06

33 6 4
                                    


←〣☆~♥~☆〣→

Hyunjin sedang makan malam bersama ibunya. Namun, ia dari tadi belum menyuap satu sendok pun ke mulutnya. Ia hanya mengaduk-aduk saja ramyeon di mangkuknya.

"Hyunjin, kenapa tidak dimakan? Apa kau tidak suka?", tanya sang ibu.

"Eh? Tidak,bu. Bukan itu. Aku hanya.. mengantuk. Aku mengantuk, bu. Aku ke atas dulu, ya. Selamat malam", ujarnya lalu berdiri beranjak ke kamar.

"Kenapa lagi dia? Baru saja akhir-akhir ini aku melihat senyum di wajahnya", ujar Yeri sedih.



Satu tangan Hyunjin menopang tubuhnya  di dinding. Sedangkan, tangan satunya meremat dadanya yang terasa sesak.

"Hhah...", ia menghela nafasnya panjang. Tubuhnya ia sandarkan pada dinding kamarnya. Ia memejamkan matanya sembari mencoba mengambil nafas panjang dengan tenang. Setelah itu, ia rebahkan tubuhnya ke kasur. Matanya menatap ke langit-langit kamarnya.

Pikirannya terlintas nama lelaki yang bersama dengan Hanna tadi. Mereka sudah berkenalan. Tentunya, Hanna yang mengenalkan.

Bang Chan, namanya. Ia salah mengira. Awalnya, ia pikir Chan adalah kakak sepupu Hanna. Namun, rupanya mereka tidak memiliki hubungan darah apapun. Mereka hanya sudah mengenal sejak kecil dan kedua orangtua mereka merupakan teman dekat.

Ia jadi terbayang ketika lelaki dengan nama Chan itu menarik tangan Hanna untuk diajak ke suatu tempat. Merapikan rambutnya yang berantakan. Membersihkan noda es krim di pipinya. Membawakan tas serta bercanda dan tertawa bersama.

Ah, Hyunjin merasa iri. Melihat itu membuatnya sesak. Ia ingin marah tapi tidak bisa. Ia ingin bicara tapi pada siapa. Pada Chan? Atau pada Hanna? Tapi, apa haknya? Memangnya dia siapa?

Benar, dia siapa. Hyunjin menjadi membandingkan dirinya dengan Chan. Chan itu tinggi dan tampan. Jika ia pikir-pikir, ia juga tinggi dan tampan. Chan sudah terlihat bahwa ia berasal dari keluarga berada. Hyunjin? Tentu saja. Ia penerus tunggal ayahnya.

Lalu, Chan bisa mengendarai mobil. Chan bisa membuat lelucon yang membuat orang-orang tertawa. Chan bisa tersenyum dan tertawa lepas kapan pun dan dengan siapa pun. Chan pribadi yang ramah. Chan sudah mengenal Hanna sejak lama. Chan sangat dekat dengan keluarganya. Chan ini. Chan itu—dan Chan adalah orang normal sehat yang tidak memiliki penyakit jantung.

Pikirannya itu membuat dadanya kembali sesak. Ia kesakitan hingga tak lama setelah rasa sakit itu mereda ia mulai mengantuk dan tertidur.

toktoktok..

"Hyunjin, ibu bawakan susu hangat untukmu", kata Yeri di depan pintu kamar Hyunjin sambil membawa nampan berisi segelas susu hangat untuk putranya. Ia ingat, tadi putranya belum meminum susunya. Jadi, ia membuatkan ulang agar hangat.

Tak ada sahutan dari dalam. Yeri mencoba membuka knop pintunya. Dan, tidak terkunci. Ia masuk dan meletakkan nampan di meja samping tempat tidur Hyunjin.

"Hyunjin, Nak kau sudah tidur?", tanyanya. Melihat Hyunjin terbaring memejamkan matanya. Lalu, ia melihat obat di sampingnya. Hyunjin belum meminum obatnya.

"Hyunjin, kau belum minum obatmu,hm?", Yeri bingung. Biasanya Hyunjin itu mudah sekali terbangun. Tapi kenapa ia masih tertidur. Yeri melihat Hyunjin tidur yang sepertinya dalam keadaan gelisah. Keningnya berkerut. Sepertinya, ia sedang mimpi buruk. Sudah sering Yeri melihat anaknya seperti ini. Dia juga ikut merasakan ketakutannya. Siapa yang bisa tenang saat anak satu-satunya dikatakan hanya memiliki umur sekian dalam hidupnya.



"Kak Chan, bukankah hari ini tante Rose kembali ke Korea?", tanya Doyoung pada Chan ditengah acara sarapan mereka.

Iya, Chan memang sering sarapan di rumahnya Hanna karena memang sudah dari dulu mereka bergantian untuk sarapan atau makan malam bersama keluarganya. Itu sebabnya, Chan dan Hanna sudah seperti anak sendiri bagi Jisoo dan Rose.

"Benarkah begitu, Chan?", tanya Jisoo.

Chan mengangguk, "Iya, nanti siang aku akan menjemput mereka di bandara", jawabnya.

"Jam berapa? Aku ingin ikutt, boleh, yaa?", pinta Hanna.

"Tentuu. Nanti jam 2 siang mereka akan tiba", ujar Chan.

"Okay! Jam 11 siang aku sudah siap", jawab Hanna.

"Untuk apa kau siap jam 11 sedangkan mereka tiba saja jam 2? Itu terlalu awal", sahut Dobby.

"Terserah! Karena aku harus pergi ke toko bunga terlebih dahulu untuk membeli sebuket bunga menyambut kepulangan mereka. Kak Chan nanti mampir sebentar, yaa", ujar Hanna.

"Okay"



"Jadi pekerjaan om Chanyeol sudah selesai?", tanya Hanna pada Chan yang sedang fokus menyetir mobil.

"Ya, begitulah. Ia akan kembali mengurus perusahaannya", jawab Chan masih menatap ke jalan.

"Mengapa tidak kau saja yang menggantikannya?"

Chan menoleh bentar, "Hm? Menggantikan apa? Mengurus perusahaan?",tanyanya.

Hanna mengangguk, "Ya, lagipula kau sudah tau bukan cara kerjanya?"

"Tentu saja. Tapi, papa hanya memberiku beberapa tanggungjawab saja. Belum menyerahkan semuanya padaku. Mungkin nanti. Entahlah apa yang masih diragukannya. Padahal aku cukup baik dalam melakukannya", jawab Chan.

"Mungkin ia ingin kau mencari lebih banyak pengalaman dulu", kata Hanna.

"Ya, mungkin saja"

Hanna kembali menoleh ke arah jalan. Lalu, matanya menangkap sosok lelaki tampan tengah berjalan menuju caffe.

"Kak Chan, berhenti", ucap Hanna tiba-tiba yang membuat Chan memberhentikan mobilnya.

"Ada apa? Toko bunga masih beberapa langkah ke depan lagi",ujar Chan bingung.

"Kita masih punya banyak waktu bukan sebelum om tante tiba?"

"Ini masih jam 12 kurang, tentu saja. Ada apa?"

"Kalau begitu, ayo kita beli es krim dulu. Aku haus, hehe", ujarnya.

"Es krim? Baiklah, di caffe ini? Bukankah biasanya, orang-orang akan minum kopi di caffe, bukannya es krim sepertimu",ujar Chan lelah karena Hanna yang selalu minta dibelikan es krim saat haus.

"Tidak masalah. Lagipula mereka menyediakan berbagai minuman. Tidak salah jika aku tidak memesan kopi", jawab Hanna.

"Ya,ya, tentu saja, kau benar. Ayo masuk"

•••

"Hyunjin!!", panggil Hanna saat sudah lewat pintu masuk.

Hyunjin menoleh, "Hanna? Kemarilah", ajaknya.

Hanna segera menghampirinya diikuti Chan dibelakangnya.

"Bukankah hari ini kau datang lebih awal. Biasanya kau akan datang saat jam 2. Ada apa? Kau merasa bertanggungjawab??", tanya Hanna pada Hyunjin.

"Apa maksudmu? Aku tidak benar-benar bermaksud untuk bekerja disini. Aku hanya bosan di rumah. Itu sebabnya, aku datang lebih awal. Lagipula, mengawasi pekerja disini tidak seburuk yang kubayangkan. Aku masih bisa melihat pemandangan di luar", jelas Hyunjin.

"Jadi, apa kau masih menginginkan es krimmu itu?", tanya Chan.

"Ohiya! Hehe, ayo kak Chan seperti biasaa, yaa?", ujarnya. Chan pun mengerti dan segera membuat pesanan untuknya dan Hanna.

Hyunjin? Tentu saja tidak perlu. Caffe ini miliknya, lagi pula ia sedang tidak menginginkan apapun untuk masuk ke tenggorokannya.



Next>>>

nyang٩(・ω <)۶♥
-🍁

PRIMROSE || HWANG HYUNJIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang