Kevin 21

1.1K 59 3
                                    

Suara bising dari monitor memenuhi ruangan membuat Kevin teringat masa masa sulitnya setelah kegagalan operasi waktu itu.

Tadi Kevin melakukan CT SCAN untuk melihat keadaan kedua organ penting tersebut, mata Kevin udah memerah dan basah. Karna metode ini menyakiti kerongkongannya.

Bahkan remaja ini udah sesenggukan.

Kevin dipastikan dua hari akan menginap disini karena keadaannya yang sedikit mengkhawatirkan, Kevin tentu menangis menghentakkan kakinya membuat brankar terus bergerak.

"Adek?"

"Adek baik kan? Mau nurut?" Ucap Kendrix lembut namun terdapat ketegasan disana. Kevin yang mendengar melengkungkan bibirnya kebawah, dia cuma merasa kesal dengan keadaannya.

Masa tidak boleh:(

"Cuma dua hari okey? Nanti dokter Ares beliin mainan yang banyak" ucap Ares lembut membuat Kevin mengangguk pelan, namun wajahnya masih sangat memelas. Kasian jika ada yang melihatnya.

Ares pula terlihat sangat keren dengan balutan sneli, stetoskop yang menggantung, wajah tampannya. Namun tetap kalah kalo sama kakaknya, kak Kendrix orang paling keren sedunia apalagi dirinya.

Ah bukan saatnya berbangga diri. Kevin kembali menangis dengan mata tertutupnya, ia merasakan kecupan melayang dihidung mancungnya. Kevin membuka matanya.

"Gak boleh nangis. Nanti lebih lama disini hm?" ucap Kendrix membuat Kevin diam namun cegukan ikut menyertainya. Kendrix terkekeh meminta Ares untuk mengambilkannya minum.

"Nih minum dulu" Kevin duduk dibantu Kendrix agar bisa meminum air putih tanpa takut tersedak nantinya.

"Makasih kak Ares" Ares hanya tersenyum. Kendrix sudah beberapa kali memberi tahu agar jangan memanggil dirinya sendiri dokter dihadapan adiknya, padahal Ares bilang sendiri menganggap adiknya itu seperti adik dia sendiri.

Namun panggilan saja masih seperti itu.

Bukan sebab apa, Ares hanya merasa canggung karna dia anak tunggal dan tidak pernah memanggil dirinya kakak ataupun abang.

"Lepas"

"Eh!! Jangan sembarangan Kevin" ucap Kendrix panik sekaligus marah saat adiknya mau melepas elektroda secara sendiri.

"Mau lepas kak" ucap Kevin diangguki sang kakak yang melepas dengan pelan, sebenarnya ia mau adiknya memakai ini lebih lama tapi tak tega dengan adiknya.

Ah

Kevin menghela nafas. Kevin tersenyum menarik telinga kakaknya kuat, Kendrix hanya menghela nafas melihat kejahilan adiknya bahkan Ares sampai menahan tawanya.

"Kak Ares ketawa aja gak usah ditahan" ucap Kevin yang menyadari teman kakaknya sedang menahan tawa. Ares hanya mendehem lalu berusaha tenang dengan tangan bersedekap.

"Awas kau res" batin Kendrix.

Beruntung adiknya ini, kalo aja gk takut adiknya kambuh udah dia kerjain dari tadi sampai adiknya jera. Tapi keadaan adiknya membuat dia takut buat balik menjahilinya.

Kendrix cuma bisa pasrah.

"Kakak sini. Adek mau peluk mau bobo mau puk puk, mau nenen-" belom selesai bicara mulutnya susah dipukul oleh kakaknya, ck gak sopan sekali.

Sama adiknya kayak gitu. Bibirnya mengerucut lucu memandang kakaknya kesal, tangannya sedari tadi memegang bibirnya yany dipukul.

Sakit tauk.

"Belom pernah kakak pukul pake rotan ya" ucap Kendrix membaringkan tubuhnya disamping adiknya, tubuhnya menyamping menghadap adiknya lalu memeluknya.

"Kakak ko galak sih. Kevin kan baik" ucapnya pelan dengan sendu sedikit bumbu drama, tak ayal dia masuk kedalam dekapan kakaknya. Kendrix menghela nafas apalagi saat jari adiknya memainkan leher belakangnya.

Kevin yulando alexanderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang