Angel Eyes

381 19 3
                                    

"Jisung ah"

"heum" suaranya teredam tapi Mark masih bisa mendengarnya dengan jelas.

Mark tidak tahu ada apa dengan Jisung hari ini. Kekasihnya berubah bagaikan anak kucing yang akan ditinggal oleh induknya. Dari pagi menempeli Mark membuatnya tidak dapat bergerak dengan bebas.

Alhasil disinilah mereka. Di atas tempat tidur Mark. Jisung yang bersandar pada kepala ranjang dengan Mark yang berada di pangkuannya. Tangan Mark sedari tadi tidak berhenti mengusap rambut halus kekasihnya. Dirinya diam-diam tersenyum. Melihat Jisung tampak seperti bayi kecil yang merengek padanya. Maknae yang sudah dewasa ini jarang sekali mau memperlihatkan sisi dirinya yang manis ini pada siapapun.

Mata Mark bergerak menatap ke arah Jisung saat lelaki jangkung itu mengeratkan pelukannya dan semakin membenamkan wajahnya di ceruk lehernya. Mark sedikit bergidik karena sensasi geli dari hembusan nafas sang kekasih yang berada tepat di lehernya. Lalu matanya bergulir pada jam dinding di kamarnya. Pukul 14.00 tepat. Masih ada beberapa jam lagi untuk kekasihnya berangkat menuju bandara.

Para dreamies akan berangkat menuju LA karena ada schedule disana. Dan mungkin karena itulah kekasihnya sangat manja padanya seharian ini. Mark menghela nafasnya. Sejujurnya dirinya sedikit pegal karena mereka sudah berada pada posisi seperti itu hampir setengah jam lamanya. Dengan tangan yang senantiasa memberi usapan pada rambut kekasihnya, Mark mencoba berpikir bagaimana cara agar anak ini mau melepaskan dirinya.

"Jisung ah"

"heum"

Lagi, hanya itu yang Jisung suarakan tanpa respon apapun lagi setelahnya.

"Pegal~ Bisa tidak kau melepaskan ku sebentar saja?" Pinta Mark.

Mark melebarkan senyumnya saat merasakan pergerakan Jisung. Namun setelahnya ia kembali melunturkan senyumnya saat yang lebih muda membawa tubuhnya untuk berbaring dan membawa dirinya kedalam dekapan hangatnya.

"Jie~" rengekannya terdengar menggemaskan di telinga Jisung. Jisung dapat melihat wajah kekasihnya yang memelas dengan mata bulatnya yang berkilau.

"Kau itu sebenarnya kenapa?" Tidak tahan dengan tingkah aneh Jisung, Mark memberanikan diri untuk bertanya membuat Jisung terkekeh.

"Aku merindukanmu, Hyung."

"Kau menempeli ku seharian bahkan dari kemarin dan kau bilang merindukanku? Heol! Aku bahkan merasa pegal karena tidak dapat bergerak bebas karena dirimu tau!" Mark berkata dengan mulut seperti bebek dengan alis yang menukik. Bukannya terlihat seram, wajah kecilnya malah terlihat lucu yang mengundang tawa keras dari Jisung dan berbuah tatapan tajam yang sama sekali tidak terlihat seram dari kekasih kecilnya itu.

"Ya Park Jisung! Aku sedang marah kenapa kau malah tertawa?!"

Jisung sampai harus menahan sakit di perutnya karena tertawa terlalu keras.

"Kau lucu sekali, Hyung."

Mark mendelik. Jawaban apa itu? Bagaimana seseorang yang sedang marah bisa terlihat lucu? Anak itu pasti sudah gila.

"Ah hyung~ bagaimana bisa aku meninggalkan mu jika kau menggemaskan seperti ini?"

Alis Mark mengkerut, "kau hanya pergi ke LA dan itu cuma tiga hari, tiga hari jie! Jangan bertingkah seperti kau akan pergi sangat lama.
Oh! Atau kau berpikir akan meninggalkan ku begitu?"

Jisung yang awalnya masih tertawa mendadak berhenti seketika ketika mendengar ucapan terakhir dari Mark.

"Hei mana mungkin aku berpikir seperti itu. Pikiran mu jelek sekali Hyung."

"Habisnya kau bertingkah aneh dari kemarin. Biasanya kalau kita tidak dalam schedule yang sama pun kau tidak bertingkah seperti ini jie."

Jisung menghela nafasnya panjang. Membuat Mark menatap nya heran. Ada yang tidak beres dengan kekasihnya.

Perlahan Mark menangkup wajah Jisung dengan tangannya.

"Kenapa? Apa yang membuat kekasihku murung seperti ini?"

Jisung membawa tubuh Mark agar semakin menempel padanya. Matanya menatap dalam ke mata bulat berkilau dengan gurat khawatir disana.

"Aku tidak ingin pergi. Aku ingin bersama mu disini."

"Hanya sebentar, okay?"

Jisung menggeleng, "aku menyayangimu Hyung."

"Aku tahu. Aku akan menjaga diriku dengan baik selama kau disana. Aku tahu kau khawatir dengan kesehatanku jie."

Jisung mengangguk. Dirinya memang benar mengkhawatirkan kondisi kesehatan Mark yang menurun selama beberapa hari terakhir apalagi jadwalnya dengan ilichil sedang padat karena sedang berada dalam musim comeback. Tapi entah mengapa dirinya memiliki firasat tidak enak kali ini.

"Ada Haechan dan juga hyungdeul yang akan menjagaku, kau tenang saja ya?" Ujar Mark mencoba menenangkan.

Jisung mengangguk. Merasa tidak puas dengan jawaban Jisung, Mark kembali bersuara.

"Kau tahu tidak hari kepulangan mu dari LA hari apa?"

Jisung tampak berpikir, "hari Sabtu?"

Mark menjentikkan jarinya tepat dihadapan wajah Jisung membuat lelaki jangkung itu sedikit terkejut.

"Tepat sekali. Dan hari itu bertepatan dengan hari anniversary kita, kau ingat?" Mark bertanya dengan matanya yang berbinar.

Jisung mengangguk lagi.

"Aku akan menyiapkan makan malam dan menyambut mu dengan pelukan, otte?"

Jisung tersenyum. Lihatlah kekasih kecilnya yang manis itu dengan senyumnya yang selalu membuat hatinya menghangat.

"Apa aku boleh meminta lebih dari itu?"

Mark mengangguk semangat, "tentu saja. Kau boleh meminta apapun dariku."

"Pacarku memang yang terbaik."

Lalu setelahnya Jisung terbelalak ketika Mark mengecup bibirnya dengan cepat. Sungguh kejadian yang tidak pernah ia duga. Selama berpacaran- hampir satu tahun- belum pernah Mark yang memulai untuk menciumnya. Pernah satu kali dan itu pun hanya di pipinya, bukan bibir. Oh lihatlah wajah kekasihnya yang berubah semerah tomat itu.

Selanjutnya Jisung dengan cepat menciumi wajah merah kekasihnya diiringi dengan gelak tawa Mark yang memenuhi seisi kamar.

-






Hello masih ada yang nungguin cerita ini?😄
Aku minta maaf karena baru sempat buat update. Aku terpaksa harus rombak alurnya karena sesuatu hal hehe
Sedikit dulu yap, sampai jumpa lagi^^

How much I love you (Jisung x Mark)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang