04. Panggilan Itu

100 12 0
                                    

"Pemandangan disini emang
indah ya?" ~ Sandyakala Eidan

"Pemandangan disini emang indah ya?" ~ Sandyakala Eidan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semalam dia sangat berharap akan bermimpi panjang. Namun, mimpi yang ia harapkan tersebut tidak mendatanginya. Padahal ini adalah malam yang panjang. Karena besok sudah mulai liburan sekolah. Dan disaat dia mengharapkan malam ini sebagai malam yang indah. Nyatanya, malam ini adalah malam panjang tanpa cerita darinya. Dia tidak bertemu Varsha malam ini.

Sampai jam sembilan pagi, dia tidak mau bangun. Sampai-sampai sebuah tangan menepuk-nepuk pipinya. "April. Bangun Yuk! Sudah siang, gak baik anak gadis masih tidur jam segini."

"Hari ini kan libur nek. Boleh ya April bangun siang?"

"Tetep gak boleh. Pamali," jawab nenek dengan cepat.

"Sekarang kamu bangun! Antar sarapan kakek ke kebun. Kakek mu belum sarapan tadi." Nenek langsung membuka kain selimut yang menutupi tubuhnya.

Butuh energi beberapa jam untuk membuatnya bangun. Walaupun matanya sudah terbuka, tapi menunggu pikiran yang masih belum terisi sepenuhnya cukup lama. Jadi setelah bangun tidur, membutuhkan waktu untuk membuat otaknya kembali bekerja. Dia harus merenung, melamun seperti orang yang sedang depresi.

Setelah menormalkan pikirannya, dia segera mandi dan bersiap-siap pergi ke kebun membawa sarapan untuk kakeknya. Dia hanya memakai baju putih dan rambut yang diurai panjang. Membawa rantang yang berisi berbagai makanan yang sudah dimasak oleh nenek.

Dia berjalan menelusuri jalan untuk menuju ke gubuk perkebunan kemarin. Di tengah perjalanan, gadis itu berpas-pasan dengan seseorang. Seorang laki-laki bertubuh tinggi, memiliki mata yang tajam seperti elang, namun matanya tidak membuatnya terkesan sebagai orang yang pemarah. Dipadukan dengan rahangnya yang tegas itu membuat laki-laki itu lebih gagah dan kharismatik. April yang tidak biasanya tertarik dengan cowok pun, akhirnya melirik juga. Walaupun tidak ada hitungan sedetik. Dia berpegang teguh bahwa tidak ada yang lebih tampan dari sosok pangeran dalam mimpinya.

"Eh sorry, mau nanya teh. Di deket sini itu kuota nya pake kartu apa ya teh? Yang sinyalnya kira-kira bagus disini?" tanya cowok itu saat berpas-pasan dengannya.

April menghentikkan jalannya untuk menjawabnya. "Kartu XL bagus kok mas. IM3 juga bagus."

"Mas nya pendatang baru ya?" tanyanya.

"Iya. Kebetulan saya lagi nyewa penginapan di deket sini. Penginapan milik Pak Rahmad."

"Perkenalkan nama saya Jovan. Asli Bandung teh. Kalo boleh tau nama teteh siapa?" tanya nya sambil mengulurkan tangannya untuk mengajaknya berkenalan. April pun dengan ramah membalas uluran tangan tersebut.

"Nama saya April. Kebetulan saya itu cucu Pak Rahmad mas. Jadi kalo ada apa-apa tentang penginapan, bisa kasih info ke saya juga mas. Biar nanti saya lapor ke kakek saya," balas nya sambil tersenyum ramah ke laki-laki yang diketahui bernama Jovan tersebut.

Varsha & AncalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang