[Kelmarin]
Faizal melangkah keluar dari bilik, sempat dia mengerling ke arah Nur yang sedang tidur di atas katilnya
"Aku dah kotor Zaaa-aalll!!"
Faizal mengetap bibir, geram tak terhingga, tangannya dikepal sebelum dihempas tumbuk dinding sekuat yang mungkin
"Kau buat mana yang boleh Syi" Musyi membalas dengan anggukan
Sebaik pintu ditutup, Musyi memalingkan wajahnya ke arah Nur. Bibirnya diketap sayu, matanya hanya mampu melihat Nur yang sedang tidur meniarap di sisinya. Punggung Nur terlampau sakit, tubuh yang lebam lebam itu menyukarkan lagi pergerakannya. punggung Musyi dihenyak duduk ke atas tilam, tangannya naik mengusap tubuh Nur
"Takyah!! Takyahh!! TAKYAH LAA!!!!"
"SAKIT HITTT Zaaar Zar tolong aku Zarr"
"Fuck fuckk aarghhh sial kau Adli ahh ahh ahh ahh
"Bodoh, belen, babi punya pondan, takyah melawan la sial!"
"Herrggffahgghhhmmmmm"
Musyi menggeleng kepalanya, atas hidungnya diurut dek terlampau sayu. Perasaan bersalah mulai meresap ke seluruh tubuh Musyi. Bagaimana dia menyesal tak bersama dengan Nur. Bagaimana Nur bagaikan terabai dek suruhan yang lebih tinggi aras darinya.
"Adli..." Musyi merapatkan wajah ke belakang kepala Nur
Dahi Musyi merapat ke rambut Nur, tangan naik mengusap bahu kemudian diurut perlahan, sedikit demi sedikit, lebam biru di tubuh Nur kian menghilang, kulitnya yang tadi kusam mulai biasa, luka luka tertutup semula, keruping darah luruh dari tempat asal. Tangan Musyi mulai turun ke bawah ke kawasan pinggang
"Adli aku kat sini Li, aku teman hang ya"
"Aku minta maaf..."
"Aku lama tak datang"
----------
Musyi melangkah memijak rumput di tanah, kepalanya didongak memerhati sekeliling, langit mendung tersangatlah gelap, angin kuat menolak daun daun di sekelilingnya menghasilkan ombak di padan rumput itu. Di sebelah kiri Musyi, hutan rimba yang tebal isinya, tinggi pokoknya, sedalam mata memandang. Di kanan Musyi pula, terbentang padang rumput luas hingga ke hujung ufuk sana. Musyi menghembus nafas lega. Baginya, ini adalah
Halaman Memori
Halaman Memori adalah tempat di mana terletaknya kesemua ingatan dan perasaan satu satu manusia, hutan di kirinya adalah kesemua ingatan dan memori yang pernah dilalui oleh si pemilik badan sebelum ini. Padang rumput itu pula merupakan tempat di mana memori baru yang akan datang akan tumbuh, semakin muda manusia itu dan jauh dari ajalnya, semakin luaslah padang rumput.
Musyi mengetap bibir melihat ke arah langit yang mendung. Langit di sini merupakan petanda kepada emosi kepada pemilik badan, andainya cerah, bermakna dia sedang gembira. Mendung, ataupun ribut, menandakan dia sedang sedih
Musyi mengorak langkah berjalan ke depan, merentasi lautan rumput, mencari Dia, pemilik kepada tempat ini. Dengan mengikut arah dari mana datangnya angin, dia akan berjumpa dengan
Dia
Di hadapan Musyi, seorang lelaki sedang duduk di atas tanah, berpeluk lutut, kepalanya dihenyak ke dalam lutut. Langkah Musyi diperlahankan sewaktu menghampiri
"Adli" panggil Musyi
"Adli ni aku ni, Musyi" kata Musyi yang berdiri di belakang lelaki itu
Musyi melutut ke depan, tangannya naik kemudian merangkul Adli dari belakang, memberikan pelukan hangat kepada yang sedang bersedih. Adli mengangkat kepalanya, kelihatan senyuman tawar di bibir sewaktu kepalanya dilentok ke Musyi di belakang
![](https://img.wattpad.com/cover/315701641-288-k681107.jpg)
YOU ARE READING
NURADLI ⚦: Sketsa Dunia Baru
RomanceKau tahu bila kau pertama kali pandang seorang perempuan tu, hati kau rasa... berbunga, rasa macam... "Cinta pandang pertama?" Kata Faizal mengusik "Ah kau, situ pulak kau fikir" aku meluku kepala Faizal Well, there's this girl "Nama saya Nur, selam...