10. Distraction

163 20 0
                                    




"Aku tak bisa berhenti memikirkannya, Tae..."

"Whoaa....kau benar-benar jatuh cinta, Nam?"

"Bukan hanya itu. Dia menangis, Tae..."
"Like...literally crying his feelings out"

"Tapi ia tidak mau memberitahu apa yang terjadi"

Hela napas panjang terdengar di seberang sambungan.
"Ask Him out?"

"No.....setiap aku bilang jika aku menyukainya, ia selalu menjawab terlalu cepat" Namjoon terkekeh pelan.

"Tae..."
"Kau kenal reporter bernama Lee Jaehwan?"

"Aku tahu....kenapa?"

"Ada foto mereka berdua di dalam kamera Seokjin..."

Taehyung mendengus. "Kau yakin itu dia?"

"Yakin sekali, Tae....aku mengenali wajahnya"


"Nam...."
"Lee Jaehwan sudah meninggal setahun yang lalu"

.

.

.

Suara tombol komputer beradu bersahut-sahutan. Seokjin meregangkan tubuh kakunya kemudian berdiri dan berjalan keluar dari ruang kerjanya.

Ia menatap ke luar jendela besar di sampingnya, menikmati derai air hujan yang jatuh sedari pagi tadi.

Seokjin menunduk mengambil gelas kopinya yang telah terisi, jemarinya mencapit sebungkus krimer di atas meja.
Bersamaan dengan lengan kemeja hitam tergulung yang terjulur dari belakang tubuhnya.

Seokjin menarik napas panjang, kepala dengan mata terpejam menoleh ke bahu kanannya.
Harum yang ia kenal.

"Hai...." Sapa sang pria dengan suara rendah dan berbisik.
"Kau sehat?"

"Namjoon..." Menelan ludah singkat, Seokjin memutar tubuhnya.

"Gula?" Namjoon mengulurkan jari yang mencapit bungkus kertas kotak itu padanya.

"Sedang apa kau disini?"
Seokjin terkekeh pelan kemudian mengambil bungkusan itu, membuka dan menuangkannya ke dalam gelas plastik berisi kopi.

"Aku bosan menunggu...lalu aku melihatmu dari bawah" Tak menoleh, Namjoon mengaduk kopinya di atas meja.

"Maaf aku membuatmu bingung kemarin..." Seokjin memutar-mutar gelas di tangannya, lalu menunduk dan menyeruputnya.

Namjoon menatapnya dan tersenyum. "Kau manis..."

"Uhuk!" Seokjin mengusap dagunya setelah tersedak lalu memukul lengan sang pria yang tertawa di hadapannya.
"Don't do that!"

"Aku serius" Membulatkan kedua mata, senyum lebar dan lesung pipi itu masih terbentuk di wajahnya.

"Nam....."


"Namjoon-ssi! Kita berangkat sekarang!"

Panggilan dari lantai bawah itu membuatnya berdecak pelan.
"Coming!"

"Kami akan ke Daegu"
"Ini akan jadi hari yang panjang" Ia terkekeh dan meletakkan gelasnya di atas meja.

"Sampai nanti, Seokjin..."

"Namjoon!" Langkah kakinya tertahan saat pria yang telah berbalik itu menjauh.
"Jangan melakukan hal bodoh lagi..."

"Please...."

Raut wajah Namjoon berubah serius, menggelengkan kepala singkat kemudian berusaha tersenyum.

"Iya..."
"Jangan khawatir"





"Bolehkah aku berbesar kepala?"
"Seokjin mengkhawatirkan aku?"

Namjoon duduk menopang dagu menghadap ke luar jendela dalam mobil besarnya.


"Pak Kim, kumohon nanti agar berhati-hati disana"
"Daerah yang kita liput bukan tempat aman"
Juru kamera yang sama berujar pelan dari bangku penumpang depan.

"Aku mengerti" Jawabnya singkat.

Bukan Kim Namjoon namanya jika ia tidak merasa tertantang dengan aturan.

Jiwa bebasnya selalu ingin lebih, selalu ingin membelot dan melakukan apa yang ia inginkan, walau itu membahayakan dirinya sendiri.

Seperti yang terjadi sekarang. Saat seluruh kru tengah beristirahat di dalam mobilnya, Namjoon berjalan keluar. Tidak puas dengan berita yang ia dapatkan beberapa jam lalu, rasa penasaran menuntunnya kembali ke tempat kejadian.

.

.

.

Pintu besar itu mengayun terbuka.
"Mereka belum kembali?"

"Pak kepala, juru kamera yang bersama mereka melaporkan bahwa Kim Namjoon menghilang dari tadi malam"

Seluruh tubuh Seokjin melemas ketika mendengar keributan kecil yang terjadi di lantai tempat Namjoon bekerja.

"Ponselnya ditemukan dengan beberapa bukti baru"
"Mungkin ia tengah berusaha mengorek berita lebih dalam, Pak"

Decak kesal terdengar dari sang atasan. Langkahnya bergerak mondar mandir sebelum ia melakukan panggilan pada ponselnya.

"Aku telah mengirim bantuan ke tempat kejadian"

"Semoga Namjoon baik-baik saja" Ia bergegas keluar dari ruangan.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang