Jaemin membuka matanya, di lihatnya Jinar sedang duduk santai di atas sofa. Mulutnya penuh dengan cemilan. Kepala nana seakan memutar, mengingat kejadian semalam yang begitu mengerikan. Pintu kamar tertutup, membuat Nana memanggil Jinar dengan intonasi cukup keras.
"Nak!"
"Iy-iya bunda,, ini tadi ayah ngasih ini ke bunda" Jinar mengambil ponsel baru yang pagi ini Jeno titipkan.
Jaemin mengerjapkan matanya, pandangannya menghijau. Entah kenapa? Yang jelas, Nana begitu lemas seperti hilang tenaga di pagi yang masih buta ini.
Jinar mendekati Nana, tersenyum seraya memberikan benda pipih itu. Senyuman Jinar membuat Nana menghempaskan rasa pusingnya mati-matian.
"Bunda sakit??" tanya Jinar, anak itu menaruh telapak tangannya di jidat Nana.
"Buna, laper banget tapi buna,—" Jaemin mengintip dalam selimutnya, masih telanjang bulat dengan sisa cinta semalam yang masih ada.
"Jeno bangsat" monolognya, kecewa iya?
Nana nggak bisa jalan karena ulah Jeno yang kelewat batas.
"Buna nggak bisa jalan?? Yaudah biar Jinar ambilkan buat buna—"
"Buna malu nak,,"
"Tapi ayah bilang kalau rumah ayah, bakal jadi rumah buna juga" sahut Jinar kesal.
Jaemin menggigit pipi dalamnya,. "Ayah kemana?"
"Ngobrolnya nanti ya buna, Jinar ambilkan makan dulu. Terus buna minum obat, ayah udah beliin buat buna"
Punggung kecil Jinar perlahan lenyap dari pandang. "Mass,, kamu baik banget sama aku yang udah ngecewain kamu"
Jinar kembali setelah duapuluh menit lamanya anak itu meninggalkan Nana.
"Buna, ini bubu buatkan khusus untuk buna"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Astaga! Banyak sekali nak? Buna mana bisa menghabiskan semua ini??!" Jaemin panik, ya memang sudah lama Nana tidak menikmati raw food seperti ini.
Tapi ini berlebihan, bisa nambah berat badan Jaemin.!
"Kata ayah, buna harus makan banyak. Biarin ayah telat makan, yang penting buna jangan sampai!"
Jinar mengambil dua butir obat Nana, ia ambilkan juga segelas air. Pantat Jaemin tidak bisa di ajak kompromi, tulang duduk yang ia miliki serasa remuk saat ini.
Dengan susah payah, Jaemin menyender pada headboard ranjang. Membuat Jinar heran dan bertanya.
"Buna, semalam habis ngapain si? Smackdown sama ayah??"
"Nggak Nak, ya emang ayahmu keterlaluan. Itu yang bikin buna takut sama ayahmu"
"Tapi ayah aslinya penyayang buna, kalau nggak percaya tanya aja sama ayah. Kan buna mau menikah minggu depan??"