan tinggi ±185cm, ditambah lagi dia mempunyai cekungan kecil di pipinya yang muncul disaat ia tertawa, orang-orang menyebut dengan sebutan lesung pipi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RETISALYA [RACHELIA]
Teen Fiction"Janji yang aku buat, terpaksa harus ku ingkari. Bukan, sungguh ini bukan keinginanku. Tetapi inilah takdir, takdir yang harus aku terima. Ku terima segalanya dengan ikhlas dan lapang dada." -Rachelia Michella "Aku mencintai dia dan segala kekurang...