9. Insiden Telur Mata Sapi

47 3 0
                                    

"Pamit yo! Bilang ke Bu Yeni besok kertasnya gue kasihin langsung, kalau enggak bilang aja kapan-kapan gue kasih." ucap Maraka berpamitan pada atepbagja.

"Hati-hati, Rak."

Motor sport hitam melesat cepat membelah jalanan. Kecepatan cukup tinggi ditempuh Maraka sebab jalanan cukup lenggang. Mungkin karena masih pukul 11.00 yang mana belum waktunya istirahat.

Pulangnya Maraka karena pemuda itu merasakan tubuhnya tidak enak, seperti masuk angin. Berlama-lama di Warsihin tidak bisa membuatnya nyaman akibat kebanyakan orang.

Meski Maraka sudah hati-hati, tetap saja sebuah mobil pajero putih dari arah kanan melaju kencang menabrak Maraka sehingga motornya terjatuh dan dirinya terpental mengenai beton trotoar.

Laka tidak bisa dihindari.

Kepalanya terasa berputar. Pandangan Maraka perlahan menggelap. Ringisan kecil samar-samar ikut menghilang.

Ramai orang berbondong-bondong mengerumuni dan membantu dua belah pihak. Maraka yang tak sadarkan diri langsung dibawa ke rumah sakit oleh seorang warga. Tidak lupa mengabari orang terdekat Maraka melalui kontak yang ada pada bagian emergency.

Kontak yang dihubungi, bernama Natasha (adek).

Sebagian warga lagi meminta pengemudi mobil pajero putih untuk turun, menjelaskan dan bertanggung jawab penuh. Mengelak juga percuma karena ada CCTV yang memantau.

wardana: the rich sweet family

Akhir dari kejadian tentu saja di rumah sakit. Tepatnya Rumah Sakit Wijaya. Nadiva, Natasha, dan Marvel berjalan cepat menuju Unit Gawat Darurat. Di sana mereka melihat Maraka terkapar tidak berdaya. Dua perempuan Wardana sampai berkaca-kaca saat melihat perban yang melekat di beberapa bagian tubuh saudaranya.

Nadiva langsung menghubungi orang tuanya serta menyuruh Malio untuk pulang cepat. Tangannya gemetar ketika mengetikkan pesan pada Malio.

Setelah Papa, Mama, dan Malio datang, penjaga UGD segera mencatat data-data Maraka berdasarkan identitas yang dibawa Anggita. Lalu penjaga tersebut menelpon seseorang yang disinyalir merupakan pegawai rumah sakit juga.

Tidak perlu menunggu lama ruang rawat inap sudah siap. Wajar saja cepat, karena mereka menggunakan umum bukan BPJS. Beberapa suster mengambil alih brankar Maraka untuk dibawa ke ruang inap.

Cendana nomor 7 adalah nama ruangan yang akan ditempati Maraka selama masa perawatan. Setelah perawat memasangkan infus, mereka diberikan penjelasan. Beberapa perawat keluar ruangan menyisakan Anggita, Marvel, Natasha, dan Nadiva.

Anggita masih terpuruk lantas menggengam tangan kiri anak keempatnya. Dielusnya tangan tersebut serta diberi kecupan sayang.

Selang lima belas manit, Arsyad dan Malio yang memang sudah dikabari Marvel masuk ke dalam ruangan. Mereka menatap Maraka sendu. Maraka yang biasanya begitu aktif kini justru terbaring lemah di atas tempat tidur rumah sakit.

"Pa,"

Suara Nadiva membuat Arsyad menoleh, "Ya, nak?"

"Biaya Maraka ini pakai pribadi." Nadiva berkata tanpa menunduk sedikitpun. Alih-alih marah, Arsyad justru mengelus kepalanya.

"Nggak apa kakak. Yang penting Maraka sembuh."

Nadiva memang tidak bilang ke Anggita sebab melihat kondisi sang Ibu yang masih shock akibat peristiwa yang dialami adiknya. Mereka tidak menganggap ini sebuah musibah melainkan ujian dari yang di Atas.

Wardana: The Rich Sweet FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang