Pov.
Pengantin wanita mengenakan gaun putih. Model gaun dari sutra sederhana namun serasi dengan potongan tubuhnya yang ramping.
Tubuhnya tidak tenggelam di balik gaunnya, tidak seperti jika dia mengenakan gaun kuno berekor yang bermeter-meter panjangnya dan berenda-renda.
Kakinya dibalut stoking tipis dan sepatu putih. Rambut di bagian pinggir ditarik sampai tengah, dijepit sepasang bunga camelia putih, bunga kesayangannya.
Dia kelihatan cantik sekali. Matanya berbinar, memancarkan kegembiraan hatinya. Dia tidak kelihatan gugup sama sekali.
Pengantin prianya justru tampak gugup. Dia kelihatan resah dan berkali-kali menelan ludah, mengubah posisi kaki, menarik ujung dasinya, setelan pakaian yang tidak akrab dengannya. Dia diberitahu tidak harus mengenakan setelan seperti itu, tetapi dia memaksa.
Dia ingin menjadikan hari ini tak terlupakan bagi pengantin wanita. Dia ingin memperlihatkan kepada setiap orang pernikahannya adalah sah dan keduanya melakukannya dengan kesadaran penuh dan perasaan bangga.
Yeorin menyentuh tangan Dongman, menenangkannya ketika mereka berdiri menunggu pengantin wanita. Dongman tersenyum penuh rasa terima kasih pada Yeorin. Tetapi ketika istri pendeta mulai memainkan lagu pernikahan dengan piano, mata Dongman hanya tertuju pada Jihan.
Begitu pun mata Jihan. Matanya yang besar dan kecokelatan mencari-cari Dongman begitu memasuki ruang depan dan tertuju padanya ketika dia menuruni tangga yang melingkar, pandangannya tetap tidak beralih dari Dongman.
Hanya beberapa orang yang diundang untuk menyaksikan upacara pernikahan tersebut.
Jimin dan Yeorin. Pendeta, yang memimpin upacara pemakaman ayahnya, beserta istri, dan Hoseok. Mina, yang menangis ketika sepasang pengantin itu mengucapkan janji setia mereka. Untunglah, upacaranya singkat.
Dongman mengecup lembut bibir istrinya dan segera mencopot dasi.
“Dongman-ssi.”
Dongman berbalik dan melihat Jimin mengulurkan tangan. “Selamat datang di keluarga kami.”
Dongman tersenyum lebar sambil menyalami kakak iparnya.
“Terima kasih, Jimin-ssi. Aku bahagia bisa menjadi anggota keluarga ini.”
“Selamat, Dongman-ssi,” kata Yeorin dan mencium pipi Dongman.
“Jihan.” Yeorin memeluk Jihan erat-erat. “Semoga selalu bahagia.”
“Pasti akan selalu, selalu,” jawab Jihan gembira, sambil mengangguk-anggukkan kepala. “Ayo kita minum sekarang. Kurasa Dongman-ssi ingin minuman dingin.”
Semua orang kelihatan gembira ketika memasuki ruang makan, yang sudah siap dengan hidangan daging dan ayam, bermacam salad, kue pengantin tiga susun dan makanan-makanan kecil lain, yang disiapkan Mina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Rain
Storie d'amoreKim Yeorin mampu bertahan menghadapi gosip. Dia mampu bertahan menghadapi kematian suaminya, Choi Junyeol, orang paling kaya di daerahnya yang Tiga Puluh tahun lebih tua darinya. Tapi dia takut takkan sanggup menghadapi Jimin, putra suaminya. Bertah...