Pamitnya Marvel rupanya menuju ke salah satu rumah yang berada cukup jauh dari kediamannya. CRV hitam terpakir rapi bersama dua mobil dan dua motor lainnya.
"Yoksiii Marvelio Dean Wardana!" ujar Chani memberikan tos.
"Kabar baik bang?" Javio menyalami tangan Marvel.
"Alhamdulillah seperti yang lo lihat. Pada kemana, Jav?"
Marvel duduk di sofa. Tangannya meraih gitar karena rasanya sudah lama sejak dirinya tidak pernah lagi bermain gitar.
"Jajan bang. Ntar lagi juga balik." jawab Javio. Pria itu kemudian berlalu menuju toilet.
Genjrengan gitar terdengar. Marvel memainkan sebuah lagu dari Dewa 19 berjudul Roman Picisan. Chani ikut bergabung sembari mencari lirik.
Chani melantunkan lirik dengan penuh penghayatan. Sebenarnya suara pemuda asal Bandung itu bagus, namun karena Marvel memainkan gitar sambil mengatur chord jadinya bukan musik yang menyesuaikan penyanyi malah penyanyi menyesuaikan musik.
"Buset, Chan. Lo nyanyi apa ngapain?" Kavi datang membawa tentengan. Disusul Harve, Bevan, dan Juna dibelakangnya.
"Nyanyi gue. Salahin Marvel noh ngutak-atik senar nggak kelar-kelar." tukas Chani.
"Widih epribadih bawa apa tuh?" tanya Javio yang baru saja keluar dari toilet.
Bevan mengambil mangkok kecil. "Martabak sama lumpia."
"Minyak-minyak." celetuk Kavi mencomot satu buah martabak telor.
"Kolesterol uhuy." kata Chani.
Tujuh pemuda itu tergabung dalam sebuah geng bernama Svarga. Bukan geng motor atau yang setiap hari merusuh pemukiman warga. Svarga berisi kumpulan manusia-manusia dengan latar belakang berbeda. Mereka disatukan dalam SMA yang sama ketika masa orientasi siswa.
Svarga gemar melakukan aksi kemasyarakatan, seperti bakti sosial ke panti jompo, panti-panti asuhan, maupun orang-orang kurang mampu. Tindakan tersebut mendapat support yang luar biasa dari orang tua mereka.
Tidak jarang pula orang tua mereka ikut berpartisipasi walaupun tidak terjun secara langsung. Termasuk adik-adik Marvel yang kerap kali ikut setiap Svarga mengadakan bakti sosial.
"Gimana rencana yang kemarin? Mau direalisasikan atau nggak?" tanya Harve mengupas buah jeruk.
"Baiknya iya sih. Nggak ada salahnya juga ngajak mereka buat berpartisipasi. Perluas relasi banyak peluang." kata Bevan. Jarinya sembari membalas pesan kekasihnya.
Kavi merebahkan tubuhnya di sofa. Menyalakan televisi untuk melihat tayangan gosip artis ibukota. "Kata gue jadiin aja. Sayang banget kalau sampai enggak. Momentum yang nggak akan terulang dua kali."
"Gue nggak bayangin bakal serame apa." kata Javio menghirup batang rokok dan menghambuskannya.
"Rame banget. Kita aja udah segini apalagi tambah mereka." seru Juna.
Marvel mengangguk. "Nanti gue omongin lagi sama ketuanya. Setelah itu kita semua bisa kumpul buat omongin next plan."
"Nice! Gue setuju." ucap Javio.
"Lanjut lagu kedua, Vel. Selir hati dari TRIAD." celetuk Chani sebelum Marvel kembali menggenjreng gitar.
wardana: the rich sweet family
Berkumpul dengan Svarga terkadang membuat Marvel menjadi pulang telat. Namun hari ini tidak lagi. Marvel pulang lebib awal alasannya cukup spesifik karena Nadiva yang mengirimi pesan kalau Aletta datang ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wardana: The Rich Sweet Family
Fanfiction[PUBLISH ULANG] content warning//harswords