Dua chapter nih!!!
Nana tercengang, kata-kata itu belum pernah ia dengar sebelumnya. Pelacur, Nana merasa di rendahkan. Namun tidak ada yang bisa Nana perbuat, Yeji terlalu benar untuknya yang saat ini sedang di terkam kenyataan.
Yeji berjalan mendekati Jeno yang melemparkan smirk andalannya, mencondongkan badannya kemudian menabrakkan bibirnya pada bekas luka Jeno di pipi.
"Tumben pulang, ada apa sayang" Jeno meraih pinggul Yeji untuk duduk di sampingnya.
Paha dalamnya sangat mustahil untuk menumpu sebuah beban.
"Aku datang ke sini, mau mengambil surat percaraian kita. Huh, aku menunggunya sangat lama. Dan kau malah,—" Yeji melirik Jaemin yang pura-pura tidak melihat. "Kau malah sedang asik dengan istri lamamu" timpalnya dengan sinis.
"Aku akan mengambilkan untukmu sayang, tetaplah di sini"
"Tapi apakah kau bisa berjalan? Aku bantu ya??"
Jeno tidak menjawab, Yeji langsung menggiring tubuh Jeno untuk menaiki tangga menuju kamar. "Pelan-pelan, kau bisa jatuh"
"Terimakasih"
Bolehkan jika Jaemin kembali menangis ?? Mengapa Nana memiliki hati yang begitu kejam??. Lihatlah betapa mulianya seorang Jeno yang langsung menceraikan Yeji di depan Jaemin.
Setelah sepuluh menit lamanya, Jeno menenteng sebuah map coklat bersamaan dengan Yeji di sampingnya.
Jeno duduk tanpa menatap ke arah Nana, membuka lembar demi lembar surat dari pengadilan tentang perceraiannya.
Memang perkara pernikahan yang tidak sah, itu tidak benar. Jeno tetap mengajukan pernikahan secara sah, walau Jeno sendiri tidak pernah menyentuh bahkan menikmati tubuh Yeji sendiri.
"Kau tanda tangani di sini," Jeno mengarahkan pena itu pada kolom tanda tangan.
"Baik,, oh iya,—uang yang udah pernah kamu transfer ke aku, udah aku simpan untuk bekal Jinar nanti. Maaf ya, kalo selama ini aku selalu menolak pemberianmu. Kau sudah cukup baik" terang Yeji.
Jeno memberanikan mengusap surai merah Yeji, tersenyum tipis.
"Terimakasih ya"
"Oh iya, dokter Ryujin sudah tau siapa yang menyerangmu malam itu. Dia akan ke sini sore nanti, jangan lupa jaga kesehatanmu ya sayang. Aku akan terbang ke london untuk melangsungkan pernikahan aku, jaga dirimu baik-baik hiikkssss" Yeji terisak, tidak kuasa menahan air matanya.
Dengan cepat Jeno meraih tubuh kecil Yeji pada pelukannya.
"Kamu udah baik banget sama aku Jeno"
Ceklek
Pintu itu terbuka lagi, menampilkan Jinar yang berhambur ke arah sang ayah yang tengah berpelukan dengan Yeji.
"Ayahhhhhh,,, Jinar kangen!!!" Anak itu merobos keduanya, tidak mencari sosok sang buna yang semakin terisak.
Jinar begitu dekat dengan Jeno, dan itu sudah terlihat dari raut wajahnya yang penuh harap.
"Ayah sudah sembuh kah? Kenapa ayah di rumah? Terus, ayah sudah makan obat? Lihatlah ayah, cuki baru loh??" Jinar memperlihatkan hearing aids warna biru nya.
"Ayah sudah sembuh, Jinar jangan pergi dari ayah lagi ya?? Anak baik,,"
"Jinar sayang ayah"
Yeji mengusap rambut Jinar dengan sayang, tersenyum walau air matanya masih menetes.
Di luar sana, Changbin pun terharu dengan pemandangan yang begitu manis ini.
"Ayah, ini siapa? Cantik banget??" Jinar menunjuk Yeji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me Buna || NOMIN END
RomantizmTentang sebuah karma,- ❤️ -angst #mpreg #notforchildren