Jika menunggu kedatangan orang tersayang adalah sesuatu yang sangat mendebarkan. Maka sebaliknya, menunggu orang yang tidak pernah dinantikan kehadirannya adalah sesuatu yang menjengkelkan.
Itulah yang dirasakan Nadiva saat ini. Ketika seluruh anggota keluarganya merasa tidak sabar menantikan Oma dan Grandpa datang, dirinya justru merasa biasa aja.
Kali pertama mendengar keduanya akan datang dan menginap selama empat hari, Nadiva menolak keras. Sayangnya Nadiva karena kalah suara jadi mau tidak mau hanya bisa menerima dengan lapang dada.
Sebetulnya Nadiva akan merasa senang dan baik-baik saja apabila wanita yang dirinya panggil Oma itu tidak terlalu jauh mencampuri kehidupan keluarganya. Masalahnya setiap kali datang, Nadiva kerap dibuat kesal lantaran Oma yang selalu mengomentari apapun perihal urusan keluarganya.
Namun anehnya Nadiva sama sekali tidak menemukan adanya ketidaksukaan dari anggota keluarganya terhadap Oma nya itu. Mereka justru senang dan merasa bahagia.
Sangat mencurigakan.
"Assalamu'alaikum."
Pintu utama rumah Keluarga Wardana terbuka lebar. Masuklah sepasang suami istri berusia lanjut sembari menenteng tas berukuran sedang dan beberapa paper bag.
"Wa'alaikumussalam."
Senyuman Anggita merekah kemudian menyalimi tangan kedua mertuanya serta mengambil alih paper bag untuk dibawa ke dalam.
"Pasukannn. Oma sama Grandpa udah dateng nih!"
"OMAAA GRANDPAAA" Natasha berteriak sembari turun tangga. Dibelakangnya, Malio serta Maraka mengekor.
"Halo cucu-cucu oma." sapa nenek mereka.
Pelukan hangat menyapa mereka bertiga. Rasanya sudah lama tidak berjumpa dengan orang tua dari pihak sang Ayah.
Dari pintu samping garasi muncul Marvel dan Nadiva yang menenteng kantong kresek besar. Keduanya baru pulang dari supermarket untuk membeli bahan masakan untuk nanti malam.
"Grandpa, Oma." ucap Marvel menyalimi tangan mereka diikuti Nadiva.
Seperti yang sudah-sudah, Nadiva menyunggingkan senyum terpaksanya supaya tetap terlihat ramah. Jika diperhatikan, orang tua dari papanya ini semakin tua malah keliatan semakin muda apalagi outfit mereka. Nadiva sampai terheran-heran melihatnya.
"Malio sama Natasha tolong bawakan tas Oma sama Grandpa ke kamar ya?" pinta Anggita. Keduanya mengangguk.
Nadiva masih setia mengekor dibelakang sampai ketika Oma dan Grandpa duduk di sofa ruang tengah. Nadiva memilih ke dapur untuk mengambil air dingin daripada ikut berbincang.
"Gimana kabar kamu, Gi? Mama dengar kamu mau ada projek besar ya?" tanya Oma membuat Anggita mengangguk.
"Iya, Ma. Sekarang baru ngerancang konsep sama tim."
Suasana ruang tengah mendadak sunyi. Empat buntut Wardana pun sibuk dengan kegiatan masing-masing di samping ruang tengah yang terdapat pembatas berupa pintu kaca.
"Kalau Arsyad? Eh dia masih di kantor ya?"
"Iya. Nanti jam tiga baru pulang soalnya nggak ada meeting." jawab Anggita kembali.
Berbeda dengan Oma yang memilih mengobrol, Grandpa justru pergi ke taman belakang untuk melihat-lihat. Beliau tidak bisa jika duduk terlalu lama karena selalu saja ingin jalan-jalan.
"Rencana soal anak-anak nanti mau kerja di mana, Gi? Mama tuh punya temen, cucunya kerja di perusahaan besar. Kemarin nawarin ke Mama kali aja cucunya mau kerja di situ juga." ujar Oma panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wardana: The Rich Sweet Family
Fanfiction[PUBLISH ULANG] content warning//harswords