Kevin 24

1.1K 74 1
                                    

Mata lentik dan cantik tersebut mulai terbuka, hal pertama yang dilihat adalah Erland yang duduk disisi brankar. Dan dimana kakak sekarang. Kenapa gak ada disini nemenin kayak biasanya.

Erland tersenyum tipis mengerti apa yang sedang difikirkan adiknya, terbukti matanya yang berkeliaran dan wajah bingungnya menatap sekitar sekaligus raut sedihnya yang membuatnya iba.

"Kendrix sedang ada urusan. Sebentar lagi selesai" Kevin menatap lurus wajah Erland terutama matanya yang sangat tajam. Btw dia beda 3 tahun namun beda jauh perawakannya.

Tangan Erland memanjang mengusap antara kedua mata Kevin membuat sang empu memejamkan matanya. Kevin terkesiap oleh tingkah orang yang sudah ia anggap kakak kandungnya sendiri.

"Jangan seperti kemarin lagi" sendunya menatap pasien diatas brankar, Kevin membuka matanya ingin tersenyum namun tak bisa.

Kevin mengangkat tangannya menggenggam tangan Erland dengan erat diatas perutnya lalu berbicara dalam hati dengan mata menatap dalam kakaknya berharap sang empu paham apa yang sedang dibicarakannya.

"Maaf bikin khawatir semuanya" Matanya menatap terus mata tajamnya yang tak pernah melembut itu.

Erland tersenyum tipis mengerti arti mata itu, lalu ia mengambil tangan lemah adiknya kemudian mengecupnya membuat mata Kevin membulat, Erland terkekeh lalu bangkit mengecup dahi Kevin sedikit lama.

Lagi lagi Kevin terkejut.

Makin terkejut lagi saat Erland mencium bibirnya yang terbuka. Oh no, bibir itu sudah diambil kakaknya sekarang ada orang lagi yang seenaknya mengecup bibir seksinya.

Beruntung keadaannya seperti ini, kalo lagi sehat bakal ditendang buwungnya.

Ceklek

"Apa yang kau lakukan"

Demi burung pipitnya bang jono, senengnya hati kecil Kevin saat kakaknya masuk dan memergoki Erland yang dari tadi menciumnya. Bibirnya udh makin tak suci.

Huhu kakak selamatkan adik tampanmu

"Khem" Erland mendatarkan wajahnya sembari membenarkan kemejanya yang sedikit berantakan dan memalingkan wajahnya. Rasa canggung hadir diantara keduanya apalagi Kendrix yang terus menatap tajam Erland.

Kendrix mengeluarkan tangannya yang sedari tadi berada disaku sneli kedokterannya, tangannya meraih tisu basah diatas meja lalu mengelap seluruh wajah adiknya terutama bibir adiknya.

Cup

Cup

Kendrix mengecup bibir adiknyaa memghilangkan jejak dari bibir si cowok brengsek disampingnya. Dia gak rela bibjr adiknya yang hanya miliknya itu diambil juga oleh orang lain. Sialan dia kecolongan.

Awas saja.

Erland menatap datar Kendrix, namun dalam hati dia sedikit canggung oleh aura yang dikeluarkan oleh pria yang bernama Kendrix. Erland segera duduk disofa menghindari kebengisan tatapan seorang dokter Kendrix.

"Hufff" helaan nafasnya yang terdengar kesal. Kevin menatap kakaknya melas sambil menggenggam tangan kakaknya membuat Kendrix luluh dan mengeluarkan senyuman terbaiknya.

"Kenapa hm?"

Kevin menatap kakaknya berkaca kaca membuat Kendrix tersenyum mengecup ujung bibir adiknya, dia tau apa yang diinginkan adiknya. Tapi dia belum bisa mengabulkan karna adiknya belom bisa bernafas sendiri.

Ia takut keadaan adiknya semakin parah.

Demamnya hanya tinggal hangat, berkali kali Kendrix mengehembuskan nafas lega melihat adiknya. Namun hatinya terus berdenyut saat melihat selang ventilator memasuki mulut masuk ketenggorokannya.

Kevin yulando alexanderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang