Bab 10: Aku Menunggu Mu

41 28 18
                                    

Hallo readers

Sebelum membaca jangan lupa buat vote dan follow aku ya Readers

Jangan lupa komen juga Readers.

Jadilah pembaca yang baik, untuk tidak mengplagiat cerita ku :)

selamat membaca Readers :)

.

.

.

.

*****

Seiringnya waktu berjalan, Acha menunggu kedatangan Dion yang tak kuncung datang ke sekolah. Banyak hari yang telah Dion lewatkan, bahkan praktek senam yang di tunggu-tunggu Dion juga melewatkan. Saat Acha duduk di kelas dia hanya diam menyendiri, Meski kondisi kelas begitu ramai. Acha yang duduk sendiri hanya bisa diam dan menatap bangku kosong di sampingnya. " kangen ya?" suara familiar itu tiba-tiba datang dari belakang Acha. Dan Acha langsung membalikkan badan.

" Dion, akhirnya sekolah juga " Acha hendak memeluk Dion tapi tak jadi karena melihat kondisi Dion yang bergitu berbeda.

" pertanyaan gua belum lu jawab, lu kangen ya?" tanya Dion sekali lagi.

"dih sok kepedean banget, kagak ngapain juga kangen sama orang kek situ" jawab Acha yang di tutupi dengan rasa gengsi berlebih. Sebenarnya ia kangen tapi tak bisa mengungkapkan karena gengsi.

"ya udah besok gua pergi yang lama aja kali ya" jawab Dion menggoda Acha.

" ya udah sono pergi pergi aja. Ngapain pamit, kemarin-kemarinnya juga gak pernah kabarin gua" jawab Acha ketus. Lagi dan lagi dia malu atau gengsi mau bilang jangan pergi mulu. Tapi Dion hanya tersenyum manis melihat Acha yang seperti anak kecil denga pipi yang memerah. Dion langsung duduk dengan bantuan Bi Asih.

Hari ini Dion datang ke kelas dengan sedikit berbeda iya duduk dengan alas bantal karena kondisi Dion yang sekrang sedang sakit. Penyakit Dion ini begitu para membuat Dion sedikit kesakitan untuk duduk di kursi yang terbuat dari kayu. Badan Dion sekarang begitu kurus melebihi tidak seperti biasanya. Setelah Bi Asih meninggalkan Dion dan Acha. Acha mulai mendekatkan diri pada Dion.

" sakit apaan ? lama banget" tanya Acha sedikit ragu.

"sampek kurus gini ion? Gak enak makan ya?" tanya Acha merambat.

"lu khawatir ya?" Dion mengalihkan pembicaran, bukannya menjawab pertanyaan Acha Dion malah balok bertanya pada Acha.

"apaan sih ion, gua tanya apa lu jawab apaan dihh" jawab Acha kesal.

"sakit biasa kok"

"sakit biasa kok sampek pakek bantal" tanya Acha lagi

"biar kalau lu nakal-nakal gua bisa napok pakek bantal" jawab Dion sambil bercanda.

"gua serius Dion iiihhh sakit apaan" rengek Acha yang khawatir takut Dion kenapa-kenapa

"gua juga serius Achaaaa" Dion mengikuti gaya bicara Acha.

Tiba-tiba Acha menghapus garis di meja " kenapa di hapus?" tanya Dion.

" lu sakit ini gak adil" sahutnya.

"kita tetap kejar-kejaran pringkatkan?" tanya Dion

"iya lah buat itu tetep. Gua pasti kalahin ellu secara lu tuh dah gak masuk banyak hari." jawab Acha ketus.

"Cha lu yang semangat ya. Apapun yang terjadi" jawab Dion.

"apaan sih, ellu juga lah" jawab Acha dan Dion tersenyum.

*Bel Istirahatpun Berbunyi.

"ion, mau beli-beli nggak?" ajak Acha ke Dion.

"gak cha gua makan bekal ajh." Jawab Dion.

Setelah Acha melihat bekal Dion (bubur) Acha meninggalkan Dion sendiri di kelas untuk membeli makanan kesukan Dion. Tidak biasanya Dion makan bubur dia berinisiatif untuk membelikan banyak makan kesukaan Dion. Setiba dikelas.

"ion" sapa Acha canggung sambil memberikan sebungkus telur gulung.

"cha, a gua...." Dion hendak menolak tapi melihat wajah Acha yang begitu memerah pasti rasanya sungkan mau kasih makanan ke Dion. Akhirnya Dion menerimanya.

"tau ajh sih lu kalau uang saku gua ketinggalan" jawab Dion sambil mengambil telur gulung di tanggan Acha.

"tuh kan kenapa sih lu gak bilang aja kalok uang lu ketinggalan. Kan gua mikirnya lu gak boleh makan-makan yang biasa kita makan. Tumben banget juga makan bubur biasanya juga harus di paksa dulu" jawab Acha legah, sambil menepuk bahu Dion pelan, Dion hanya tersenyum sambil memakan sebatang dua batang telur gulung.


Sebelum Kejadian ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang