19. Jinar, im Sorry 💔

1.9K 149 25
                                    

Mobil bangchan terparkir rapi di depan toko bunga Nana. Jubaedah memanggil Nana dengan raut tidak tertata. Kenapa?

Karena pada saat itu, Bangchan tampak memakai seragam dinas polri. Yang lebih mendebarkan lagi, Jinar berjalan di sampingnya.

Toko hampir tutup karena waktu menunjukkan pukul enam sore.

"Nona,, nona!!"

Wajah Nana tampak biasa saja. Ia sudah paham suara derum mesin mobil itu.

"Nona, Jinar di bawa pulang polisi?!!"

"Nggak perlu panik, biarkan saja. Kita lihat saja nanti" jawab Nana yang sepertinya acuh pada Jinar.

Rasa kesal di masa lampau di iringi prahara rumah tangga yang begitu kacau, telah menutup hati nya yang pernah merasa di kecewakan.

Pintu rumah terbuka, Jinar tampak melepas sepatunya di luar sana. Ada sedikit kekehan yang Nana dengar, suara khas seorang ayah siapa lagi kalau bukan bangchan.

"Semua akan baik-baik saja, percayalah sama om hmm?? Bu seulgi telah menelpon buna, jangan takut ya??" Bangchan mengusap rahang Jinar yang perlahan mengangguk.

"Om akan berangkat kerja, jangan nakal ya?"

"Terimakasih om bangchan, tolong jagain ayah. Jangan sampai ayah sakit. Jangan tangkap ayah ya, ayah baik kok"

"Tentu saja anak baik,,"

Jinar berjalan memasuki rumah, berjalan menunduk dan tidak menghiarukan Nana yang berdiri seraya melipat kedua tangannya di dada.

Jubaedah saja sampai pergi, tidak mau ikut campur dengan apa yang sedang terjadi. Walau siang ini, Jaemin tampak panik setelah mengetahui postingan Instagram Jeno melalui pesan Mingyu. Jaemin hampir pingsan, tau apa Jeno tentang anaknya? Jinar bisa tumbuh berkembang dengan baik semua itu berkat Nana yang rela berkorban siang malam demi anaknya.

"Jinar,," Nana mencoba melembutkan suaranya.

Langkah Jinar terhenti, namun pandangan anak itu tetap dingin. Bahkan Jinar tidak mau menoleh ke arahnya.

"Kamu dari mana? Kenapa jam segini baru pulang??"

"Main, ke tempat ayah"

Jinar kembali melanjutkan langkahnya, sungguh saat ini Jaemin tidak bisa menahan egonya untuk tidak menarik bahu anaknya.

"Begini cara kamu menghargai buna?? Buna tanya bener-bener loh sama kamu—"

"Lepasin!!! Buna udah nggak sayang sama Jie! Lepasin Jie, jangan sentuh Jie lagi! Jie sudah besar!"

Tenaga anak itu cukup kuat, Jinar berhasil meloloskan diri dari cengkeraman lembut bunanya.

Jaemin berlari mengejar anaknya, menaiki puluhan anak tangga hingga,,

BRAKK

Pintu kamar Jinar tertutup rapat. Anak itu membantingnya hingga frame foto yang menempel di dinding, jatuh pecah.

"Kamu tau nak, di bentak sama kamu rasanya sakit loh" Jaemin nangis, sedari pagi ia menahan diri untuk tidak panik karena,—Nana lupa memberi uang saku untuk anaknya. Karena pesanan bunga yang begitu banyak membuat Nana stay di toko dari jam tiga pagi, meninggalkan Jinar yang masih tidur nyenyak di kamarnya.

Namun kini di balas oleh sifat Jinar yang berubah total, seakan sosok Nana tidak pernah ada dan berperan penting dalam hidupnya.

"Nak,, maafin buna ya??" Badan Nana meluruh di depan pintu kamar Jinar. Kedua lutut Nana tertekuk sebagai tumpuan air matanya.

Call Me Buna || NOMIN ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang