"Dion lebih cepat!" Ujar Davin kepada Dion yg sedang menyetir
Sialan! Gara gara wanita Jepang yg terus menahan nya dia jadi terlambat untuk pergi ke sekolahan anak nya
Dion hanya menampilkan raut wajah panik "ini sudah cepat tuan, mohon bersabar."
Davin terus melihat jam jika dihitung sudah 15 menit yg lalu pertunjukan nya dimulai "aduh tuan macet lagi."
Tangan Dion terus saja menekan klakson mobil agar kendaraan di depan nya ini mau
"Bagaimana ini?" Tanya Davin dengan mata berkaca kaca takut
Dia baru saja dekat dengan anak anak nya jangan sampai karena hal ini hubungan mereka jadi renggang
"T-tuan tenang, kita bisa naik motor." Ujar Dion menenangkan Davin, dia tau apa yg dikhawatirkan tuan nya ini
Davin hanya mengangguk dan keluar mobil sambil melihat Dion yg sedang meyakinkan salah satu pengendara motor
"Ayo tuan!" Ajak Dion sambil memberikan helm ke Davin
Walaupun harus mengorbankan jam Rolex kesayangan nya agar dijadikan bahan jaminan untuk meminjam motor
Apa sih yg enggak buat tuan nya ini
Davin langsung menerima helm tersebut dan naik ke motor, Dion pun langsung melajukan motor di celah celah mobil
"Lebih cepat Dion!" Dion mengangguk dan menambahkan kecepatan motor butut ini
"Gaji gue harus naik sih ini!" Batin Dion sembari mengendarai motor
Sementara di sekolahan SMP bisa kita lihat ada 2 orang adik kakak yg sedang cemas sambil melihat penampilan sang adik
"Bang ini ayah kemana?" Tanya Devan kepada Daniel yg ada disamping nya ini
"Tunggu bentar lagi mungkin macet dijalan." Jawab Daniel tak pasti
Devan hanya mengangguk tapi tetap saja ada pikiran jahat di otak nya "kalo ayah lupa gimana!"
"Gak mungkin Devan, kan ayah udah janji." Daniel berkata seperti itu dengan yakin
"T-tapi kalo ad-" Daniel menutup mulut adik nya ini "shut diem liat aja pertunjukannya."
Devan hanya mengangguk dan mulai fokus pada pertunjukkan adik didepan nya ini, Daniel juga fokus walaupun dalam hati nya khawatir juga
"Wahai pangeran widjoyodiningrat tolong ampuni hamba mu ini." Dika atau kita sebut saja pangeran hanya memandang datar orang yg bersujud di kaki nya
"Kesalahan mu sudah fatal wahai penasihat istana!" Bentak Dika sang pangeran yg membuat Devan dan Daniel merinding
Baru kali ini mereka mendengar bentakan Dika, ternyata lumayan seram
"Kau, kau! Dengan beraninya membunuh tunangan ku." Bentak Dika lagi
Jevan atau penasihat istana gemetar ketakutan, bukan karena takut beneran tapi karena memang sudah seharusnya dia berperan seperti ini
"M-maaf kan hamba pangeran, tapi nona gladis itu dari kalangan bawah dan t-tidak pantas bersanding den-" Ucapan penasihat istana terhenti saat pedang menusuk tepat di jantung nya
Seketika para penonton atau wali murid berteriak kencang karena jantung Jevan mengeluarkan darah
Setelah itu panggung tertutup dengan gorden merah lalu seseorang sebagai pencerita muncul
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi ayah Kecil (TAMAT)
Ficção AdolescenteLAPAK BROMANCE, AWAS AJA ADA YG NANYA "KAK INI BUKAN BL KAN?" NGGA TAU BROMANCE? CARI GOOGLE! NGGA USAH KEK ORG BEGO! Cerita yg ini bromance nya kuat banget, bahkan menuju ke bl, ngga suka? Tinggalin! Jangan ninggalin komentar yg buat gue males up...