09. Terjebak Hujan

31 6 0
                                    

"Hujan, gunung, alam dan semua ciptaan Tuhan aku suka. Dan kamu adalah salah satu diantara nya." ~ Sandyakala Eidan

Suhu lebih dingin dari sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suhu lebih dingin dari sebelumnya. Kabut mulai berdatangan menyelimuti pegunungan di kanan kirinya. Dieng sering diguyur hujan karena merupakan daerah dataran tinggi yang beriklim sejuk. Bahkan disaat Kota-Kota lain mengalami musim kemarau yang panasnya seperti sudah berada dalam jarak dekat dengan matahari, Dieng masih dingin dan lembab.

"Sepertinya mau hujan," April menatap ke atas saat merasakan ada nya bebarapa tetesan air yang mengenai kulitnya.

"Bagus dong," jawabnya sambil mendongak ke atas juga.

"Kok bagus?"

"Hujan kan Rahmat. Bayangin kalo gak hujan, tanaman disini itu gak bakalan bisa tumbuh," balas cowok itu sambil menatap pohon-pohon di sekitarnya.

April ikut memperhatikan pohon-pohon yang berada di sisi kanan dan kirinya. Daun mulai dibasahi oleh hujan sedikit demi sedikit.

"Kamu suka hujan?" tanya April sambil menatap cowok itu dengan lekat, seakan menunggu jawaban yang dikeluarkan darinya.

"Suka."

"Hujan, gunung, alam dan semua ciptaan Tuhan aku suka. Dan kamu adalah salah satu diantara nya."

"Bapak-bapak itu juga ciptaan Tuhan. Berarti kamu juga suka dong?" tunjuk April ke arah bapak-bapak penjual bakso yang tidak jauh darinya.

"Suka. Dia baik," jawabnya.

"Tau darimana dia baik?"

"Dia jualan bakso bukan jual narkoba," jawabnya yang membuat April tersenyum mendengarnya.

Sean tampak menggesek-gesekkan telapak tangannya. Nafasnya mengeluarkan hembusan seperti asap karena udara dingin. Hal itu terjadi karena proses kondensasi atau pengembunan. April yang peka, bahwa cowok itu sedang kedinginan langsung mengemasi barang-barangnya.

"Pulang yuk! Kayaknya aku lihat kamu tambah kedinginan gitu."

"Sebenarnya masih pengen disini sih. Tapi takutnya nanti kamu dicariin sama kakek nenekmu. Dikira nanti aku yang nyulik cucunya lagi."

Cuaca semakin memburuk. Jalanan sangat sepi. Kabut mulai terlihat, menutupi perjalanan kami. Kanan kiri mereka hanyalah pohon-pohon yang lebat. Seperti memasuki area hutan. Tidak ada rumah ataupun pemukiman di sekitar sana. Jalan pegunungan itu mirip-mirip, dan hampir tidak ada bedanya. Hanya ada tanjakan, turunan, tikungan, jurang. Hanya itu-itu saja. Bagi Sean jalan seperti itu sudah biasa ia jumpai. Karena dia juga sering sekali melewati jalanan seperti ini di beberapa tempat yang pernah ia kunjungi.

"Hujan nya makin deres, Jen. mau neduh atau lanjut?" tanya Sean yang mengeraskan suaranya berusaha menyamai suara hujan yang semakin berisik.

April menatap sekitar, hanya ada pepohonan yang rimbun. Tidak ada rumah ataupun orang yang bisa mereka temui. Jalan sudah tertutupi oleh kabut yang tebal.

Varsha & AncalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang