"Tenang seperti lautan tanpa ombak, dan dengan kedalamannya yang tidak terjamah."
-Rachelia Michella...
Have fun guys uhhuy
Jgn silent readers dong hm:+...
"Naomi, Aira?" sapa Samita saat melihat Naomi menuruni undakan tangga bersama Aira yang wajahnya masih menahan kantuk.
"Pagi, Tante." sapa mereka balik.
"Rachel mana?" tanya Erika saat tidak melihat cucunya ikut turun bersama sahabat-sahabatnya.
"Masih tidur, Nek, tadi Naomi udah coba bangunin tapi dia ngga bangun-bangun." ujar Naomi.
Sam yang mendengar itu langsung bergegas berlari ke lantai atas tempat kamar Rachelia berada. Sam panik dan takut, pasalnya Rachelia adalah tipe orang yang mudah bangun.
"Chel? Chel bangun Chel!!!" kata Sam mengguncang tubuh Rachelia.
Semua panik saat mendengar Sam tidak henti-hentinya membangunkan Rachelia. Itu pertanda bahwa meski sudah berkali-kali Sam mengguncang tubuh Rachelia, Rachelia tak kunjung terbangun juga.
"Denyut nadinya lemah." sontak perkataan Samita membuat semua yang ada di kamar itu tercengang.
"Cek yang bener, Ma!" kata Andre.
Samita kembali mengecek denyut nadi Rachelia. Seketika Samita tersenyum pahit. Melihat senyum Samita yang sangat pahit, hal itu tentu saja membuat Erika lemas seketika.
Dengan panik Naomi mengguncang-guncang tubuh Rachelia lagi. Semuanya sedang berdoa, berharap guncangan Naomi membuahkan hasil, yaitu respon dari Rachelia. Dan entah kenapa sejak tadi Rachelia masih enggan membuka matanya.
Erika berjalan ke sisi lain ranjang yang di gunakan Rachelia, lalu dengan hati-hati Erika memindahkan kepala Rachelia dari bantal ke pahanya. Erika menangis tersedu-sedu, dengan perasaan campur aduk antara marah dan juga sedih. Ia benar-benar marah mengingat perlakuan anak dan menantunya kepada Rachelia. Erika semakin histeris saat meski ia sudah memeluk Rachelia, Rachelia tidak juga memberi respon. Erika melepaskan Rachelia sesaat sebelum akhirnya kembali memeluk nya.
"Chel tolong bangun, Sayang. Nenek ngga kuat kalau ditinggal kamu, Chel. Tolong Chel, bangun tolong," lirih Erika.
Diusianya yang sudah rentan tentu saja hal apapun bisa menjadi sumber penyakit baginya. Seperti saat ini, Erika sudah mulai merasakan sakit di bagian dadanya, meski begitu ia masih enggan untuk melepas pelukannya terhadap Cucunya itu.
Dengan berlinang air mata dan lirihan yang tidak jelas, Naomi memeluk erat Rachelia. Naomi benar-benar takut jikalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada Rachelia. Andre terus memeluk Samita guna menenangkan istrinya. Tak lama kemudian tiba-tiba ...
"Nenek? Kalian kenapa nangis? " tanya Rachelia yang kini sudah terbangun dengan nada bingung.
Tanpa menjawab Rachelia, Erika sontak saja memeluk Rachelia. Begitupula dengan Naomi.
"Lo jahat Chel! Lo tega buat kita semua ketakutan, lo buat kita semua panik tau ngga? hiks hiks,"
"A-aku_"
"Udah gapapa, sayang. Yang penting kamu udah bangun, sekarang kamu siap-siap ya? Kita sarapan bareng." ujar Erika menghapus air matanya.
Tanpa rasa takut akan terjadi sesuatu hal, semua keluar dari kamar, sengaja memberi ruang pada Rachelia untuk sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
RETISALYA [RACHELIA]
Fiksi Remaja"Janji yang aku buat, terpaksa harus ku ingkari. Bukan, sungguh ini bukan keinginanku. Tetapi inilah takdir, takdir yang harus aku terima. Ku terima segalanya dengan ikhlas dan lapang dada." -Rachelia Michella "Aku mencintai dia dan segala kekurang...