15. Banquet at Anjani

30 3 0
                                    

Kamar bernuansa mocca dengan konsep minimalis memperlihatkan seorang gadis tengah merapikan rambutnya yang tergerai sampai ke punggung. Bibirnya tidak berhenti menyenandungkan sebuah lagu.

Bak bulan purnama yang menyinari kegelapan malam, Nadiva semakin bersinar kala menggunakan midi dress berwarna putih tulang dipadupadankan dengan tas kecil mocca dan wedges dengan warna senada. Tak lupa Nadiva membawa blazer hitam untuk berjaga-jaga.

Malam ini merupakan malam Oma Rina dan Nadiva akan menghadiri perayaan perusahaan. Seperti yang sudah Oma Rina katakan di awal kedatangannya.

"Rambut udah, make up on point. Oh! Ganti anting belum." monolognya.

Nadiva mengambil sepasang anting dari kotak dilaci paling bawah meja rias. Benda kecil berjenis dangle earrings berwarna emas dengan berlian kecil dibagian bawah.

Hadiah dari Marvel ketika dirinya berulang tahun ke 17 dan kebetulan memang sudah lama tidak dipakai.

"I'm ready."

Nadiva keluar dari kamar untuk menemui neneknya yang kemungkinan besar sudah menunggunya dilantai dasar. Ketika melewati cermin bulat di dekat tangga, Nadiva kembali memastikan make up. Apakah sudah rapi atau belum.

Nadiva bisa melihat semua keluarganya berkumpul di ruang tengah. Sepertinya mendengarkan Oma yang sedang berbicara. Ketika akan menuju anak tangga terakhir, Nadiva memanggil neneknya.

"Ayo, Oma."

Bisa Nadiva lihat semua keluarganya menatap dirinya lekat. Bahkan Oma turut tersenyum saat melihat penampilannya malam hari ini.

"WANJAY KAKAK GUE COK." pekik Maraka dengan kacang almond yang masih ada di dalam mulutnya. Saking terpananya sampai kelepasan mengumpat padahal ada orang tuanya.

Natasha bergeming. "Fix dia kakak gue. Kembaran gue. OMG GEN PAPA MAMA IS THE BEST MANTAP!"

"Betul banget. Tapi beda, Sha. Biasanya kakak nggak begini." ucap Malio meremat tangan Natasha.

"Ya karena mau nemenin Oma, pinter! Gimana sih lu." timpal Natasha. "Ntar kalau kakak pakai baju harian malah dikira gembel. Dia sendiri juga yang malu."

"Ohiya." cengir Malio.

Oma perlahan mendekati cucu cantiknya. "Nggak salah kamu ikut, Oma. Cantik sekali cucuku ini."

Nadiva mengulas senyum. "Terima kasih. Oma juga cantik malam ini."

Bukan kebohongan. Gaun long sleeve berwarna hitam dipadupadankan dengan handbag dan heels senada membuat Oma sangat elegan. Tidak seperti seorang nenek yang sudah mempunyai dua belas cucu.

"Anak Mama cantik banget. Mama sampai pangling." ucap Anggita.

"Terima kasih ya, Mama."

Sorot mata Nadiva tidak sengaja menangkap Marvel yang menatapnya dalam. Entah apa yang kakaknya itu pikirkan, namun Nadiva sengaja menyentuh antingnya sendiri.

"Hadiah dari abang waktu itu. Baru dipakai sekarang. Gimana?"

Arsyad melihat itu juga tersenyum. "Wah, Papa juga baru lihat loh kak anting itu. Cocok sekali di kakak."

"Thanks, Papa."

"Cucuku top markotop. Tapi tetep number one istriku i love you." kata Opa diakhiri kecupan sayang pada dahi Oma.

Maraka menggeleng ribut. "Walah malah romantisan nih aki-aki. Pada berangkat gih sana. Udah mau jam tujuh nanti nggak bisa masuk lagi."

"Yee lu kira nonton di bioskop apa." balas Natasha.

Wardana: The Rich Sweet FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang