"GAK MUNGKIN KAMU GAK TAU!"
"AKU BENER-BENER GAK TAU APA-APA, DEMI TUHAN!" Gadis itu menjerit dengan pita suara yang terasa hampir putus akibat rasa perih yang mulai menjalar diseluruh bagian tenggorokannya.
"BOHONG!"
Gadis itu terbangun dengan nafas yang terengah-engah, ia menoleh ke arah jam waker di atas nakasnya dan mendapati waktu baru menunjukan pukul 2 dini hari, ia bisa merasakan udara dingin mulai menjalar ke seluruh tubuhnya, ternyata selimut yang ia gunakan sudah tidak berada pada tempatnya. Sambil mengusap wajah, gadis itu mencoba untuk menetralkan nafas, beberapa menit kemudian, ia pun turun dari ranjangnya dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air dan menghabiskannya dalam tiga tegukan, yang masih diiringi dengan ritme nafas yang cepat. Tak lama kemudian sebuah helaan nafas berat keluar begitu saja, seolah menggambarkan betapa lelahnya ia dengan semua ini. Mimpi itu kembali menghantuinya, hampir setiap malam hingga rasanya tidur dalam keadaan nyenyak adalah sesuatu yang langka untuk didapatkan. Ia sudah mencoba untuk melupakan semuanya tapi ternyata tidak semudah yang ia kira. Padahal ia tahu jika itu bukanlah kesalahannya, namun luka yang terlalu dalam tidak bisa sembuh dengan cepat, dan disinilah ia sekarang.
Terjebak diantara rasa sakit dan ketidakterimaan yang terus menghantuinya.
"Lagi ngapain kamu." Gadis itu terlonjak, mendapati sosok ibunya muncul entah dari mana. "Jangan makan malem-malem. Diabetes."
"Siapa yang makan, orang cuma ngambil minum." Gadis itu mengacungkan gelas ditangannya.
"Tidur sana, begadang lagi ya? Main hp terus sih."
"Siapa yang main Hand Phone sih, aku tadi kebelet pipis, jadi kebangun."
"Alesan terus." Tidak mau meneruskan percakapan tidak berguna ini, akhirnya gadis itu pergi meninggalkan Ibunya, dan ia kembali ke dalam kamar. Setelah masuk ia langsung menutup rapat pintu kamarnya. Gadis itu bersandar pada pintu tanpa tak berkutik sama sekali untuk beberapa saat, suasana dini hari yang sangat sepi membuat dirinya mampu mendengar suara nafasnya sendiri. Sesungguhnya ia benci perasaan sepi ini, seolah dunia tak berpihak padanya dan ia ditinggalkan begitu saja. Tanpa alasan yang jelas, gadis itu berjalan mendekati jendela dan mendorong jendela itu hingga terbuka, bagi siapapun mungkin yang melihatnya mungkin akan berpikir jika itu adalah tindakan yang sangat tidak masuk akal, karena jika jendela itu terbuka justru membiarkan udara dingin yang menggigit itu menerobos masuk ke seisi ruangan. Namun siapa peduli, sejak kejadian itu ia memang sudah kehilangan setengah dari kehidupannya.
Gadis itu mendongak dan menatap bulan, mata indahnya memantulkan cahaya yang sulit dijelaskan. Iris coklat terang yang senada dengan warna kacang hazel itu mengerjap, sepasang mata indah yang pernah selalu memancarkan keceriaan itu kini justru memandang sedih ke langit di atasnya. Dulu masih banyak hal yang tak ia ketahui, namun semakin ia tumbuh dewasa, orang-orang mulai menganggapnya sudah cukup besar untuk mengetahui banyak hal yang disembunyikan darinya dengan dalih ia masih terlalu kecil untuk memahaminya. Namun siapa sangka? Mengetahui segalanya ternyata sangatlah menyakitkan, dan ia benci hal itu. Ia benci tumbuh dewasa hanya untuk mengetahui rahasia-rahasia yang hanya melukainya. Jika Tuhan berkenan, mungkin ia akan meminta untuk menjilat ludahnya sendiri saat dulu berpikir jika menjadi dewasa sangatlah menyenangkan. Karena bahkan saat baru memasuki fase dewasa saja dunia seperti keji dengan memberikannya luka yang bertubi-tubi, entah apa lagi yang akan ia alami kedepannya saat ia benar-benar sudah dinyatakan dewasa secara hukum dan harfiah. Rasanya ia ingin menciptakan kapsul waktu dan terus menjadi gadis kecil yang polos dan tidak tahu apapun, waktu di mana wajahnya penuh dengan seri dan garis senyuman hingga menutupi mata, sekalipun seluruh dunia menyakitinya, namun ia memiliki kebodohan yang menjadi tameng pelindung, sehingga sesakit apapun fakta yang di terima, saat ia tak memiliki kemampuan untuk memahami itu maka ia akan selalu baik-baik saja. Menjadi bodoh dan serba tidak tahu adalah sesuatu yang sangat menyenangkan.