13. Karma

2.1K 161 17
                                    


Mansion Jaehyun kedatangan seorang dokter. Karena perban di kepala Jeno hari ini sudah bisa di lepas. Setelah tragedi marahnya seorang Jaehyun, di saat itulah seorang dokter datang kerumahnya.

Membiarkan dokter itu masuk ke dalam kamar Jeno, tanpa ada Taeyong dan Jaehyun yang memberi sambutan sebagai pemilik rumah atau,—para pelayan yang bekerja di sana.

Dokter itu berjalan ke kamar Jeno dengan membawa peralatan medis dan,— sebuket bunga.

"Haduuhhh,, Jeno yang tampan. Kenapa harus melamun di pinggir jendela seperti itu?"

Jeno memutar kursi rodanya, wajahnya pucat dan masih tersisa bulir air di ujung matanya.

"Dokter Ryujin, saya telah merepotkanmu"

"Ekhm,, kau selalu merepotkan. Tidak papa, aku bisa membantumu melepas perban di kepalamu. Kan kau sendiri yang malas untuk datang ke rumah sakit" Ryujin meletakkan bunganya di atas meja.

Mencuci tangannya pada wastafel di kamar Jeno dan beralih menyiapkan peralatan yang harus ia gunakan untuk melepas perban.

"Lalu dimana istrimu??" tanya Ryujin.

"Aku membiarkannya pergi holiday, setelah sekian lama aku mengalami koma,—dia sudah sangat lelah menugguku sampai sadar"

Uhukk

Ryujin tersedak ludahnya sendiri. Ia tersenyum tipis pada Jeno yang sedang menggerakan roda pada kursinya.

"Tapi biasanya, seorang wanita yang benar-benar tulus akan merawatmu hingga sembuh. Bukannya pergi holiday, huh memang aneh ya wanita jaman sekarang" Ryujin terkekeh geli. "Dan aku yang begitu sibuk, sampai tidak melihat Yeji berada di sana menungguimu. Kau terlalu percaya diri, Jeno"

Sahabatnya ini memang lucu baginya. Bunga di atas meja itu menarik perhatian Jeno. Ia ambil kemudian amati betapa rapih dan cantiknya rangkaian dan kombinasi beberapa bunga yang terkesan tidak membosankan.

"Terimakasih bunganya,,"

"Sama-sama, pagi ini aku membeli bunga di dekat rumah salah satu pasienku. Letaknya lumayan jauh dari sini, dan aku pikir bunga itu akan layu jika aku bawa kemari. Namun nyatanya tidak"

"Na-Fleur?"

"Iya Jeno, itu nama tokonya. Ada nomor handphone nya juga, dan baiklah. Sekarang aku akan mengerjakan tugasku"

Jeno meletakkan kembali bunga itu, matanya tertutup. Wajah Jeno harus berhadapan dengan perut Ryujin yang terbalut oleh jas putih lumayan tebal.

"Ini akan terasa sakit, karena lukamu belum kering. Tahan ya?!"

Jeno mengangguk, memeluk bantal medis yang di bawa oleh Ryujin dari rumah.

"Dimana suamimu Ryujin??"

"Ohh,, suamiku sedang dinas di luar kota. Aku saja sampai di anggurkan, kau tau betapa kesepiannya aku yang butuh belas kasihan. Apalagi Jeongin anakku, dia sudah berumur lima tahun. Kau ingat kan, aku sampai membawa Jeongin tinggal di swiss, dan setelah aku kembali aku mendapati dirimu sudah menikah dengan Yeji"

Pikiran Jeno melayang pada peristiwa lima tahun lalu, dimana bayi J ia lemparkan pada tubuh Nana yang sedang berkemas pakaian untuk meninggalkan mansionnya.

"Jeongin sangat butuh ayah, tapi ayah nya saja selalu pergi keluar kota. Tapi masih mending lah sebulan sekali, Jeongin bisa merasakan dekapan hangat ayahnya"

Jeno tidak bisa meratakan bulu halus di tangannya yang perlahan berdiri. Bayangkan saja,— Baby J yang bahkan sampai saat ini belum pernah merasakan peluk hangat dari sosok ayah.

Call Me Buna || NOMIN ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang