21. Attention

2.1K 156 17
                                    


Mari kita deep talk sama pak Jeno Jagachandra
Hmm,, Jeno merenung di dalam bathtub berisi air hangat. Ia menumpu kepalanya dengan kepalan tangan. Untuk saat ini, biarlah Jeno di anggap makhluk adam yang paling lemah di bumi.

Jeno tidak perduli, tidak akan ada rasa malu pada tubuhnya yang begiitu besar dan berisi karena saat ini Jeno masih membanjiri pipinya dengan air mata.

Tangisnya menderu, mencakar atmosfer di dalam kamar mandi bernuansa putih tersebut.

Sudah cukup lama Jeno bungkam, kecewa dengan kelakuan Nana hingga persalinan berjalan. Dokter mengatakan bayi itu cacat, semakin hancur hati kecil Jeno apalagi,—sebelum Jeno memasuki area ruangan Nana,  kedua matanya telah menangkap sosok Mingyu yang berada di basement rumah sakit itu.

Ya apa lagi kalau bukan membangun jalan perselingkuhan mereka hingga Jeno geram dan melihat dengan mata kepala sendiri di sana.

Itu pendapat Jeno sendiri. Karena Nana memang sering berkomunikasi dengan Mingyu secara diam-diam.

Perkara kecelakaan seorang Jeno hingga mengalami koma, ya! Itu adalah tantangan dari Mingyu sendiri yang Jaemin tidak ketahui. Akhirnya, Jeno harus menjalani masa koma yang begitu berat sedangkan Mingyu bisa bersama lebih lama dengan Nana.

"Kalau rem mobil gue nggak blong, gue nggak bakal ngebunuh Mark saat itu. Tuhan, kenapa nggak ambil aja nyawa gue hikksss"

"Jeno capek,, mau nyusul kakek Yunho sama Jaejoong Tuhan" tangis Jeno semakin parau.

Tapi perlu di pertimbangkan lagi, kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya itu telah teralihkan oleh kehadiran sosok Nana yang menjelma menjadi seekor kelinci di mimpinya.

Kini, Jeno menyadari. Air di dalam bathtub yang semula jernih, telah berubah merah akibat luka Jeno yang belum kering.

Di luar sana, seseorang mengetuk pintu lumayan keras. Membuat Jeno segera bangkit dari dalam bathtub dan menyambar bathrobe warna putih.

Menyempatkan waktu sekitar sepuluh detik untuk menata kembali wajahnya yang berantakan di hiasi oleh kedua mata sembabnya.

Jeno tersenyum pura-pura, kemudian membuka pintu private toilette nya. Di lihatnya Nana masih meringkuk di atas kasur , menghadap tembok kamar. Jeno tidak terlalu memperdulikan. Biarkan saja Nana berpikir jernih, apakah sandiwaranya selama ini bisa di terima dengan pikiran nalar?

Krieet

"Bubu,, ada apa!??"

Taeyong menunduk, mengangkat tangan yang membawa nampan berisi makanan untuk Jeno.

"Anak mommy pasti belum makan, makanlah nak. Jangan biarkan perutmu kosong hehe"

Jeno menerima nampan berisi makanan itu, kemudian menyentil kepala bubu. "Terimakasih mommy"

Taeyong mengusap bekas sentilan tangan anaknya itu. Cukup nyaring bunyinya.

"Yasudah mommy permisi,," Taeyong harus bisa mengubur rasa ingin taunya.

Pasalnya tubuh basah Jeno membuatnya bertanya-tanya. Habis ngapain ya mereka??

Jeno menutup pintu kamar, tidak lupa menguncinya. Jeno tidak mau siapa saja mengganggu momment bersama ini, sudah lima tahun lamanya Jeno tidak menempati hunian yang sama.

Jeno letakkan nampan itu di atas nakas.

"Lo nggak laper,," ucapnya seraya melepas bathrobe.

Langkah pincangnya menuju lemari pakaian, Jeno biarkan tubuh telanjangnya terekspos terang-terangan.

Celana pendek hitam dan kaos tanpa lengan melekat pada tubuhnya.

"Woy,, Na! Makan!"

Jaemin masih hening, sepertinya tidak tertarik dengan ajakan Jeno.

Call Me Buna || NOMIN ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang