Sehabis dipijat badannya sakit semua Kevin tak mau turun dari gendongan Kendrix bahkan semuanya mau gantian gendong Kevin aja remaja itu menolak keras.
Daripada kambuh mereka hanya diam dan memberi semangat Kendrix yang sudah dalam mode lelah. Dokter muda itu duduk disofa dengan bunda yang menyuapi Kevin yang bersandar penuh didada kakaknya.
"Aa lagi"
Kevin hanya menggesekkan wajahnya pada jas kebanggaan kakaknya, Kendrix menunduk mendorong pipi adiknya agar menghadap bunda dan menerima suapan terakhir.
"Pinterrrr habiss" bunda tersenyum bangga lalu mengecup hidung mancung dan merahnya. Bunda bangkit meletakkan mangkuk diatas nakas sambil membawa obat serta air putih.
Kevin yang bersandar didada bidang kakaknya seketika bersembunyi dan menutupi kepalanya dengan jas kedokteran sang kakak. "Kevinnnn!" Ucap Kendrix dengan suara berat.
"Hiks"
Kendrix menghela nafas lalu mengangkat tangannya memeluk Kevin yang menangis didadanya. Tangisan remaja itu semakin keras membuat bunda ikut panik mengusap punggung kecil Kevin.
"Udah iya, kakak minta maaf udah bentak barusan. Dekk sayangnya kakak. Minum obat yukkk" ucap Kendrix sambil meraih wajah adiknya dan menatap wajah adiknya yang basah penuh air mata. Bibir remaja tersebut mengerucut lucu membuatnya tak tahan ingin mengecup
"Nanti sakit lagi dadanya kalo enggak minum obat hm" ucap Kendrix sambil mengecup bibir plum adiknya, Kevin menatap Kendrix memelas sambil meneteskan air matanya membuat Kendrix segera menghapusnya.
"Jangan nangis. Lihat kakak juga minum" ucap Kendrix sambil memberi isyarat bunda untuk mengambilkan andalannya yaitu vitamin miliknya.
Kevin diam menatap kakaknya yang meminum obat tanpa air putih. Kevin mengerjapkan matanya, remaja itu mengambil air putih dari tangan bunda lalu memberikan pada kakaknya.
"Pahitt, kakak minum" Kendrix tersenyum melihat wajah polos adiknya lalu meminum dengan satu tegukan kecil.
"Sekarang gantian adek minum obatnya" kevin menatap 5 butir obat ditangan sang bunda, matanya menatap Kendrix bak kucing minta dipungut. Kendrix langsung mengambilkan obat lalu memasukkan kemulut adiknya dan memberikannya minum.
"Minum" ucapnya lembut.
Kevin seketika minum saat rasa pahit menyapa lidahnya.
"Haaaaa pahittt"
"Lagi. Masih ada 4 butir" Kevin menatap horor kakaknya, mau tak mau dia tetap minum menahan rasa pahit. Setelah selesai menyandarkan kepalanya didada bidang kakaknya sambil memejamkan mata.
"Cup cupp pintarnya" ucap Kendrix sembari melihat adiknya yang sudah memejamkan mata. Kendrix mengeluarkan suntikan yang sudah diisi cairan dari dalam saku jas kedokterannya.
Seakan sudah dalam rencana, Kendrix mengoleskan alkohol ditangan adiknya yang dia pegang. Awalnya Kevin kaget namun karna terlalu mengantuk jadi dia kembali berusaha menyelami alam mimpi.
"Bunda bantu pegang" bunda membantu memegang bahu Kevin dan menahan kepala Kevin agar tak melihat Kendrix yang akan menyuntik. Hingga Kendrix mulai memasukkan jarum dan mendorong cairan didalamnya.
"Huwaaaaaaa" Kevin menjerit saat rasa sakit menyapa tangannya.
"Ussss sst stt anak bunda pintar. Udah selesai tuh gak papa pinter kok adek, gk sakit lagi habis ini" ucap bunda mempuk puk kepala putranya dan mengecupi mata Kevin yang seketika terbuka saat jarum dimasukkan.
Kevin tak peduli, remaja itu menangis sambil memegang bekas suntikan. Sudah dia bilang suntikan ini lebih menyakitkan dia gak suka, Kevin benci obat ini.
"Cup cup" Kendrix bangkit membenarkan Kevin digendongannya lalu menimangnya. Tangisan remaja itu tak sekuat tadi, sekarang rasa kantuknya mengalahkan rasa nyeri ditangannya.
"Tidurin diranjang kak. Udah nyenyak adeknya" ucap bunda pada Kendrix yang langsung dituruti olehnya, Kendrix membaringkan adiknya dengan pelan diatas brankar lalu menyelimutinya.
Pemuda itu tersenyum manis lalu mengecupi seluruh wajah adiknya yang terakhir bibir plum sang adik dengan durasi yang lama.
"Makan sana, tuh dimeja ada makanan" ucap bunda sambil mengusap rambut lepek milik Kendrix.
"Hm thanks"
♡♡♡♡♡♡♡♡
"Sama kak Erland yuk" ucap Erland mengusap rambut basah milik Kevin, Kevin semakin menangis dengan menendang nendang selimutnya membuat bunda kewalahan oleh tingkah remaja tersebut.
"Enggak!!!"
"Mau kak Kendrix. Kakakk, kakakkk HUWAAAAA"
Tanganya memukul mukul brankar yang langsung dipegang oleh sang bunda, "jangan gitu dek, nanti sakit tangannya terus merah. Emang mau hm?" Ucap bunda namun dihiraukan remaja labil itu.
"Kakak hiks"
Dadanya mulai sesak, dia kesal kenapa tidak ada yang ngerti sih. Kakaknya juga kenapa terlalu sibuk, kan adeknya lagi sakit. Kan udah bilang jangan ditinggalin malah sekarang ditinggalkan.
Menyebalkan
"Mau kakak, bundaaaa hiks" tatapan kucing miliknya membuat bunda memalingkan wajahnya tak tahan, bibirnya mengerucut dengan hidungnya yang memerah, apalagi mata sembab dan wajah basahnya.
"Iya sabar ya sayang. Kakak udah bunda telvon tadi, sebentar lagi pasti kesini. Diam ya sayangnya bunda" ucap bunda mengecup dahi Kevin membuat sang empu memejamkan matanya sesekali sesenggukan.
Cukup lama akhirnya Kendrix datang membuka pintu dengan keras dan nafas terengah engah, Kevin menatap kakaknya antusias sembari merentangkan kedua tangannya.
"Hahhh bikin khawatir terus" dengan gemas Kendrix menyentil telinga adiknya setelahnya duduk disisi brankar dan mengangkat adiknya kepangkuannya sambil memperhatikan nasal dihidung adiknya.
Kevin menyembunyikan wajahnya didada bidang kakaknya, bahkan ia menghirup bau obat obatan menyengat yang setiap hari dia cium. Menyandarkan tubuhnya nyaman dipelukan hangat sang kakak.
"Kakak"
"Hm" Kendrix menunduk mengecup kedua kata sembab adiknya, entah adiknya kenapa akhir akhir ini manja dan tak mau ditinggal. Dia suka adiknya seperti ini hanya saja dia heran.
Kendrix mengusap nasal cannula disisi pipi adiknya lalu mengecupnya berkali kali sedangkan sang rmpu hanya memejamkan mata dengan jarinya memainkan perut keras kakaknya.
Kevin mengerucutkan bibirnya sambil mencubit cubit kulit tubuh kakaknya, sudah Bosan Kevin menyandarkan kepalanya lalu memejamkan matanya. "Berdiri"
Kendrix segera bangkit membenarkan Kevin digendongannya, ia menggoyang goyangkan tubuhnya kanan kiri.
Tubuh lunglai digendongan dokter muda itu mulai melemas dengan mata terpejam, Kendrix menggoyangkan tubuhnya menimang tubuh jenjang sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kevin yulando alexander
Historia Cortaadik dari seorang dokter populer yang mengalami masalah pada paru parunya, bisa disebut kebocoran. namun, kevin tidak mau operasi