Bab 6: Paris

8 4 1
                                    

Rahel benci dengan Paris. Negara yang dikenal dengan keromantisan itu mengingatkan Rahel pada kejadian beberapa tahun silam. Kejadian yang membuatnya sedikit trauma dan takut menginjakkan kaki di negara tersebut.

Sebelumnya Rahel pernah pertama kali ke Paris bersama keluarga Hardhian untuk berlibur. Namun kejadian tak terduga pun terjadi hingga menyebabkan Rahel enggan kembali ke sana. Untuk saat ini, Rahel mencoba melawan rasa takut dan trauma itu.

Permintaan Trian kemarin malam membuat Rahel terkejut dan hendak menolak. Tetapi mendengar alasan Trian mengajaknya ke Paris membuat Rahel mau tak mau akhirnya menyetujui. Selama Trian mempunyai project ke Paris, Rahel selalu menolak untuk ikut meski keberadaannya di sana sangat penting sebagai MUA pribadi Trian.

Trian tahun ini akan menjadi Brand Ambassador dari Celine. Salah satu nama brand fashion mewah dan terkenal dari Prancis. Jadwal keberangkatan Trian kali ini akan menghadiri Fashion Week sebagai tamu undangan. Acara itu diadakan di gedung Grand Palais yang terletak di Av. du Général Eisenhower, Paris, Prancis tak jauh dari dari Champ Elysees.

Foto dan video dari media maupun paparazi yang menyoroti keberangkatan Trian dari bandara tersebar banyak. Nama Trian pun menjadi trending di sebuah laman dan penggemar tidak sabar menunggu project model terkenal ini.

Salah satu postingan dari media menampakkan suatu kejanggalan yang menarik penggemar untuk dibahas.

Anonim 1: Eh kok itu ada cewek yang ikut satu frame sama Trian?

Anonim 2: Iya, biasanya Trian pergi sama Manager doang. Siapa ya ceweknya? Mukanya juga nggak di blur kalau itu orang lain.

Anonim 3: Oh God, aku baru aja liat cuplikan videonya. Cewek itu keluar dari dalam mobil yang sama dengan Trian.

Anonim 4: Apa dia pacarnya Trian?

Anonim 5: Bisa saja staf agensi seperti penerjemah para artis.

Anonim 6: Tapi tidak wajar bila staf ikut berjalan bersama Trian di depan media.

Setelah duduk di kursi pesawat pribadi sewaan agensi, Rahel tampak terdiam memandang ke jendela. Sebentar lagi pesawat akan take off. Rahel sudah lama tidak menaiki pesawat, sudah beberapa tahun lamanya dan terakhir kali waktu ke Paris bersama keluarga Hardhian.

Rahel sedikit terjengkit kaget saat tangannya di sentuh oleh seseorang. Tatapannya turun ke bawah, memandang tangannya yang sedang digenggam erat oleh Trian. Ibu jari lelaki itu mengelus punggung tangannya lembut.

"Lo takut?" tanya Trian menoleh pada Rahel yang tak lama mengangguk. "Lo gak perlu takut, ada gue di sini."

"Trian, aku takut Paris." gumam Rahel.

"Gue tahu, tapi gue nggak mau rasa takut dan trauma lo itu nggak bisa dihilangkan. Tenang, i'm here to take care of you."

Trian menggantikan tangan kirinya yang mengenggam tangan Rahel dengan tangan kanannya. Kemudian ia menyelipkan tangan kirinya ke belakang kepala Rahel. Ia mendorong, memiringkan kepala Rahel untuk bersandar di pundaknya.

Rahel terkejut dan bergerak kaku ketika Trian memperlakukannya begitu. "Semua akan baik-baik saja, gue janji." Tak lama mata Rahel memejam kuat begitu Trian mengecup pucuk rambutnya sekilas.

Debaran jantung Rahel sudah tidak bisa dikendalikan. Ia takut kalau Trian mendengar suara detakan jantungnya. Genggaman di tangan Trian pun semakin mengerat.

Trian yang merasakan itu lantas mengelus rambut Rahel. Trian mengira genggaman erat Rahel menandakan bahwa gadis itu takut ketika pesawat mulai take off. Padahal Rahel sekuat tenaga sedang menahan diri untuk tidak terbawa perasaan dan agar debaran jantungnya tidak membuatnya mati.

Hanya Sebuah LaguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang