Suasana rumah terlampau rame menyebabkan Natasha harus ekstra sabar untuk mengendalikan emosinya. Belum lagi sudah dua hari ini dirinya sedang red day. Kalau tidak bisa mengontrol emosi dengan baik bisa-bisa satu rumah kena semprot seperti kakaknya beberapa hari lalu.
Hampir dua minggu juga Oma dan Grandpa tidak berada di rumahnya. Keduanya harus pulang sebab masih ada pekerjaan yang harus dibereskan. Maka dari itu, Maraka dan Malio berada di ruang tengah sekarang karena biasanya sofa ruang tengah akan digunakan oleh Grandpa.
Butuh konsentrasi lebih karena saat ini Natasha tengah mengerjakan pekerjaan rumah sejarah lintas minat. Ponsel yang terus menyala karena banyak notifikasi masuk pun tak digubrisnya. Yang berada dipikirannya kali ini adalah bagaimana pekerjaan rumah ini bisa selesai sebelum malam tiba.
"Shaaa tolong lemparin lemper satu dong!" suruh Maraka.
Natasha mendengus, namun tetap melempar satu lemper yang tersusun rapi di depannya.
"Ambil."
"Thanks manis."
Bungsu Keluarga Wardana sedang duduk di kursi makan bersama laptop dan LKS sejarah indonesia. Bosan belajar di kamar menyebabkan Natasha berpindah belajar di ruang makan. Awalnya Natasha mengira kalau di sini tidak akan ramai, tetapi dugaannya salah sebab dua saudaranya malah sibuk berteriak menonton film horror.
"Itu anying setan— WANJENGGG SEREM BANGET" teriak Maraka reflek melemparkan bantal sofa ke layar televisi.
Malio memukul kepalanya. "Pengang kuping gue, sat!"
Natasha menghela napas kasar mematikan laptop dan menutup LKS nya. "Bisa nggak kalau nonton nggak usah teriak-teriak? Dipikir hutan apa?"
Maraka menatap sinis. "Ya lo ngapain ngerjain tugas di sini? Kamar sana kalau mau ngerjain. Udah tau ini ruang tengah ya pasti bakal berisik."
"Suka-suka gue lah. Sewot banget." balas Natasha tak kalah sinis.
Maraka melotot. "Jelas gue sewot. Nonton gue juga terganggu gara-gara lo!"
"Gue juga terganggu gara-gara lo!" balas Natasha kedua kali.
Melihat dua saudaranya beradu mulut, Malio tampaknya enggan melerai. Dibukanya toples kacang dan bisa kalian tebak Malio bukannya melanjutkan nonton film horror, tapi malah menonton perdebatan keduanya dengan tenang.
"Pengertian dikit kek adiknya lagi ngerjain tugas." geram Natasha.
Maraka merotasi matanya. "Pengertian juga dong gue lagi nonton."
Pintu utama terbuka.
"Assalamu'alaikum. MAMAAA KAKAK PULANG NIHHH"
Kebiasaan Nadiva ketika memasuki rumah, berteriak memanggil ibunya. Ketiganya menoleh ketika Nadiva dan Harve memasuki rumah sembari menenteng belanjaan. Raut datar Nadiva tampakkan usai melihat Natasha yang juga menatapnya datar.
"Kakak bawa apa?" tanya Malio.
"Buat makan malem." jawab Nadiva lalu beralih mempersilakan Harve duduk.
"Duduk dulu kak."
"Iya, Nad."
Harve menurut. Duduk disofa sebelah Malio. Mereka sudah akrab lantas melakukan tos dan Malio yang menawarkan kacang almond pada kekasih kakaknya.
Nadiva mengernyitkan dahi. "Kalian berdua lagi ribut? Kali ini gara-gara apa?" Nadiva bertanya demikian sebab melihat raut ketidaksukaan dari Maraka dan Natasha.
"Nggak perlu ikut campur. Gue nggak suka." sahut Natasha. Intonasi bicaranya meninggi.
Malio menganga. "What the."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wardana: The Rich Sweet Family
Fanfiction[PUBLISH ULANG] content warning//harswords