43. For The Best

100 18 0
                                    




"Selamat pagi......eoh?"
Jackson membulatkan matanya terkejut ketika melihat kemeja berantakan dan dasi terurai tak bersimpul menggantung di leher sang pria.

"Oh Namjoon....what have You done to that poor people?"

Ia terkekeh, berjalan cepat meraih dagu sang pria dengan lebam di pipi juga sobek di sudut bibirnya.

"Siapa yang berani melukaimu seperti ini huh?"

Namjoon mengangkat wajah, menghindari jemari yang masih mengapit rahangnya.

"Hanya gerombolan bajingan yang suka merampok uang pejalan kaki" Ia mendengus dan mengambil gelas kecilnya.

"No....Namjoon" Diraihnya tangan itu juga gelasnya.

"Ini masih pagi....kita ada pekerjaan setelah ini"

"Ganti bajumu dan bersihkan luka-lukamu"

"Bersiaplah untuk melihat wajah tampanmu di papan reklame besar yang menghias gedung ini"


"What?" Namjoon yang tengah berdiri melepas dasinya menoleh bingung.


"Jangan bilang kau tahu dariku"

"Mereka mempromosikanmu menjadi reporter terbaik tahun ini" Jackson melirik dengan seulas senyum di wajahnya.

"Kau boleh pakai kemeja dan jasku"
"Semoga muat di tubuh besarmu" Ia terbahak.

"T-tunggu.....ada apa ini?" Namjoon mengerutkan dahinya.

"Namjoon....kerja kerasmu selama ini membuahkan hasil bagus"

"Sudah saatnya pihak perusahaan menghargai usahamu"

"Itu yang kau impikan bukan? Menyampaikan suara orang banyak, menyuarakan keadilan, seperti yang mendiang ayahmu ajarkan"


"Ayah...." Ia tertegun.

Pikirannya tertuju pada pria kesayangan yang ia tinggalkan di apartemennya tadi malam.
"Apakah aku telah menjadi seperti ayah?"


"Come on! Get dressed" Jackson pergi meninggalkannya.





Suara tepuk tangan dan gelas beradu terdengar.
Namjoon menyampaikan pidato ucapan terimakasihnya di atas sebuah podium kecil.

Pandangan matanya berkeliling, mencari sosok yang seharian ini belum ia temukan.

Perasaan bersalah mulai merayapi tubuhnya. Ia pun turun tergesa, melonggarkan dasinya dan menghampiri sang rekan yang masih tersenyum lebar mengangkat gelas tingginya.

"Aku akan pulang, Jackson"

"Kau baik-baik saja, Namjoon?" Pria itu membulatkan matanya khawatir.

Namjoon menggeleng cepat. "I did some terrible mistakes"

"Seokjin tidak bekerja hari ini. Aku khawatir..."

"We had a big fight last night. Dan aku kasar sekali"

"Ah.....itulah sebabnya kau datang kesini babak belur" Jackson meringis.

"Pulanglah.....semoga semua baik-baik saja..." Ditepuknya bahu itu pelan.





TOK TOK TOK
TOK TOK



"Namjoon......."


"I'm sorry Seokjin.....I'm so sorry......"

Namjoon menangkap tubuh ramping yang menghambur ke dalam dekapannya.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang