11. Jangan Kasih Harapan!

11 4 0
                                    


"Sekiranya cuman mau main-main, jangan pernah sekali-kali kasih harapan ke orang!" ~ Jefrian Dipa Kalingga

"Apa? Lo nemenin cowok itu jalan-jalan?"

April menganggukkan kepalanya setelah berhasil membuat sahabatnya itu terkejut tidak percaya. Mereka berdua saat ini ada di gubuk, saling berhadapan satu sama lain. April duduk bersila di depan Nadin, seperti anak kecil yang diberi nasehat oleh orang tuanya.

"Aku gak bisa nolak waktu itu. Raga ku itu udah nolak Din, tapi jiwa ku berkata lain. Aku kayak dihipnotis gitu."

"Apa jangan-jangan aku beneran dihipnotis? Cowok itu punya ilmu hitam dan tujuan dia naik gunung itu buat bertapa. Bisa jadi kan?"

"Ngaco kamu! Mana mungkin?"

Waktu itu dia hanya iseng saja menantang cowok itu untuk melukis wajahnya. Dia sudah yakin banget kalo Sean gak bakalan bisa ngelukis. Tetapi ternyata diluar dugaannya. Sean bahkan bisa melukis wajahnya secara detail. 90℅ sangat mirip dengannya. Mau tidak mau dia harus memenuhi perjanjiannya untuk menemani cowok itu jalan-jalan.

"Sekarang dia lagi sakit karena kehujanan. Aku jadi gak enak karena kemarin gak ngajak neduh dulu," ucapnya merasa bersalah.

"Tapi ya Din, kayaknya dia cowok baik baik deh."

"Baik darimana nya? Dia itu suka mainin cewek. Buktinya dia jalan sama Maya juga kan?" bantah Nadin.

"Tapi yang aku tau, bukan dia duluan yang ngajak Maya. Tapi Maya nya duluan yang ngajak dia karena tau kalo Sean mau ngajak aku jalan tapi aku tolak waktu itu," balas April.

Memang benar, hari itu dia memergoki Maya yang menghampiri Sean di penginapan. Gadis itu yang mengajaknya duluan. Itu hal yang cukup biasa untuk April. Saat ada cowok yang berusaha mendekatinya selalu saja dihalangi oleh Maya. Entah itu iri atau kalah saing, yang jelas Maya tidak pernah mau kalah dengan pencapaiannya.

"Si Maya tuh apaan banget deh? Dia kayak gak mau kalah banget dari kamu," ucap Nadin kesal sendiri.

"Namanya juga orang iri. Dia gak akan pernah jadi diri sendiri, karena merasa orang lain lebih baik dari dirinya sendiri," jawab April.

"Btw tadi Mas Mahesa kesini gak?" tanya April.

Nadin menggelengkan kepalanya. "Enggak tuh. Kenapa? Dia ganggu kamu lagi?"

"Ya gak ganggu sih. Tapi tadi dia mau ikut ke kebun mau bantuin kakek katanya. Tapi dia malah ngikutin aku ke penginapan tadi, terus kayaknya dia diusir deh sama Jefri."

"Memang gila tuh cowok. Dia sama Maya tuh cocok. Sama-sama freak."

Disisi lain seorang laki-laki yang masih terbaring lemah di ranjang itu pelan-pelan membuka mata sayu nya, menatap langit-langit bangunan tua yang saat ini dia tempati. Barusan dia bermimpi. Mimpi yang terasa nyata. Mama nya datang dan mengompres nya. Laki-laki itu menaruh tangannya di jidat. Sentuhan itu terasa sangat nyata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Varsha & AncalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang