Pukul 18.00, diruang keluarga Kevin sedang menjalani terapi uap dengan mask oksigen. Kevin membalas chat teman sambil menghirup uap.
"Dek." Kendrix datang dari dapur membawa susu. Kevin menatap kakaknya lalu fokus lagi pada hp, Kevin bahkan membiarkan Kendrix memangku kepalanya.
Kendrix mengusap rambut lepek adiknya sesekali mengusap dadanya. Rutinan seperti ini sudah jadi tugasnya, adiknya tak boleh memegangnya.
Kendrix mengintip chat adiknya dengan temannya, dengan tangan tetap mengusap dadanya. Kendrix menarik badan adiknya agar duduk, lalu menyandar pada dadanya.
Pletak
"KAK KENN" pekik Kevin terendam menatap kakaknya tajam. Kevin menatap Kendrix tanpa sadar mengerucut, kakaknya juga menatap dirinya garang.
"Kan sering kakak bilangin. Kurangi bahasa kasarnya, nakal banget sih. Adek siapa kamu itu" ujar Kendrix mengunyel unyel pipi Kevin yang tak sepenuhnya tertutup mask.
"Tau ah" Kevin ngambeg memalingkan wajahnya, Kevin ingin bangkit namun malas saja. Kendrix menghela nafas kasar, kekanakan sekali pikirnya.
Kendrix mengecek obat yang tercampur pada mesin, sebentar lagi obat itu akan habis. Kendrix menyiapkan nasal cannula lalu menyambungkan pada tabung oksigen.
"Kevin pake nasal, kak?" Tanya Kevin diangguki Kendrix. Kevin menghela nafas lalu menunduk, sekarang Kevin tidak mood pada hp.
"Saturasi kamu masih rendah, nanti kamu sesak terus oksigen diotak kamu terhambat. Sampai besok pagi ya" ucap Kendrix lembut dihiraukan Kevin.
Kendrix mengusap dada adiknya yang masih naik turun teratur, namun tak senormal orang biasanya. Kendrix mengecup kepala adiknya merasa bersalah.
"Kalo gamau kayak gini, adek harus operasi. Nanti kalo udah parah makin susah kalo operasi, kondisi naik turun akan bahaya dimeja operasi. Resiko tertinggi kematian, dek" ujar Kendrix panjang lebar.
Kevin menatap kakaknya, bibirnya melengkung kebawah. Kevin melepas masker oksigen lalu membalikkan badan menyembunyikan wajahnya didada sang kakak kesal.
Kendrix mengambil nasal lalu menyalakan oksigennya. Kendrix pelan pelan memasukkan ke-kedua lubang hidungnya, Kevin merasakan udara masuk menggelitik.
Kendrix mendorong pengait sampai bawah dagu adiknya. Kendrix mengusap air mata dipipi sang adik, Kendrix tersenyum mengecup kedua mata sembabnya.
"Cengeng banget hm. Dah ah jangan nangis lagi" ucap Kendrix membenarkan adiknya dipangkuannya. Kendrix menggendong tubuh tinggi adiknya menimang pelan.
Tinggi kendrix 192 sedangkan Kevin 179.
Kendrix mengusap rambut Kevin yang ada dibahunya, Kevin pun tak sadar jika sudah terlelap. Kendrix menarik tabung oksigen, serta membawa adiknya ke kamar bawah.
Kendrix mendorong tabung oksigen sampai depan nakas, kendrix menidurkan adiknya perlahan. Kendrix terkekeh geli melihat wajah polos adiknya, Kendrix mengecup dahinya.
Kendrix menidurkan diri disamping Kevin. Tatapan bahagianya digantikan dengan sendu, sedih akan keadaan adiknya yang tak pernah ia pikirkan.
Keadaan adiknya sudah 8 bulan ini ia ketahui. Hal pertama hanya memberi obat dan terapi satu bulan 3 kali, namun sekarang bahkan oksigen hampir tiap hari.
Kakak mana yang tak sedih mendengar kabar menyedihkan ini. Kendrix mencium pipi sang adik, lalu stetoskopnya ia pakai meletakkan dibagian paru paru.
Terdengar desisan dibagian itu. Paru paru adiknya bocor, namun Kevin belom mau melakukan operasi. Entah sebab apa
KAMU SEDANG MEMBACA
Kevin yulando alexander
Short Storyadik dari seorang dokter populer yang mengalami masalah pada paru parunya, bisa disebut kebocoran. namun, kevin tidak mau operasi