8. He Is Gone

2.9K 235 30
                                    





Sepulang dari kebun sawit, Jeno mendapati si Mommy menangis. Entah apa sebab dan tujuannya, yang jelas kedua matanya menyorot iba.

Terutama pada sang anak yang saat ini masih di rundung rasa lelah. Jeno meletakkan celuritnya di dapur, kembali mendekati sang mommy untuk menuntut penjelasan.

"Mommy kenapa ? Habis nangis? Perasaan babeh dari tadi ke kebun, nggak selingkuh" Jeno ngusap ujung mata Taeyong dengan ibu jarinya.

"Ndak papa Nak, mommy ndak papa. Kamu mandi dulu sana, terus makan. Nana udah bobok, udah eek juga"

Jeno nyengir, sama saja ia telah memperlakukan Taeyong sebagai babysitter buat ngurus Nana.

"Makasih ya mom—"

"Nana mana?? Udah turu ya?" Jaehyun emang hobi banget ngagetin orang.

Ia meneguk teh hangat buatan Taeyong, kemudian menatap heran pada suami kecilnya.

"Mau cerita apa? Ayo, selesaikan masalahmu di kamar" Jaehyun meraih pundak Taeyong seraya tersenyum teduh.

Bau keringat di tubuhnya tidak mampu mengalihkan rasa simpati nya pada Taeyong. Sudah jelas, Taeyong butuh belaian.

Karena Jaehyun meninggalkan rumah dari subuh tadi.

Sedangkan Jeno pergi coli, kemudian melanjutkan mandi.

Jeno tidak tau kalau rumahnya saat ini sedang di incar oleh Mingyu dan Wonwoo yang berusaha menaiki genteng rumahnya dengan menggunakan tangga.

Mereka penasaran dengan isi kamar Jeno saat ini.

Tapi Jeno tidak bodoh, ia tau telapak kaki siapa yang saat ini tampak merayap di atas genteng rumahnya. Jeno masih menikmati nikotinnya di belakang rumah.

Membiarkan Mingyu dan Wonwoo dorong-dorongan pantat untuk bisa membuat celah.

"Abah, kemari bah!" Jeno manggil Jaehyun, pelan.

Karena kamar Jaehyun tidak di tutup, membuat si abah keluar. Masih dengan taeyong yang sepertinya sudah menangis lega. Menceritakan semuanya, apa yang ia rasakan.

Taeyong membicarakan perihal perkataan Nana siang ini.

"Kunaon??" Jaehyun melihat ke atas. "Ceker siapa itu! Wah, mau abah buntungin kali ya?? Mau abah aborsi!!"

"Amputasi kali bah, jauh amat aborsi 😭"

Jaehyun melihat sebuah tangga kayu yang bersender di sebelah rumahnya.

"Perlu aing garap ini bocah, rasain ya!! Belum tau dia ngamuknya abah sudarsono ini"

Sedangkan Taeyong malah pergi dari sana, dirinya sudah cukup pusing dengan kelakuan Jaehyun dan anaknya ini.

Jaehyun merobohkan tangga itu. "Jeno, panggil mba Rara buat manggil hujan nak"

"Abah sinting kali ya? Panggil aja pak Samsudin buat nyeret anaknya ke empang, ribet amat!!"

Jeno pusing banget sama polah Jaehyun. Segera ia berlari keluar, memanggil pak Samsudin untuk melihat tingkah anaknya yang kelebihan ajar.



❗️❗️❗️




Mingyu dan wonwoo duduk tertunduk di ruang tamu Jaehyun.

"Emang maksud kalian sampe manjatin genteng orang itu apa sih? Laper? Nggak di masakin sama mama atau gimana?" Jaehyun ngomong halus, masalahnya ada pak Samsudin selaku ayahnya Mingyu.

Kalo wonwoo mah, orang tuanya jauh. Di sini wonwoo ngekost di rumah mingyu.

"Kita penasaran Pakdhe, masalahnya Jeno suka ngomong sendiri di belakang rumah. Apalagi pas malem-malem" sabda mingyu, menyenggol bahu wonwoo yang sedari tadi melihat gorden penghubung  kamar Jeno gerak-gerak.

Call Me Buna || NOMIN ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang