Happy reading 🌷
***
"Dasar anak s14lan!!!" ucap Erick mencekram kedua pipi Rachelia dengan kuat. Bahkan darah dari sudut bibir Rachelia kini mengalir ke tangan kanan Erick.
***
"S-sakit, Paaa," lirih Rachelia.
"Sedari tadi tangan saya benar-benar sudah sangat gatal ingin menamparmu dasar anak s14lan! Andai saja Ersy tidak ada di rumah saat kepulangan mu, sudah sejak dari tadi saya akan menampar mu!" bentak Erick lagi tanpa melepaskan cengkraman tangannya.
Rachelia menangis sejadi-jadinya, meratapi sakit pipi bekas tamparan dan juga meratapi sakit hatinya. Tanpa sengaja ia ekor matanya melihat Chamry. Rachelia sempat berpikir Chamry akan menghampiri Erick dan melepaskan cengkraman Erick lalu memeluk nya, namun pemikiran itu lekas ia tepiskan. Karena Rachelia tau, bahwa berharap kepada manusia adalah hal yang tidak perlu di lakukan.
"Pa?" panggil Chamry yang berjalan mendekati mereka.
Tanpa menunggu jawaban Erick yang masih mencekram pipi Rachelia, Chamry melanjutkan perkataannya,
"Udah, Pa lepasin Chell," di luar dugaan Rachelia dan para pembaca, ternyata Chamry melakukan sesuatu hal yang sangat membantu Rachelia.
"Papa ngga salah denger, Cham?" tanya Erick bingung sembari melepaskan cengkraman tangannya.
"Kamar Ersy berantakan, Pa mending suruh dia beresin aja sekalian cuci dan ganti seprai nya," ujar Chamry.
"Ternyata ada maksud tersendiri dari perlakuannya." batin Rachelia.
"Ada buaya dibalik kadal." batin para pembaca.
"Kamu dengar itu kan, Rachel?! Cepat lakukan!!!" perintah Erick dengan nada tinggi.
"Iya, Pa." jawab Rachelia berjalan menuju lantai tiga tepat dimana kamar Ersy berada.
Baru sampai di undakan tangga pertama, Erick kembali melayangkan perintah yang menyakitkan,
"Sebelum Ersy pulang, pekerjaanmu harus sudah selesai! Dan ingat, tidak ada makanan bagimu sebelum kamu menyelesaikan pekerjaanmu!"
Tanpa menjawab lagi, Rachelia melanjutkan langkah dan terhenti di depan pintu kamarnya. Rachelia mengambil anak kunci yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi, bahkan meski hanya sekedar ke lantai dasar. Hal itu ia lakukan karena ia tidak mau ada orang yang masuk ke dalam kamarnya. Baginya, kamarnya adalah privasinya. Privasi yang tidak sembarang orang bisa masuk dan melihat isinya.
Rachelia masuk ke dalam kamarnya dan segera menutupnya kembali. Ia masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti pakaian dan membasuh wajahnya yang kini luka di sudut pipinya semakin terasa menyakitkan.
Tanpa membuang waktu lebih lama, Rachelia keluar dari kamar mandi dan mengambil handphonenya yang ada di dalam tas untuk ia bawa ke kamar Ersy.Sesampainya Rachelia di kamar Ersy, ia benar-benar terkejut. Sangat berantakan. 16 kata yang cukup menggambarkan isi ruangan yang semula bersih dan indah kini menjadi ruangan yang berantakan dan penuh dengan sampah bekas jajanan dan snack serta botol minuman.
Rachelia menghela nafas panjang. Dia benar-benar lelah, meski pekerjaan lantai dasar tadi sudah dibantu oleh para ART tapi tetap saja ia merasa sangat kelelahan.Rachelia mulai memasukan sampah-sampah itu ke dalam kresek besar, kemudian Rachelia melepaskan sprei dan membawanya ke lantai bawah untuk dicuci menggunakan mesin cuci. Setelah memasukan sprei itu, Rachelia berjalan ke arah paviliun yang digunakan untuk tempat tinggal beberapa ART yang memilih menetap bersama, dan Bi Rahma adalah salah satu penghuninya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RETISALYA [RACHELIA]
Teen Fiction"Janji yang aku buat, terpaksa harus ku ingkari. Bukan, sungguh ini bukan keinginanku. Tetapi inilah takdir, takdir yang harus aku terima. Ku terima segalanya dengan ikhlas dan lapang dada." -Rachelia Michella "Aku mencintai dia dan segala kekurang...