Stevanya Annetha

195 11 0
                                    

♡♡♡ BAB 1 ♡♡♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♡♡♡ BAB 1 ♡♡♡


Hidup bukan soal seberapa hebat prestasi kita selama di dunia, bukan soal itu tapi hidup itu tentang bagaimana kita menyusukuri apa yang sudah kita dapatkan selama ini. Ujian itu pemanis saja, agar manusia tak lupa caranya bersyukur seperti apa. Katanya hidup dengan penerimaan itu lebih indah dibandingkan hidup dengan berbagai tuntutan saja, tanpa sadar bahwa kita sudah diberi segalanya.

Stevanya Annetha--cewek berwajah oriental dengan kulit sawo matang yang menjadi khas pribumi Nusantara itu menatap secarik kertas yang baru dia dapatkan dari abang kurir kantor pos. Kedua alis rapinya saling bertautan menandakan bahwa dia sedang dilanda kebingungan. Haruskah dia sekarang berteriak meraung-raung begitu membaca rangkaian kata yang mengatakan bahwa dia menderita satu kelainan darah yang bahkan tak Vanya mengerti apa itu.

Helaan napas dia keluarkan dengan langkah lemas Vanya membawa dirinya masuk ke dalam rumah, tentu orang tuanya berhak tahu akan hal itu dan mungkin mereka lebih mengerti apa itu. Anemia hemolitik atau entah apalah yang Vanya baca si seperti itu.

Melihat ibunya yang sedang sibuk dengan pesanan kue. Vanya agaknya ragu tapi dia harus menyerahkan surat resmi berlogo salah satu rumah sakit ternama di Jakarta. Langkahnya terasa berat saat semakin dekat dengan ibunya.

"Buk, ini surat dari rumah sakit hasil pemeriksaanku minggu kemarin." Pada akhirnya Vanya memberanikan diri. Semua rentetan diagnosa dari dokter yang tercetak di surat itu mungkin tak akan pernah dia tahu. Kalau saja kejadian yang tak terduga minggu kemarin tak pernah menimpa Vanya.

Yuni--ibu Vanya menghentikan kegiatannya mendekor kue pesanan. Wanita paruh baya itu menaruh plastik berisi krim yang tampak menggiurkan, matanya tampak menatap Vanya dengan penasaran. "Bentar ibu cuci tangan dulu."

Vanya mengangguk membiarkan ibunya mencuci tangan, sementara dia menunggu Yuni di ruang keluarga. Keluarga Vanya bukan asli Jakarta, mereka asli Surabaya. Keluarganya pun bukan tergolong keluarga yang dari kalangan atas, mereka termasuk dari golongan yang berkecukupan. Ayahnya seorang manager di salah satu perusahaan property dan ibunya berjualan kue dari rumah untuk menambah penghasilan. Mereka baru tiga tahun di Jakarta, tapi Vanya sudah cukup terbiasa apalagi setelah dia berhasil diterima di sekolah ternama dengan mendapatkan beasiswa karena prestasinya, bersyukur otaknya masih dibekali dengan otak yang encer, meski tak semua Vanya bisa pahami.

Be My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang