1. Midnight Ludo

295 8 0
                                    

Home, 00.15 AM

Piringan hitam terletak disudut ruang tengah secara perlahan memutar. Lagu Can't Help Falling in Love milik Elvis Presley mengalun indah menemani malam hari yang tenang di lantai bawah sebuah rumah.

Mulai masuk musim penghujan, sejak sore tadi gemercik air kian menderas disertai guntur yang menggelegar. Hawa dingin mendera dari jendela dekat meja makan yang terbuka. Agaknya si tuan rumah lupa menutupnya.

Berbeda dengan dilantai atas, ketenangan hampir tidak ditemukan di sana sebab berisik teriakan serta celotehan anak laki-laki saling mendominasi. Namun, sesekali tawa perempuan terdengar nyaring mengiringi teriakan demi teriakan.

"YESSS DADU LO CUMA KEPUTER SATU—woyyy curang lo! Masa pion gue masuk lagi."

"Berisik, Monyet! Teriakan lo sampai ke bawah." Malio memiting leher adiknya, Maraka cukup kencang.

Dua perempuan di sana tampak menggelengkan kepala. Menebak akan terjadi keributan kecil antara saudara mereka. Benar saja, Maraka yang merasa tidak terima lantas mendorong Malio hingga tersungkur di sofa. Hal itu mengundang gelak tawa karena membuat Maraka kesal adalah sesuatu yang menyenangkan.

"Kak, buruan lempar dadu!" Natasha, si bungsu keluarga Wardana berpindah posisi setelah menyuruh sang kakak- Nadiva untuk melemparkan dadu putih kecil.

Nadiva tersenyum senang tatkala dadu yang dilempar menunjukkan titik hitam berjumlah enam, yang mana ia dapat melemparkan dadu sekali lagi. Sebelum itu, Nadiva menggerakkan pion yang berada dekat pion Malio.

Sementara Maraka tampak memberi warning pada sang kakak untuk tidak memakan kembali pion miliknya sebab ia sudah menghitung di mana pion biru milik Nadiva berhenti. Dan itu tepat pada pion terakhirnya.

"Makan aja udah. Nanti juga keluar lagi pion lo." Malio berujar santai. Berbeda dengan Maraka yang amat was-was karena raut wajah Nadiva sangat mencurigakan.

Kelegaan menjalar dihatinya ketika Nadiva tidak menjalankan pion yang akan berhenti pada pion milik Maraka. Dengan mata berbinar, Maraka melayangkan ciuman jauh untuk Nadiva, tetapi dibalas tatapan bengis dari kakaknya.

Ludo The King adalah permainan papan ludo, namun yang mereka mainkan versi onlinenya. Terdapat empat kelompok pion dengan warna berbeda (biru, hijau, merah, dan biru). Cara bermainnya secara bergiliran melemparkan dadu kemudian memilih satu pion untuk dijalankan. Permainan ini cukup mudah sebenarnya dan sangat pas untuk mengisi kekosongan waktu.

Disela-sela mereka bermain, datang sosok pemuda dengan muka khas orang bangun tidur- muka bantal. Meski begitu wajahnya tetap tampan jika dilihat dari berbagai sisi walaupun pakaian yang dikenakan hanya hoodie abu serta celana kolor hitam.

"Baru bangun pangeran?" tanya Nadiva melirik anak tertua di keluarganya.

"Bukan gue yang baru bangun, tapi kalian yang belum tidur." sanggah Marvel.

Nadiva melanjutkan, "Mimpi nginjak bebek di surga nggak?" Kekehan kecil keluar dari bibir pinknya, Nadiva yang semula memunggungi pemuda tersebut lantas berbalik menjadi duduk disampingnya.

"Kayanya malah Kak Aletta yang nginjek bebek di surga." celoteh Maraka lebih condong mengatai Nadiva.

"Bener juga sih. Lo putus dari Zetta makin pinter ya gue lihat-lihat." pungkas Nadiva.

Maraka ingin menoyor kepala kakaknya, namun ditahan oleh Marvel. Lantaran tidak mau membuat masalah lagi, Maraka mendengus saja membiarkan Nadiva meledeknya.

"Gue nggak mood main gara-gara disinggung sampai situ." Maraka menggulingkan tubuhnya di atas karpet. Mukanya tertutup penuh bantal sofa yang berjatuhan.

"Yee pundung. Kumaha atuh nggak dilanjut mainnya." kata Malio dengan bahasa Sundanya.

Fyi, dia lagi belajar bahasa Sunda sebab akan mencari pacar spek teteh-teteh Bandung.

"Ngambekan ih, Mas Raka. Nanti tambah lama lho balikan sama Kak Zetta." Natasha menoel-noel rambut Maraka. Pemuda itu menepis pelan tangan adiknya.

Melihat itu, Marvel selaku yang paling tua menengahi. Menepuk pundak Maraka- menyuruhnya bangun. Dilihatnya jam yang menempel pada dinding samping televisi.

Menunjukkan pukul 00.30, sudah lewat tengah malam. Sangat tidak baik bagi kesehatan.

"Selesai main ludonya, ya? Udah dini hari. Nanti kalau mama naik, kita semua kena omel." Marvel menasihati. Tubuhnya disandarkan pada bawa sofa serta kakinya yang lurus ke depan.

"Yahh padahal gue baru mau menang." celetuk Nadiva.

Mereka bermain permainan Ludo The King pada tengah malam begini bukan tanpa alasan. Di awali Nadiva, perempuan itu tampak tidak bisa tidur sehingga menghabiskan waktu di ruang tengah lantai atas.

Kiranya akan sendiri, Malio keluar dari kamarnya untuk mengambil air di dapur. Bersamaan dengan naiknya Malio ke lantai atas, alunan lagu dari piringan hitam mulai terdengar.

Setelah Malio bergabung dengan kakaknya, Maraka dan Natasha juga turut serta bergabung. Awalnya mereka hanya diam sembari melakukan aktivitas masing-masing, seperti bermain ponsel dan membaca buku. Maka dari itu Nadiva mempunyai ide untuk mengajak adik-adiknya bermain ludo sebab ia baru mendownloadnya tadi pagi.

Marvel memutar otak. "Ini ada penawaran menarik. Kalau kalian tidur sekarang, besok abang traktir satu barang sesuai kebutuhan kalian."

Mata adik-adiknya berbinar seperti telah memenangkan giveaway umroh sekeluarga.

"Real nggak nih? Nanti tipu-tipu." tanya Natasha. Matanya melebar mendengar kata "traktir" keluar dari pemuda tampan itu.

"Iya, beneran. Bilang mau apa sama harganya. Ntar di screenshot terus gue transfer duitnya." sambung Marvel. Seratus persen yakin penawarannya ini akan berhasil.

"OKE DEAL!" tanpa banyak pertimbangan lagi Nadiva mengulurkan tangan kanan yang disambut hangat oleh Marvel.

"Senang berbisnis dengan anda."

Maraka mengusap rambutnya ke belakang. Mengamati tiap ucapan dari abangnya seraya mengangguk kecil.

"Gue demen nih. Act of Transfer."

"Perlu di contoh." timpal Malio.

Diamnya piring hitam menjadi akhir dari sesi perbincangan tengah malam ini. Satu per satu meninggalkan ruang tengah lantai dua untuk beranjak tidur.

Marvel- orang terakhir yang berada di sana mematikan saklar lampu. Dirinya tersenyum lantaran berhasil membujuk adik-adiknya untuk pergi tidur, walaupun esok hari isi ATM nya akan sedikit terkuras.

Wardana: The Rich Sweet FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang