Ke dua tuan muda Genandra berjalan di lorong kelas dan membuat atensi semua Murid ke arah mereka, bukan karena tampan
Tapi karena wajah mereka yg sembab
Bagaimana tidak, semalam bukan nya bersenang senang atau main game bersama tapi malah bersedih karena akan ditinggal ayah mereka
Apalagi ayah mereka berangkat tadi pagi pagi buta sekitar jam 3 dan sama sekali tidak pamit, maid bilang ayah mereka tidak ingin membangun kan mereka bertiga
Sudah semalam nangis dan tadi pagi sarapan sambil nangis, bisa bayangkan seberapa sembab wajah ketiga tuan muda Genandra itu
"Abang duluan ya." Pamit Daniel, devan mengangguk. Mereka akan berpisah karena kelas 11 di lantai 2 dan kelas 12 di lantai 1
Jadi mereka berdua beda lantai sementara kantin? Tempat tersebut berada tepat di bawah samping kelas 12
Jadi kantin kelas 10 11 dan 12 digabungkan menjadi satu, okey cukup mendeskripsikan sekolah ini
"Loh niel kok gitu matanya?!!" Pekik Leo kaget saat melihat wajah Daniel
Daniel menaruh tas nya di bangku lalu dia memeluk Leo dan menyembunyikan wajah nya di ceruk leher Leo
"Hiks ayah pergi." Lirih Daniel, Leo membulat kan mata nya lalu dia mengambil wajah Daniel
"AYAH LU MATI!" Daniel mencebikan bibir nya kesal, mulut sahabat nya ini sungguh lebar
"Ish bukan gitu, ayah itu pergi ke Belanda selama sebulan buat bisnis." Leo mengelus dada nya tenang, dia kira 3 tuan muda Genandra sudah menjadi yatiem piatu
"Udah jangan sedih, ayah niel cuma pergi sebulan nanti juga balik." Daniel mengangguk paham
Tiba tiba kelas ribut karena kedatangan 4 orang adik kelas, siapa lagi kalau bukan Devan, Gilang, Arkan, dan Noval
Terlihat ketiga orang itu menunduk dengan Devan yg menatap tajam "minta maaf ke abang gue SEKARANG!"
"I-iya." Ujar ketiga nya dengan gugup lalu mereka menghampiri Daniel dan Leo
Seketika Daniel bersembunyi di belakang tubuh Leo, dia takut jika diganggu lagi dan Devan yg melihat itu semakin marah
"A-abang kita m-minta maaf ya soal kemaren." Ucap Noval mewakili mereka bertiga
"Iya bang, maafin gue juga." Ujar Gilang "gue juga bang minta maaf." Timpal Arkan
Daniel terdiam sejenak, dia memegang erat seragam Leo "i-iya aku maafin."
Devan menatap tajam tiga sahabat nya itu tetapi padangan nya langsung melembut saat memandang sang abang
"Abang kalo digangguin bilang evan ya." Daniel mengangguk paham lalu dia mengecup pipi Devan
Seketika pipi Devan memerah malu "hihii makasi ya evan."
Devan mengangguk lalu dia segera keluar dari kelas abang nya itu dan diikuti oleh ketiga sahabatnya
"Yuk duduk guru udah mau dateng." Ajak Leo dan diangguki oleh Daniel
Kebetulan mereka berdua sebangku, dan tak lama guru pun masuk
°°°°°°
Dika memandang datar kedua sahabat nya ini, mereka berdua terlihat khawatir karena wajah Dika yg sembab
"Lu kenapa anjirr, sapa yg gangguin lu? Biar gue hajar!" Ujar Lion dengan menggebu gebu
"Iya tuh, mereka berani banget bikin mata ika gede gitu." Timpal Ali
Dika tambah kesal saat Ali memanggilnya Ika, Ali bilang itu adalah panggilan kesayangannya yg sayang nya seperti nama perempuan
"Udah lah, mendingan ke kantin!" Ajak Dika, kebetulan ini memang sudah jam nya istirahat
Saat mereka bertiga lewat seketika para murid langsung memberikan jalan yg membuat Dika menepuk jidat nya
Sudah dibilang kan kalau Dika itu Ketua yg diakui satu sekolah, padahal Dika tidak pernah berharap akan dipanggil seperti itu
"Ketua mau apa?" Tanya seorang murid, Dika terlihat kikuk
"Udah lu pergi sono gue mau pesen sendiri." Ujar Dika kepada murid itu tapi sayang nya murid itu kelas kepala
"Tidak Ketua, mana mungkin Ketua kami biarkan mengantri." Ujar Murid tersebut
Dika menatap tajam murid tersebut "pergi atau gue tonjok?" Murid tersebut menelan ludah nya dengan susah payah
Akhirnya murid itu pergi dengan tergesa gesa, Dika pun bernapas lega "lu berdua yg pesen."
"Lah ni bocah!" Pekik Lion kesal
Dika tak mau tau dia malah memberikan uang berwarna hijau untuk membeli semangkok mie ayam, es teh anget, serta gorengan
Jangan salah walaupun uang jajan asli nya unlimited tetapi dia tetap terlihat sederhana dan seperti murid biasa
Kenapa dia tidak mentraktir Lion dan Ali karena mereka berdua juga sama sama orang kaya walau tak sekaya keluarga nya
Lion mengambil uang itu dengan cemberut lalu dia menarik Ali agar bisa membawakan pesanan mereka bertiga
Dika tertawa pelan lalu melihat ke arah jendela yg tepat di samping nya, konsep kantin ini seperti cafe
"Huft sekolah gak boleh bawa ponsel sih." Lesu Dika, jika boleh mungkin Dika akan terus membawanya untuk menelpon sang ayah
Karena demi apapun dia sudah rindu padahal baru berpisah beberapa jam
Lebay emg:)
"Lu jangan sedih, muka lu jelek banget." Ledek Lion yg baru saja datang
Dika hanya memandang kesal Lion lalu dia memeluk Ali kemudian menggesekkan wajah nya di perut Ali
Ali dan Lion saling padang lalu mereka tersenyum kecil "manja betul, sahabat siapa sih ini? Hm?"
Dika merinding sejenak saat mendengar suara deep voice milik Ali, jika dia perempuan mungkin dia akan langsung berteriak girang
Contohnya seperti para siswi yg berada di kantin ini
"Kyaa suara nya ngajak nikah!!"
"Padahal masih SMP tapi suaranya udah pecah"
"Gila! Tolong gue guys, sumpah mau pingsan!"
Ali menggaruk belakang kepala nya bingung, dia tadi tak sengaja mengeluarkan suara yg dia simpan selama ini
"Hehee."
°°°°°°
Balik lagi!!
Oh iya guys kemaren gue coba pratinjau ni cerita dan rupanya se berantakan itu ketikan gue:)
Banyak typo nya lagi😭
Gue bakal berusaha biar ketikan gue makin rapih seiring bertambahnya part ni cerita
Oh iya jangan lupa peluk diri kalian sendiri terus ucapin terimakasih karena dia udah bekerja keras bertahan sampe sekarang
Free 🇵🇸🇵🇸🇵🇸
And see you

KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi ayah Kecil (TAMAT)
Teen FictionLAPAK BROMANCE, AWAS AJA ADA YG NANYA "KAK INI BUKAN BL KAN?" NGGA TAU BROMANCE? CARI GOOGLE! NGGA USAH KEK ORG BEGO! Cerita yg ini bromance nya kuat banget, bahkan menuju ke bl, ngga suka? Tinggalin! Jangan ninggalin komentar yg buat gue males up...