Chapter 13 : Promise

256 9 0
                                    

"Maaf karena telah memintamu memegang janji. Semoga, janji ini menjadi hal baik untukku, untuk Aretha, untuk kerajaan ini, dan untuk dirimu."

—Zaila—

—Zaila—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[Zaila POV]

Satu hal yang baru saja kuketahui. Pangeran Abil harus bertugas di kota Grixen mulai besok. Apa katanya? Perampokan? Aku merinding membayangkannya, entah di zaman ini maupun di masa depan, ternyata sama saja, banyak kejahatan merajalela.

Aku takut, aku khawatir. Bagaimanapun Pangeran Abil suamiku, aku takut dia terluka. Pangeran Abil kan ceroboh, baru berlatih saja tangannya sudah terkena sayatan pedang. Bagaimana jika bertarung dengan perampok?

Terluka sedikit tidak apalah, tapi bagaimana kalau terluka parah? Bagaimana jika dia mati? Tolonglah, aku tidak ingin menjadi janda di usia muda.

Tidak-tidak, tidak akan kubiarkan Pangeran Abil mati. Aku pastikan itu. Tapi bagaimanapun, aku tidak bisa menentang perintah Raja. Ini perintahnya. Lagi pula Grixen juga butuh bantuan, tak mungkin Duke Rayyan atau yang aku tahu dia adalah Aydan di abad 21 menumpas para perampok sendirian. Baiklah, aku tidak boleh egois.

"Maaf karena aku harus meninggalkanmu, Aretha."

Aku kembali mendongak menatapnya. "Tidak perlu meminta maaf Pangeran, ini tugas dari sang Raja. Kau harus melaksanakannya. Berjanjilah padaku bahwa kau akan kembali tanpa luka sedikitpun!" tegasku di akhir kalimat.

Pangeran Abil tersenyum sambil menatapku dengan tatapan yang dalam. "Aku tidak bisa berjanji soal itu, tapi aku akan berjanji bahwa aku pasti kembali."

Aku ikut tersenyum, kemudian memberanikan diri menenggelamkan tubuhku di dada bidangnya. Tubuhnya sedikit menegang, tapi tak lama kurasakan ia membalas pelukanku.

"Aku memegang janjimu itu, Yang Mulia. Aku akan menantimu kembali." ujarku akhirnya.

Pangeran Abil semakin mengeratkan pelukannya. Entah mengapa ini menjadi tempat ternyaman bagiku. Biarlah, lagipula disini aku istrinya. Meskipun jiwaku bukan miliknya, tapi setidaknya raga ini miliknya. Aku kembali teringat Putri Aretha, berkali-kali kuucapkan kata maaf padanya.

Seakan disentil ingatan, aku melepaskan kasar pelukan ini. Tidak-tidak ini tidak benar, Zaila!

"Kenapa, Aretha?" tanya Pangeran Abil bingung.

Aku tersenyum menampilkan barisan gigiku. "Hehe, maaf Pangeran."

Bodoh, Zaila bodoh! Kenapa kau jadi agresif seperti ini? Ingat, Pangeran Abil milik Putri Aretha, bukan milikmu!

MY CRAZY PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang